"Sudah hampir dua tahun kita meninggalkan tempat ini."
Godiva memandang jauh ke padang rumput dan bukit di depannya dengan setengah melamun di atas kudanya. Akhirnya, setelah perjalanan jauh berbulan-bulan membalaskan dendamnya dan menemui orang-orang penting dalam hidupnya yang pernah disakiti oleh mantan suaminya, ia sudah dekat ke rumah. Hanya melewati beberapa bukit lagi, ia akan tiba di perkampungan bangsa Moor yang menjadi rumah terakhir baginya dan putra semata wayangnya, tempat perlindungan terbaik yang ia dapatkan sepanjang hidupnya. Ia lega Gabriel mendapatkan pengasuhan terbaik di antara orang-orang Moor itu, tapi ada hal lain yang masih memenuhi pikirannya selama perjalanan pulang dari Ashkelon kemari.
Tanpa sadar ia begitu memuja keluarga bangsawan campur itu, terutama sang comtesse, Hafshah. Ia tak bisa melupakan sang comtesse dari pikirannya, dan sangat memujanya. Seperti suaminya, Pangeran Raynald, Godiva mendapati sang comtesse tidak hanya seorang perempuan saleh dan penyayang, tapi lebih dari itu.
Perempuan itu terlihat luar biasa bahagia, sensual dan penuh gairah. Ia teringat lagi saat melihatnya tengah bercinta dengan suaminya malam sebelum kedatangan mereka, dan melihatnya langsung di ruang tamu mereka di kastil kecil itu. Hafshah duduk dengan sopan di depannya bak nyonya rumah bangsawan beretika, tapi Godiva melihatnya lebih dari itu lewat indera-indera iblisnya. Sang comtesse mengingatkannya pada puisi-puisi sensual yang pernah didengarnya dari para perempuan Moor lebih tua di perkampungan tempat tinggalnya. Mereka memberitahunya jika para perempuan di Andalusia sangat pandai menggubah puisi, dan mereka tidak segan-segan mengutarakan isi hati, isi kepala, bahkan hasrat sensual mereka dalam tulisan.
Hafshah baru saja mandi dan bersuci untuk bersembahyang tidak sampai dua jam sebelumnya, tubuhnya harum oleh minyak wangi dan sabun namun masih panas oleh gairah penuh. Bulir keringat di pelipisnya yang mulai turun, puncak payudaranya masih mengeras, otot-otot tubuhnya masih menegang, terutama bagian bawah pusar dan seluruh otot kewanitaannya. Dan terutama, Godiva merasakan apa yang tengah terjadi di sana begitu ia melihat wanita itu lebih dekat. Tubuh serta pusat kenikmatannya masih berdenyut mendambakan hasrat suaminya, dan-
Ya, penglihatannya benar. Di dalam rahim sang comtesse itu memang sedang terjadi pembuahan, yang membuat seluruh tubuhnya hangat selain hasratnya yang belum padam. Pertanda kehamilannya sudah berlangsung. Dan benar saja-sudah beberapa bulan sejak mereka meninggalkan Ashkelon, mereka tidak berniat buru-buru dalam perjalanan pulang ke Perancis karena menemukan begitu banyak perempuan yang membutuhkan pertolongan mereka selama perjalanan-mereka mendapatkan kabar jika sang comtesse Ashkelon berdarah Saracen itu baru saja melahirkan anak keempatnya dengan selamat, seorang anak laki-laki yang sehat dan lucu. Godiva merasa lega keluarga itu kini kembali diselimuti kebahagiaan setelah hampir kalang kabut didatangi setan yang memberitahu mereka bahwa hidup mereka lebih aman sekarang, dan berharap mereka semua baik-baik saja. Ia merasakan kasih sayang begitu mendalam pada mereka, dan seandainya ia tidak memiliki tanggung jawab moral untuk menyelamatkan hidup perempuan lainnya dengan kekuatan ini, ia ingin tinggal di sana untuk melindungi keluarga itu. Setidaknya jika ia tidak bisa memiliki keluarga sebahagia sang comte dan istrinya, ia bisa berbahagia melihat semua perempuan memiliki kebahagiaan itu. Memikirkan mereka membuatnya kembali teringat pada mendiang suaminya.
Seandainya saja aku bukan iblis. Seandainya saja aku punya cara lain. Tawaran lain. Aku tidak menyesal telah mengambil keputusan menerima tawaran Meridiana dan Lilith untuk menyelamatkan perempuan lain, tapi aku tidak akan bisa memiliki kekasih lagi seperti manusia umumnya. Aku masih sangat mencintai Ulric, tapi aku tidak akan bisa memiliki bayi lagi. Aku tidak bisa bersetubuh dengan seorang pria tanpa membunuh mereka sekarang, apalagi hamil. Gairahku hanya bisa digunakan untuk membunuh, menyantap kehidupan seorang pria dari benihnya.
Godiva menggeser tubuhnya sedikit ke belakang agak gelisah sambil memegang bawah pusarnya, merasakan sesuatu yang menggelenyar hangat penuh kerinduan di bagian bawah tubuhnya. Gairah iblisnya kembali mengingatkannya pada kenikmatan lama yang diberikan suaminya dulu, setelah kira-kira dua puluh pria kurang ajar diganyangnya selama perjalanan pulang kemari. Ia rindu bercinta dengan normal lagi sebagaimana manusia umumnya. Ia merindukan percintaan penuh gairah, pelepasan penuh kenikmatan yang membuahkan anak dalam kandungannya. Ia tidak merindukan persetubuhan yang menghasilkan anak pertamanya di rumah Sybilla, tapi ia menginginkan sesuatu yang pernah dinikmatinya bersama Ulric. Ia kembali merindukan saat-saat percintaannya dengan Ulric, saat anak hasil percintaan itu tumbuh dalam rahimnya, saat-saat ia menahan mulas di perutnya oleh kontraksi persalinan, dan kelegaan luar biasa saat merasakan si jabang bayi lahir dengan selamat ke dunia. Ia ingin sekali merasakan ledakan-ledakan kegembiraan mendebarkan itu walaupun hanya sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Redemption of Succubus
Fantasy‼️TW‼️: 21+ ke atas. Tuhan memberikan pertolongannya lewat siapapun, termasuk lewat tangan iblis. Desa Locksley, Britania 1128. Paska Perang Salib Pertama. Godiva, seorang pelacur generasi kedua di rumah bordil tempatnya bernaung mulai mendambakan k...