Di bumi yang kau injak, di langit yang selama ini kau tatap dan jantungmu yang selalu berdetak. Ada doa-doaku yang selalu ku titipkan meski tak nampak.
—SHEYRA—•••HAPPY READING•••
Aku menatap Wildan tak percaya, aku kaget saat mendengarnya. Jantungku berdetak kencang tak karuan saat netra itu bertubrukan dengan netra milikku.
"Wil-"
"I'ts okey gue tau lo gak bisa jawab." Dia tersenyum, air mukanya menunjukkan jika dia kecewa tapi aku juga tak tau harus menjawab bagaimana.
"Maaf gue belum bisa jawab sekarang." Aku menunduk menatap ujung kakiku, tanganku dingin saat grogi seperti ini.
"Gak apa-apa. Kenapa sama lo kok sampai pakai kursi roda kayak gini?" Dia memperhatikanku dari atas kepala sampai ujung kaki. Aku menghela nafas sebelum menjelaskan.
"Wildan, sejak saat itu gue di bawa ke Amerika sama keluarga gue. Gue berusaha untuk mengingat semuanya disana setelah kondisi gue membaik, tapi setelah lima tahun gue berada di sana dokter ngasih tau gue kalo gue mengidap leukimia." Wildan terkejut saat aku menjelaskan.
"Gue gak berharap banyak waktu dokter bilang itu, gue mutusin pulang ke Indonesia buat nyari orang yang gue tolongin itu."
"Gue gak bilang sama keluarga gue kalo gue ngidap penyakit itu. Sampai akhirnya kemarin saat ujian kenaikan kelas gue drop dan orang tua gue tau karena nemuin obat yang selama ini gue minum."
"Sampai akhirnya gue kayak gini, lemah. Ara yang lo kenal dulu hilang Wildan, ini tinggal Ara yang lemah."
Aku menghapus air mataku yang keluar lagi,dasar cengeng!
"Gue bertahan karena pengen ketemu sama orang yang selama ini gue cari itu, dan ternyata itu lo." Aku terkekeh miris saat mengatakan itu.
"Ini salah gue Ra, seharusnya yang diposisi lo itu gue. Seharusnya yang menderita itu gue bukan lo." Aku menggeleng kencang saat mendengar ucapannya.
"Ini udah takdir Wildan, jangan salahin diri lo."
"Shey?" Suara ayahku membuat aku beralih menatapnya. Ayah, bunda, Kak Rizky dan dua orang entah itu siapa berjalan ke arahku.
Mataku menatap wajah wanita didekat bunda, sepertinya aku pernah melihatnya.
"Tante bukannya yang di toko kue Jalan Edelweiss itu kan?" Aku bertanya, iya aku tidak salah orang kok.
Dia tersenyum lalu berjalan ke arahku dan berjongkok di depanku. Sama seperti yang Wildan tadi lakukan.
"Makasih ya sayang, makasih udah nyelamatin Wildan dari kecelakaan itu. Maaf udah buat kamu kayak gini, seharusnya Tante jaga Wildan sungguh-sungguh. Tante bener-bener minta maaf dan terima kasih sama kamu." Aku mematung saat wanita itu memelukku, aku beralih menatap bunda yang tersenyum dan mengangguk.
"Ini udah takdir Tuhan Tante, itu juga udah lewat. Yang penting sekarang kita udah ketemu." Aku mengelus pundak wanita itu. Entahlah perasaanku campur aduk dari tadi.
Ayah berdehem membuat wanita itu melepaskan pelukannya padaku.
"Shey waktu kita gak banyak, udah ketemu kan? Ayo kita pergi." Ayahku mengajak membuatku menatapnya.
"Ayah boleh gak sepuluh menit lagi? Shey mau bilang sesuatu dulu sama Wildan,ya?" Aku memohon dengan cara andalanku, mengeluarkan puppy eyes hehe. Ayah menghela nafasnya panjang sebelum berbicara kepadaku lagi.
"Sepuluh menit." Aku mengangguk membuat orang-orang yang tadi ikut berjalan ke arahku kembali ke belakang,menyisakan aku dan Wildan.
"Wildan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/231514043-288-k229072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEYRA [END]
Teen Fiction𝐀𝐒#𝟏 ⚠️[BUDAYAKAN VOTE SETELAH BACA]⚠️ Ini tentang Sheyra, gadis pemilik darah blasteran Amerika-Jawa. Si gadis tomboy yang kehilangan ingatannya karena menolong seseorang tapi berakibat pada dirinya. Bertahun-tahun mencari informasi tentang kebe...