Kejadiannya berlangsung dua ratus tahun yang lalu.
Gerbert, sang biarawan muda itu baru saja keluar dari pekarangan rumah pujaan hatinya dengan hati yang sangat hancur. Dia berasal dari keluarga yang sangat religius, dan karena minatnya yang besar terhadap ilmu pengetahuan, keluarganya mulai khawatir ia akan mempelajari hal-hal yang dilarang gereja sehingga ia dikirim ke biara Saint Gerald d'Aurillac di usianya yang ketujuh belas. Pada saat yang bersamaan juga, ia jatuh cinta pada putri seorang Provost di Rheim, pemilik rumah yang sekarang sedang ia tinggalkan ini. Gerbert tidak tampan, tapi tidak terlalu buruk rupa hingga siapapun akan jijik melihat wajahnya; hanya saja perlakuan gadis itu begitu kasar padanya walaupun Gerbert tidak memaksakan kehendaknya untuk menerima pernyataan cintanya.
"Ayahku tidak akan mau memberi mahar untuk menikahkan aku dengan pria rendahan sepertimu!"
Walaupun ia telah diajari untuk merelakan, mengingat dirinya harus hidup selibat sebagai seorang biarawan, hasratnya untuk membuktikan dirinya pada gadis itu mulai memuncak dalam benaknya. Aku akan membuat perempuan itu menyesal nanti. Aku akan menjadi orang yang termasyhur, dan semua orang akan menghormatiku.
Meridiana melihat itu. Ia selalu mudah tertarik pada hati yang tersakiti dan teraniaya untuk menertawakan manusia yang ia pikir bisa lebih jahanam daripada bangsanya.
Ia melihat Gerbert sedang berjalan dengan sedih menuju belakang biara, dan Meridiana bergegas mencegatnya dengan manis di jalan setapak kecil yang mulai gelap itu. Pemuda itu terlonjak kaget melihat kehadiran Meridiana yang sekonyong-konyong di depannya, dan nyaris melarikan diri.
"Jangan ganggu aku!"
"Aku tidak bermaksud menyakitimu."
Gerbert hendak berteriak ketika Meridiana meraih lengannya, menariknya mendekat. Pada jarak yang nyaris intim itu, Gerbert dapat melihat sosok perempuan yang mencegatnya dengan jelas dan tak sanggup bergerak karena terpesona luar biasa.
"Kau tidak perlu takut."
Meridiana luar biasa cantik dan montok, ia hanya mengenakan sehelai jubah merah tua untuk menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan apapun di bawahnya, dan menampakkan seluruhnya dengan melepas kancing satu-satunya jubah itu.
"Nona-apa yang kau lakukan di sini sendirian? Di sini tidak aman untukmu, seseorang akan melukaimu-"
"Tidak ada yang akan melukaiku di sini, atau melukaimu selama ada aku."
Gerbert berusaha menundukkan matanya agar tidak melihat eloknya tubuh Meridiana, namun Meridiana tidak memaksanya. Ia tak bisa menggerakkan tubuhnya saat Meridiana mendekapnya dengan tubuhnya yang telanjang di bawah jubahnya, menenggelamkan Gerbert dalam rengkuhannya. Dengan payudara Meridiana yang mengelus dadanya yang tertutup kain jubah biarawannya, Gerbert tak kuasa menolak untuk menyentuh kulit telanjang perempuan misterius itu.
"Sungguh, aku tidak berniat menyakitimu. Aku ingin menolongmu, Gerbert."
Gerbert terenyak saat ia mendengar perempuan itu menyebut namanya. Dari mana dia tahu namanya?
"Kau tidak tahu apa-apa tentangku, nona."
Meridiana tertawa manis, melihat Gerbert yang berusaha meredam gairah dan keinginannya untuk menyentuh puting payudaranya yang ranum.
"Oh, aku tahu, tentu saja. Kau dikirim orang tuamu ke biara dan cintamu bertepuk sebelah tangan. Situasinya pasti sangat menyedihkan untukmu, dan aku ikut bersimpati. Kau pemuda yang baik."
Meridiana membimbing pemuda yang akhirnya luluh untuk mendengarkannya itu menuju tepi hutan yang sudah gelap.
"Aku... aku minta maaf karena telah bersikap kasar padamu, nona."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Redemption of Succubus
Fantasía‼️TW‼️: 21+ ke atas. Tuhan memberikan pertolongannya lewat siapapun, termasuk lewat tangan iblis. Desa Locksley, Britania 1128. Paska Perang Salib Pertama. Godiva, seorang pelacur generasi kedua di rumah bordil tempatnya bernaung mulai mendambakan k...