Chapter 17

751 20 2
                                    

Apa yang terjadi pada Hafshah Al-Akhtar dan Tullia, korban kebejatan Godfrey of Berkshire setelah ia kehilangan Godiva di malam perkelahian mereka yang brutal? Dan bagaimana perbuatan itu mengubah peta kehidupan mereka ke depan?


Cerita Hafshah Al-Akhtar.

"Sepertinya Guy menyukaimu, Hafshah. Kau akan menjadi bibi yang hebat bagi mereka."

Hafshah tersenyum mengangguk sambil mengusap kepala bayi yang tengah tidur dengan nyaman di pangkuannya, Guy. Anak kembar Agnes dari Baron Godfrey of Berkshire yang dibencinya itu kini telah berusia delapan bulan. Sama seperti usia kandungan Hafshah sekarang, kehamilan yang tidak diinginkannya. Untunglah, kedua bayi laki-laki kembar Agnes tersebut, Guy dan Geoffroi sama sekali tidak ada mirip-miripnya dengan ayah mereka, dan sangat disyukuri oleh ibu serta paman mereka. Mereka lebih mirip dengan ibu mereka dengan mata biru pucat dan rambut hitam ikal manisnya, dan dari sisi tertentu mereka memiliki sedikit kemiripan dengan paman mereka saat masih bayi. Setidaknya itu menurut Bibi Zainab yang membantu kelahiran mereka dan juga ibu serta paman mereka lebih dari dua puluh tahun yang lalu, dan Domitiana juga sependapat; dia hanya berharap-harap cemas kedua bayi itu tidak sebandel paman mereka saat masih kanak-kanak ketika mereka tumbuh cukup besar. Kini kedua bayi laki-laki itu tumbuh sehat, kuat, tampan dan sudah dibaptis.

Semua orang sedikit lebih lega setelah baron itu diusir dari Yerusalem, selain beberapa pertempuran skala kecil di beberapa kota sekeliling Yerusalem (dan Raynald sempat mengalami cedera cukup parah di panggulnya terkena tebasan scimitar seorang prajurit Seljuk yang nyaris mengoyak perut dan mengenai ginjalnya saat ia melindungi Bertrand, senechal atau sahabat sesama prajurit sekaligus pengawalnya di pertempuran Jaffa. Keadaannya tersebut memaksanya pulang ke Yerusalem lebih cepat bersama-sama senechaux-nya, dan waktu penyembuhan serta pemulihan lukanya digunakannya untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Hafshah), antisipasi serangan lebih masif dari kesultanan Seljuk dari Persia dan kalau-kalau ada utusan dari kekhalifahan Abbasid di Baghdad; hanya ada satu masalah di istana kecil Agnes dan Raynald, yaitu kondisi Hafshah. Kekasih sekaligus tunangan sang pangeran yang meneruskan profesi ayahnya. Orang sekaligus perempuan berotak paling brilian di istana Yerusalem itu kini kondisinya dilemahkan oleh kehamilannya yang tidak diinginkan. Kendatipun gadis itu juga berkutat dengan masalah mentalnya menghadapi kehamilan itu, ia tetap merawat Raynald yang terluka parah dengan penuh kasih sayang hingga pemuda itu pulih lebih cepat.

Setelah pertunangannya dengan Raynald, Hafshah dibawa tinggal di istananya untuk melindungi gadis itu dari olok-olok penduduk atau orang-orang yang mengenal keluarga tabib Yusuf di luar sana. Ia tidak tidur di kamar Raynald, tentu saja-ia tidur bersama Agnes dan ikut mengasuh kedua bayi kembar sang putri yang menawan itu. Kehadiran Hafshah di sisi Agnes membantu sang putri menghadapi kedukaan dan kesedihannya setelah ia resmi menjadi ibu tunggal bagi kedua bayi itu, dan Agnes juga membantu mendampingi Hafshah menghadapi kondisinya yang agak mengkhawatirkan. Walaupun kedua perempuan muda yang saling menyayangi itu sangat senang karena bisa tidur bersama lagi dan bercengkerama bersama Raynald di bawah bintang-bintang langit malam sampai mengantuk seperti kebiasaan favorit mereka saat masih anak-anak, Hafshah masih bergulat dengan kondisi mentalnya gara-gara kehamilan ini dan membuat kakak beradik itu mendampingi dan menjaganya lebih ketat. Raynald, tentu saja sangat cemas.

Seiring dengan usia kehamilannya, Hafshah mengalami depresi berat. Seringkali ia melamun saat sedang mengasuh dan memakaikan tunik pada si kecil Geoffroi, dan baru sadar saat bayi itu merangkak menarik-narik kerudungnya, nyaris menduduki perutnya yang membuncit dengan tunik bayinya yang terbalik. Kadang-kadang dia menumpahkan bubur yang ia buat untuk makanan pendamping kedua bayi itu. Lalu malamnya saat ia tidur, walaupun sebelumnya ia tertawa terbahak-bahak di bawah langit malam bersama Agnes dan Raynald, tapi Agnes sering mendapatinya mengigau dalam tidurnya sambil menangis dan meracau penuh sumpah serapah campur aduk dalam bahasa Arab, Perancis dan Yunani, makian-makian yang bisa membuat setan pun merasa malu mendengarnya; dan keesokan paginya ia bangun untuk shalat Subuh dengan linglung dan sudah tidak ingat apa-apa lagi. Jelas sekali perbuatan bejat Godfrey padanya meninggalkan trauma mendalam pada gadis itu, dan kakak beradik itu berupaya membantu Hafshah agar pikirannya kembali membaik. Kini kandungan Hafshah yang telah menginjak bulan kedelapan membuatnya semakin gentar hingga Raynald lebih sering mengawasinya, termasuk saat ia sedang shalat.

The Redemption of SuccubusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang