Godiva mendekatkan dirinya pada Ulric dan menggenggam tangan pemuda itu.
"Aku akan mengajarimu banyak hal tentang diriku, Ulric. Itu janjiku untuk membahagiakanmu. Cintaku."
Ia membelai tangan pemuda itu, dan membimbingnya untuk mengenali tubuhnya. Ulric membiarkan Godiva membimbing tangannya untuk menyentuh perutnya, lalu bergerak ke bawah pusarnya. Ketika ia menyentuh bulu kemaluan gadis itu, Godiva menatapnya manis.
"Kau akan tahu apa yang paling kusukai di sini, Ulric."
"Ajari aku."
Godiva menggerakkan tangan Ulric ke bawah lagi, dan merentangkan sedikit kedua pangkal pahanya hingga pemuda itu bisa mengakses celah kewanitaannya. Ulric bisa merasakan kelembaban di celah kewanitaan gadis itu, lunak dan lembutnya daging di sana, bibir kemaluan gadis itu; segumpal daging kecil yang membuat Godiva memejamkan matanya dan menggigit bibirnya, meretih nikmat saat Ulric mengelusnya lembut. Ia merasakan celah kewanitaan gadis itu berdenyut dan merekah di jari-jarinya oleh sentuhannya, dan menyentuh sebuah lubang amat kecil yang perlahan menegang dan merenggang terbuka, merasakan sesuatu menetes keluar dari sana dan mengenai telapak tangannya.
"Oh, Ulric... Ah."
Ulric tak bisa menahan diri untuk tidak melongo saat ia melihat ekspresi Godiva yang begitu menikmati sentuhannya, terangsang penuh. Godiva begitu basah kuyup di sana, setelah ia merasa cukup dan mengizinkan Ulric menghentikan sentuhannya sebentar. Payudara gadis itu mengencang dan semakin membulat serta puncaknya yang mengeras karena gairah.
"Kau... kau menyukainya, Godiva?"
"Sangat. Aku sangat menyukainya, tapi ini baru permulaan."
Perhatian Godiva tertuju pada pangkal paha Ulric dan ia mengerling sambil berlutut di depannya.
"Kau layak mendapatkannya, Ulric-ku." bisik Godiva dengan suara lembut. Ia mengelus lembut tonjolan di balik celana Ulric yang mulai bereaksi oleh sentuhannya, membuat Ulric menahan napas. "Aku sangat bersyukur bisa pergi dari dunia kotor itu, tapi aku belajar banyak hal dari kehidupan yang kujalani di sana. Salah satunya adalah cara membahagiakan pria yang kucintai, dan juga mencintaiku. Seharusnya... seharusnya aku lebih awal mengenalmu sebagai satu-satunya pria yang kucintai. Seharusnya aku sudah menikah denganmu sejak lama."
"Ini belum terlambat, Godiva sayang. Aku selalu menunggumu."
Ulric memandang Godiva dengan terpesona, gairah yang tidak pernah dipahaminya merayapi benaknya. Ia tidak pernah tahu rasanya mendekap atau menyentuh dan disentuh oleh seorang perempuan, apalagi perempuan secantik dan sebaik Godiva. Tapi sentuhan gadis itu sungguh luar biasa.
Godiva memegangi tali pengikat celana Ulric dan mulai mengurainya dengan sabar, hingga celana itu turun dari panggul Ulric dan jatuh di kaki pemuda itu. Ulric tidak bergerak namun ia menunggu dengan sabar dan terpana, sementara Godiva mengagumi pemandangan di depannya.
Gadis itu menangkup buah pelir Ulric dan membelainya dengan penuh pemujaan, hingga pria itu tak kuat berdiri lagi oleh kenikmatan sentuhannya.
"Oh Godiva..."
"Duduklah, Ulric. Kau akan sedikit kelelahan, tapi kau akan sangat menyukainya."
Ulric menurut dan ia pun duduk di atas ranjangnya. Gadis itu membelai buah pelirnya, bergantian mengagumi kejantanannya yang mulai mengeras, membuat pemuda itu mengerang senang.
"Kau lumayan besar juga, Ulric-tapi kau adalah yang terbaik."
"Kupastikan ini akan menjadi milikmu selamanya, Godiva-ku."
"Aku juga memastikan bahwa diriku sekarang adalah satu-satunya milikmu, dan hanya sudi melakukan ini padamu."
Godiva mulai menciumi kejantanan dan buah pelir pemuda itu hingga Ulric terkesiap, dan mengulumnya dengan hati-hati seraya memijatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Redemption of Succubus
Fantasi‼️TW‼️: 21+ ke atas. Tuhan memberikan pertolongannya lewat siapapun, termasuk lewat tangan iblis. Desa Locksley, Britania 1128. Paska Perang Salib Pertama. Godiva, seorang pelacur generasi kedua di rumah bordil tempatnya bernaung mulai mendambakan k...