~Extra Part~

399 20 4
                                    

Cari penggantiku. Jemput bahagia itu karena aku tidak akan pernah kembali bersamamu, selamanya
-Sheyra Az-Zahra Ellison-


Pintu kamar terbuka perlahan, menampilkan bayangan seseorang dengan gagahnya di belakang sana. Gadis yang tadinya duduk di kursi itu sekarang membeku ditempat.

"A-ayah?" Dia menengok kaget melihat pintu yang tiba-tiba terbuka itu.

"Siapa yang mengizinkan kamu masuk kamar ini?" Suara dingin milik orang itu kembali terdengar setelah sekian lama.

"A-a Alesha minta maaf ayah,t-tadi Lesha cuma mau bersihin kamar ini kok."

"Keluar."

Gadis itu menunduk menyesal lalu berlalu pergi namun cekalan tangan berakhir pelukan menghentikan semua.

"Kamu sudah membacanya?" Wildan,lelaki yang kini sudah menjadi ayah itu bertanya lirih saat memeluk Alesha.

"S-sudah."

"Itu tentang bundamu. Dia gadis kecil milik ayah seperti mu."

"A-ayah,maaf. Maafin Lesha karena Lesha lancang masuk kamar ini."

Wildan mengecup kening anak gadisnya itu dengan sayang. Alesha adalah anugrah terindah yang Wildan miliki setelah Sheyra, walaupun memiliki Sheyra hanya sesaat.

"Tidak,kamu tidak salah. Kamu juga harus tau tentang bunda,itu harapan bunda sebelum bunda pergi."

"A-ayah maaf, maaf Alesha udah ambil bunda dari ayah. Karena Lesha,bunda pergi. Maafin Alesha ayah."

"Sttt,sudah. Bukan salah Lesha. Jangan menangis Sha,ayah benci melihatmu menangis."

"Kamu mau dengar cerita tentang bunda lainnya?" Wildan mencoba menenangkan Alesha yang terus menangis di dalam pelukannya. Sungguh,melihat anak gadisnya itu layaknya melihat Sheyra yang kala itu menangis kesakitan karena kangker leukemianya yang tak dapat sembuh.

Alesha mengangguk menyetujui ucapan ayahnya,dia benar-benar ingin tahu tentang bundanya.

"Kita duduk di sana." Wildan menunjuk kursi sofa di ruangan itu,ya, ruang kamar Sheyra dulu.

Langkah kaki tegas mendekat kearah makam. Tangan kanannya membawa buket bunga hortensia bercampur dengan bunga mawar. Mendudukkan dirinya di samping makam bertuliskan nama istrinya yang telah lama pergi. Senyum kecut itu terbit walau hanya sesaat setelah meletakkan buket bunga di atas makam.

"Ra,aku rindu."

Tangannya mengelus lembut batu nisan, layaknya mengelus rambut istrinya yang sudah dua windu tak ia jumpai.

"Alesha sudah tau semuanya, tentangmu."

"Tulisanku, dia baca sampai selesai."

"Dia tumbuh dengan baik seperti apa yang kamu inginkan."

Wildan terkekeh kecil mendengar apa yang ia ucapkan. Keluarga dari Sheyra menginginkan agar Wildan mencari pengganti Sheyra namun lelaki itu tak pernah mau.

Mencintai Sheyra adalah keputusannya, dan rasa sayangnya tak akan pernah usai walaupun Sheyra kini telah pergi.  Dahulu sebelum Sheyra pergi,janji itu sudah terpatri.

Wildan sadar, apa yang ia miliki di dunia ini memang tak selamanya untuknya. Semuanya kembali kepada sang pencipta. Dan kesepian pun,jelas adanya.

Flashback

Keluarga Sheyra mengundang kerabatnya untuk makan malam bersama.

Sheyra hanya mondar-mandir menyiapkan kata-kata dan topik saat menunggu Wildan di rooftop rumahnya.

Deheman cowok itu berhasil membuat Sheyra gelagapan, Sheyra berusaha menetralisir rasa terkejutnya dengan menggaruk tengkuknya.

"Mau ngomong apa?"

"Buset langsung di tanyain lagi,gak bisa apa basa-basi dikit!" Batin gadis itu menggerutu.

Gadis itu memulai perbincangan dengan basa-basi, Wildan juga menanggapinya dengan santai.

"Gue gak tau pada akhirnya gimana Wil. Entah lo yang ingkar janji ini,atau gue yang pergi." Sheyra menatap langit malam yang diisi oleh bintang-bintang, lalu pandangannya berganti ke arah tangannya yang ia julurkan ke depan.

Wildan menatap tangan itu,dia tau apa maksud dari perkataan gadis disampingnya itu. Dia segera menggenggam tangan kiri Sheyra.

"Gue gak akan pernah ingkar janji tentang ini. Saat ini sampai kapanpun gue punya lo."

Sheyra hanya tersenyum getir.
"Lo ngelakuin semua karena lo pengen tanggungjawab sama apa yang udah terjadi kan? Lo ngelakuin itu karena merasa bersalah."

"Gue balik ke Indonesia buat ketemu lo,dan itu semua emang salah."

Ucapan Sheyra berhasil membuat Wildan bungkam. Wildan pikir Sheyra salah besar,dari dulu rasa itu sudah ada sebelum semuanya berubah.

"Lo salah. Dari dulu,dari sebelum gue bikin lo celaka rasa itu tetap sama. Cuma lo, Ara."

Sheyra yang sedari tadi menatap genggaman tangan Wildan kini menatap orangnya,badan Wildan yang jangkung tentu saja membuat Sheyra mendongak.

"Wil. Jujur gue benci sama lo."

"Tapi rasa benci gue hilang sejak es yang tadinya beku sekarang mulai cair perlahan."

"Ehm,ayo ke bawah. Hari ini kita senang-senang. Gue mau melukis kenangan sama lo."

Sheyra menarik tangan Wildan yang masing menggenggamnya. Cowok itu masih diam di tempat dengan tatapan kosong. Apa sheyra salah bicara?

"Wil! Ayo ish!"

Oh no! Apa-apaan ini, Sheyra belum siap. Pelukan Wildan membuat hatinya bergetar tak karuan. Ah! Sheyra benci ini.

"Rasa itu masih sama,cuma lo. Gak akan ada yang bisa pisahin kita. Jangan sakit lagi ya? Gue akan selalu disini. Buat lo."

"Hahahaha lucu banget sih! Hati gue udah reyot gara-gara lo!"

"Kalo gue pergi, lo harus cari orang yang lebih dari gue, lo harus bahagia tanpa gue. Gue gak bisa bikin lo bahagia, adanya gue malah jadi beban pikiran lo."

"Udah ngomongnya? Biasain ngehargai diri lo sendiri,gue gak suka lo selalu jelekin diri lo."

"You will be the best with the right person. Oke?"

Wildan menatap netra Sheyra dalam, apapun itu akan dia lakukan untuk gadis di depannya ini. Wildan berjanji.

Flashback end

"Gak kerasa Ra, sudah dua windu kamu meninggalkan aku. Pesan terkahir mu, sejujurnya aku tak ingin ada yang menggantikan mu."

Wildan menghentikan ucapannya, bimbang, seluruh rasanya hanya untuk Sheyra. Tapi di sisi lain, Alesha harus merasakan kasih sayang seorang ibu seperti apa yang Sheyra minta sebelum pergi.

"Aku tidak mungkin menikah lagi saat hatiku masih untukmu Ra,itu sama saja aku menyakitimu lagi."

"Aku tidak bisa," Wildan menggeleng kuat.

Wildan membuang nafasnya panjang, lelaki itu berusaha untuk tenang. Jantungnya berdetak cepat tak seperti biasanya. Matanya mulai berair, sungguh berat untuk mengucapkan sepenggal kata saja.

Enam belas tahun sudah Wildan barhasil tanpa Sheyra. Enam belas tahun itu juga Alesha,anaknya, tumbuh dewasa tanpa tanpa merasakan kasih sayang seorang ibu.

Tanggal sembilan September, gadis kecil itu lahir, tanggal sembilan September itu juga gadis itu pergi untuk selamanya.

"Selamat ulang tahun, Ara."

~SHEYRA~







YUHUUUUUUUUU FINALLY AKU KEMBALI,ADA YANG KANGEN SHEY GA?🥺

GA TAU LAGI GUYS,UTHOR GALAU BRUTAL GARA-GARA WILDAN SHEYRA, KIRA-KIRA KALAU WILDAN NIKAH LAGI KALIAN EMOSI GAK😱
BTW EXTRAPART SHEYRA 1 INI AJA YE😊👉🏻👈🏻

SHEYRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang