"Ungh... Uh... Ah... Aaaah..."
Godiva mendesah, merintih nikmat di atas tubuh Ulric, tepat di atas pinggangnya sambil duduk dan mengayunkan panggulnya, menyatukan tubuh mereka; sementara Ulric mengerang lembut di bawah tubuhnya. Ia mengelus dan membelai puncak payudara Godiva yang lembut dan mengeras di waktu bersamaan karena gairah, sebelum bergerak turun menelusuri lekukan perut gadis itu dengan takjub. Lekukannya sudah semakin besar, dan Ulric masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dan takdir yang menunggunya beberapa bulan lagi.
Tidak terasa Godiva telah tinggal di rumah Ulric dan ibunya selama enam bulan, sama seperti usia kandungannya; dan sangat bahagia karenanya. Awalnya ia agak cemas dalam mencari cara untuk meyakinkan Ulric bahwa ia sedang hamil tiga bulan yang lalu karena lekukan di perutnya belum kentara, tapi Ulric begitu mantap mempercayainya. Walaupun dia merasa dirinya sudah hamil sejak sebulan pertama ia menetap di sini, ia tahu kalau bayi dalam kandungannya adalah bayi Ulric. Bukan bayi Godfrey, karena pria itu tidak pernah bisa-bisa membuatnya hamil selama berbulan-bulan sejak kepulangannya dari Yerusalem. Walaupun dia perlu waktu untuk menyadarinya, dia langsung merasakan gejala kehamilan itu justru tak lama setelah ia bercinta dengan Ulric untuk pertama kalinya, menerima limpahan benih pemuda itu dengan sukacita dalam rahimnya.
"Ulric sayang... Aku hamil."
"Benarkah? Kau... benar-benar yakin kau sedang hamil, Godiva?"
"Aku yakin sekali, aku sudah merasakan kehadirannya. Sekarang seharusnya sudah hampir tiga bulan. Sebentar lagi kau akan bisa melihat perbedaannya."
Dan itu benar terjadi. Ulric melihat sendiri perut Godiva yang mulai membesar perlahan seiring berlalunya pekan dan bulan, sangat takjub oleh perubahan itu. Tubuh Godiva menjadi lebih sensitif oleh sentuhan dan lebih mudah bergairah untuk bercinta seiring pertumbuhan bayi dalam perutnya, dan Ulric menjadi semakin betah di rumah. Ibunya juga amat berbahagia oleh kabar gembira ini, dan membantu merawat Godiva dengan telaten. Ia sangat gugup namun senang sekali dalam penantian ini, akan ada seorang anak lagi yang lahir di rumah ini. Ia akan menjadi seorang nenek dari satu-satunya anak yang berhasil ia perjuangkan hidupnya sejak ia lahirkan sendirian di sini.
Ulric mengerang penuh kenikmatan ketika ia mencapai pelepasannya dalam tubuh Godiva, menyusul Godiva yang gemetar hebat oleh orgasmenya sendiri.
"Ah... Aku lelah sekali."
"Beristirahatlah di sisiku, Godiva."
Ulric mengerti kalau Godiva juga mulai merasa mudah lelah di usia kehamilannya yang semakin tua, selain faktor ketekunannya membantu mengurus ladang dengan kondisinya. Oleh karena itu sejak ia mengetahui kehamilan Godiva, ia lebih cepat pulang ke rumah dan tidak berlama-lama di pasar. Ia mengulurkan tangannya dan membantu Godiva berbaring di sisinya, mendekap gadis itu sambil mengusap perutnya yang membuncit dengan penuh kekaguman.
"Godiva,"
"Iya, sayang?"
"Bagaimana perasaanmu? Apa... Apakah kau sudah siap dengan segalanya?"
Godiva tersenyum lembut sambil menoleh ke belakang, menatap Ulric.
"Aku siap untuk apapun yang menungguku di masa depan, Ulric," Ia mengedipkan matanya, lalu mengusap perut buncitnya dengan lembut. Ia melakukannya dengan sedemikian rupa sehingga menimbulkan percikan erotis dan gairah dalam tubuhnya. "Aku sudah siap menjadi ibu maupun istrimu, karena aku sudah lama mendambakannya. Aku sudah tidak sabar ingin segera menimang bayi kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Redemption of Succubus
خيال (فانتازيا)‼️TW‼️: 21+ ke atas. Tuhan memberikan pertolongannya lewat siapapun, termasuk lewat tangan iblis. Desa Locksley, Britania 1128. Paska Perang Salib Pertama. Godiva, seorang pelacur generasi kedua di rumah bordil tempatnya bernaung mulai mendambakan k...