Yerusalem, satu bulan kemudian.
"Tuan Putri! Dia sudah datang!"
Mendengar pengasuhnya berteriak-teriak di bawah istana kecilnya, perempuan muda berambut hitam itu bergegas keluar dari kamarnya sambil memegangi perutnya yang sudah semakin besar. Ia berjalan menuruni tangga batu dengan berhati-hati, dikawal oleh beberapa gadis muda yang membantu mengurusnya. Ia melihat Domitiana berdiri di depan air mancur sambil menunjuk gerbang masuk.
"Terima kasih, Tuhan."
Seorang pria yang dikawal oleh dua orang pengawalnya dengan kuda hitam mereka masuk ke gerbang istana kecil itu, dan melihat para perempuan yang menyambut mereka dengan suka cita. Mereka semua kecuali sang putri membungkuk hormat ketika rombongan kecil itu turun dari kuda mereka.
"Selamat datang kembali, Tuan Godfrey."
Godfrey berdiri di depan mereka sambil tersenyum sopan, dan perhatiannya tertuju pada seorang perempuan bergaun indah yang berdiri di tengah-tengah mereka. Ia mendekati mereka, menghampirinya dan merekapun berpelukan.
"Tuan Putri Agnes dari Antioch," Ia berlutut dan mencium punggung tangan putri itu. "Akhirnya kita bertemu lagi."
Perempuan itu tersenyum dan meminta Godfrey berdiri lagi.
"Aku sangat merindukanmu, Godfrey," ujarnya lembut. "Enam bulan bukan waktu yang singkat, dan aku khawatir surat-suratku tidak sampai padamu untuk menceritakan kondisiku."
Wajah Godfrey berubah menjadi terkejut sekaligus terkesima saat melihat perut Agnes, nama putri bangsawan itu-sudah sedemikian besar. Ia mengusap perut Agnes dengan hati-hati dan menciumnya.
"Demi Tuhan, aku telah melewatkan banyak hal," Ia memandang Agnes dengan perasaan menyesal. "Jangan khawatir, Agnes sayang. Aku menerima surat-suratmu, dan aku membacanya berulang-ulang setiap hari. Kertasnya begitu harum, kau menggunakan wewangian kesukaanku." Ia mengusap perut Agnes lagi dengan suka cita. "Oh Agnes, aku benar-benar bahagia dan sangat mencemaskanmu saat mengetahui ini. Enam bulan yang lalu saat aku pulang ke Inggris dan sekarang sudah sebesar ini. Aku benar-benar calon ayah yang payah. Tidak tidak, ayo bawa masuk Putri Agnes ke dalam. Dia tak boleh berdiri terlalu lama."
Wajah Agnes merona ketika Godfrey mengatakan tentang wewangian yang digunakannya dalam surat itu. Bagaimana tidak, itu wewangian yang kugunakan saat terakhir kali aku bercinta denganmu, Godfrey sayang. Percintaan yang membuahkan bayi kita dalam perutku ini.
Godfrey bersama para pengasuh itu (termasuk Domitiana) membimbing kembali Agnes ke dalam balairung kecil istana. Setelah duduk di sofa mahalnya, Agnes menempelkan telapak tangan Godfrey di perutnya yang buncit.
"Tidak, jangan bicara begitu, Godfrey sayang. Aku tahu kau akan menjadi ayah yang hebat," Ia mengusap perutnya dengan penuh sayang. "Pamanku sangat menyukaimu, karenanya ia menyiapkan hadiah itu untukmu."
Godfrey tertawa malu. Para pengasuh itu memohon diri untuk ke belakang sehingga Godfrey bisa berduaan dengan Agnes.
"Jadi... Bagaimana keadaanmu dan bayi kita, Agnes? Apakah semuanya baik-baik saja? Aku masih merasa kesal pada diriku sendiri karena sampai tidak tahu kau sudah hamil saat aku pulang ke Inggris."
"Awalnya cukup tidak mengenakkan," Agnes meneguk minumannya dari meja di sisi sofanya. "Aku mulai merasa mual-mual sejak malam kau berangkat waktu itu, dan sedikit menggigil malam-malam berikutnya. Kupikir itu karena aku belum terbiasa dengan-ya, apapun yang masuk ke dalam tubuhku setiap kita bersenggama. Barulah aku menyadari apa yang terjadi dua bulan kemudian, saat perutku sudah membesar. Domitiana memberitahuku kalau aku sedang hamil empat bulan, tapi perutku lebih besar. Ia memanggil tabib kesayangan pamanku untuk memeriksa kandunganku, dan tabib Muslim itu... Ia menemukan dua denyut jantung dalam perutku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Redemption of Succubus
Fantasy‼️TW‼️: 21+ ke atas. Tuhan memberikan pertolongannya lewat siapapun, termasuk lewat tangan iblis. Desa Locksley, Britania 1128. Paska Perang Salib Pertama. Godiva, seorang pelacur generasi kedua di rumah bordil tempatnya bernaung mulai mendambakan k...