Chapter 16

904 19 7
                                    

"Engh... Uh... Eeengh... Ohh..."

"Bagaimana perasaanmu, sayang? Semuanya akan baik-baik saja. Oh Tuhan, akhirnya."

"Aku baik-baik saja, mama... Aku hanya... Perutku sudah semakin mulas."

"Duduklah. Ulric anakku, tolong jerang air panas! Godiva sudah semakin mulas-mulas sekarang, oroknya sudah mau keluar. Semoga Tuhan melindungimu dan bayi kalian."

"Baik, mama! Bertahanlah, Godiva sayang."

Dengan tubuh gemetaran, Godiva duduk di atas sebuah bangku kayu kecil mirip bangku bersalin yang pernah digunakannya di rumah Sybilla. Bangku kayu sederhana itu sengaja dibuat oleh Ulric begitu ia tahu Godiva sedang mengandung atas permintaan ibunya untuk memudahkan persalinannya nanti. Bangku itu diletakkan di samping ranjang Ulric agar Godiva bisa segera beristirahat setelah bersalin.

Selama tiga hari berturut-turut ini Godiva yang tengah hamil tua semakin intens bercinta dengan Ulric untuk menyiapkan otot vaginanya saat melahirkan, dan sejak siang tadi kontraksinya sudah datang secara beruntun saat ia sedang menyortir kentang dari ladang untuk dijual ke pasar. Kini perutnya sudah semakin mulas dan berat karena si jabang bayi dalam perutnya sudah benar-benar turun, namun ketubannya belum pecah.

Godiva mengernyitkan keningnya yang basah oleh keringat, wajahnya merah padam menahan mulas di perutnya yang semakin tak tertahankan. Tubuhnya berayun gelisah di atas bangku kecil itu, tangan kanannya menarik-narik bawah gaunnya dan tangan kirinya memegangi perutnya yang besar dan menonjol ke depan, mengencang karena kontraksi.

"Uungh... Ungh... Engh..."

Eleanor mengusap lembut perut Godiva dengan penuh kasih sayang.

"Perutmu sudah keras sekali, kontraksinya sudah semakin kuat. Cucuku sebentar lagi akan segera lahir." Eleanor memberi tatapan menenangkan pada Godiva yang gemetaran hebat dan gelisah di bangkunya. "Godiva sayang, aku benar-benar minta maaf tak bisa memanggil bidan kemari untuk membantu persalinanmu. Aku takut kau akan kekurangan makanan untuk memberimu tenaga selama persalinan jika kita membayar bidan, tapi aku sangat khawatir denganmu."

Di tengah-tengah rasa mulas karena kontraksi yang melanda perutnya, Godiva tersenyum letih pada Eleanor dan menggenggam tangan wanita tua itu, lalu meletakkannya di perutnya. Dia menarik napas kuat-kuat.

Inilah yang kuinginkan. Aku tidak tahu apakah ucapan Sybilla tentang para bidan desa yang disumpah hanya boleh membantu persalinan atau kelahiran anak-anak sah itu benar atau tidak, tapi inilah momen yang kudambakan. Aku hanya ingin ditemani oleh orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku saat aku melahirkan bayiku, bukan orang asing. Aku lebih membutuhkan Ulric dan mama Eleanor untuk berada di sisiku saat ini, bukan orang lain.

"Mama Eleanor-ku sayang," Godiva berkata lirih, mengusap perutnya seakan bisa meredakan rasa mulas itu. "Ini bukan pertama kalinya aku melahirkan tanpa bantuan bidan. Aku hanya ditemani Sybilla, itupun aku benar-benar melakukannya hampir sendirian. Kali ini aku merasa sangat bersyukur karena ada kalian berdua di sisiku."

"Oh sayangku," Eleanor mencium kening Godiva, merasa semakin menyayangi gadis itu. Godiva lebih dari sekadar menantu atau calon menantu, ia adalah putrinya. "Kami akan selalu bersamamu. Bayimu, cucuku akan lahir selamat di sini, dan kau juga akan menjadi ibu yang heb-"

"Mama Eleanor-ohh!"

Terdengar suara 'pop' pelan dari perut Godiva, diikuti dengan pecahnya ketuban. Ketika cairan itu memancar dari pangkal paha Godiva, gadis itu merintih nyaring sambil merentangkan kedua pahanya; dan di saat bersamaan juga Ulric telah kembali ke kamar dan memekik terkejut.

The Redemption of SuccubusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang