Chapter 12

658 20 0
                                    

"Dari mana saja kau?"

Godiva dikejutkan oleh suara parau suaminya saat ia masuk kamar. Ia menoleh ke sana kemari, dan mendapati Godfrey sedang berdiri di sisi tempat tidur. Pria itu berada di sana dalam keadaan sadar penuh dan telanjang bulat, wajahnya merah padam.

"G... Godfrey? Aku tidak tahu kau sudah pulang. Kau selalu pulang larut."

"Kau tidak punya masalah dengan itu kan?"

Godiva menghela napas. Sudah tiga bulan berlalu sejak Godfrey pulang dari Yerusalem, juga sudah selama itu ia tidak bisa bercinta dengan normal dengannya seperti sejak pria itu menikahinya. Hari ini juga tepat satu tahun pernikahannya dengan Godfrey, dan haidnya bulan ini baru saja selesai. Selama satu tahun ini juga haidnya keluar dengan teratur setiap bulannya, namun hal itu membuatnya amat sedih. Kehamilan yang didambakannya tak kunjung datang, karena memang tidak mungkin setelah apa yang terus terjadi selama tiga bulan itu.

Kali ini Godfrey tidak lagi mengeluarkan benihnya di luar dengan pikiran melayang kemana-mana setiap kali mereka bercinta, tapi impoten total. Ia tak bisa memasuki tubuh Godiva lagi seperti malam pertama mereka bercinta lagi setelah berbulan-bulan mereka berpisah, hanya bisa menggesekkan kejantanannya yang lemas dengan frustrasi di pangkal paha istrinya hingga benihnya berceceran di ranjang. Dia mulai mencemaskan kutukan anak yatim yang disebut-sebut oleh Richard beberapa minggu sebelumnya.

Kutukan Agnes dan kedua adiknya, Raynald dan Hafshah. Pasti ini semua gara-gara mereka. Aku telah meremehkan ikatan batin mereka bertiga yang sangat kuat. Hafshah yang melindungi kedua anak yatim itu selama hidupnya, gadis yang kurusak tubuh dan kesuciannya. Gadis itu adalah malaikat pelindung mereka, yang membuat kutukan mereka menjadi kenyataan.

"Godiva, kau mendengarku."

"Aku tidak keberatan kau sering pulang agak... Malam, Godfrey. Aku hanya mengkhawatirkan kesehatanmu."

Bukannya berterima kasih atas perhatian Godiva, pria itu malah balas menatapnya dengan curiga dan tersinggung.

"Jadi kau benar-benar menganggapku sakit, kalau begitu? Karena aku tidak bisa menyenggamaimu? Tidak bisa membuahimu dan memberimu bayi yang kau inginkan dalam perutmu?"

"Bukan itu maksudku, Godfrey." Godiva melepaskan mantelnya dan meletakkannya di atas perapian. Ia mengatur suaranya tetap hati-hati. "Kau terlalu sering keluar rumah hingga larut malam, bahkan hingga fajar. Kau bisa sakit jika kau melakukan itu terus menerus, Godfrey."

"Aku tidak selemah itu, Godiva." ujar Godfrey tak sabar. "Kau belum menjawab pertanyaanku. Everill bilang kau selalu pergi keluar rumah akhir-akhir ini setiap pagi saat aku tidak di rumah."

Godiva terdiam. Selama beberapa minggu ini ia membantu merawat Eleanor hingga perempuan tua itu sembuh total, dan Ulric sangat berterima kasih padanya. Ia membantu memasak makanan untuk ibu dan anak itu, dan berencana untuk mencari tahu keberadaan ketiga kakak Ulric.

"Aku... Aku menemui temanku. Ia dalam kesulitan, dan aku mencoba membantunya."

Tiba-tiba Godfrey tertawa histeris hingga membungkuk dan terbatuk-batuk.

"Teman?! Jadi kau punya teman sekarang? Hah, kenapa aku tidak pernah tahu?"

"Karena kau tidak pernah punya waktu untuk mendengarkanku! Godfrey, kumohon dengarkan aku sekali saja! Kau selalu perg-"

Godfrey meraih lengan Godiva dengan kasar dan menariknya lebih dekat. Matanya yang kemerahan tertuju pada perut Godiva, yang selama ini sering diperhatikannya tanpa sadar sejak ia pulang dari Yerusalem; karena ia sadar perempuan itu sangat mendambakan seorang anak dalam perutnya.

The Redemption of SuccubusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang