Pasti terjadi hal-hal yang sangat buruk dan menjijikkan, jika Meridiana terlihat begitu jengkel.
"Memang," Meridiana menjawab isi kepala Godiva, yang juga seringkali masih belum terbiasa dengan kemampuan iblis itu mendengarkan isi kepalanya. "Masalahnya, hasil perbuatan pria itu sudah memakan korban jiwa, Godiva. "
"Apa dia membunuh perempuan yang menolak dirinya?"
"Tidak juga, sebenarnya. Lebih tepatnya, dia membunuh perempuan yang menerima dirinya secara tidak langsung."
"Ya Tuhan." Godiva memejamkan matanya, merasa bersimpati pada siapapun yang menderita oleh perbuatan Godfrey di luar sana walaupun ia tidak mengenal mereka. "Apa yang telah dilakukannya?"
"Minumlah dulu. Kau perlu tonik penguat kepalamu untuk mendengarkan semuanya. Beberapa orang yang kukenal sudah muntah kalau aku menceritakan ini pada mereka."
Sambil mendengus jijik, Meridiana menyodorkan segelas tonik yang didatangkan dari udara kosong pada Godiva dan menceritakan apa yang ditemuinya selama beberapa bulan di Inggris saat mengintai keberadaan sang baron dan siapa saja yang membawa anaknya dalam perut mereka. Selang satu hari setelah kejadian dengan persalinan Corrigana, setidaknya masih ada enam perempuan lain yang hendak melahirkan bayi pria itu di desa lainnya. Dan benar saja, keenam perempuan malang itu menghadapi masalah saat persalinan mereka; dua orang meninggal karena pendarahan hebat akibat infeksi di leher rahim mereka, tiga lagi kesulitan melahirkan karena kontraksi rahim yang semakin melemah dan bayi mereka baru keluar setelah Meridiana memberi mereka ramuan obat pencuci perut (dan bayi-bayi itu sudah meninggal bersimbah ketuban yang sudah kehijauan bercampur nanah), dan seorang lagi mengalami kejadian yang sama persis dengan Corrigana. Seraya menceritakan bagian-bagian sensitif dan mengerikan dalam ceritanya, Meridiana menyamarkan ucapannya dari telinga Gabriel dalam suara mendengung seperti suara lebah oleh kekuatan magisnya agar bocah itu tidak mendengarnya dan terpaku ketakutan, dan sekarang bocah itu sibuk sendiri dengan mainannya. Meridiana sadar ini bukan topik yang pantas untuk didengar anak-anak, dan ia baru menghentikan sihir itu ketika ceritanya sudah selesai dan Gabriel bisa mendengarnya lagi dengan normal.
"Ya Tuhan. Malang sekali mereka! Teganya pria itu!"
"Kau sungguh beruntung, Godiva. Kau tidak sempat tertular penyakit yang disebarkan pria itu pada perempuan-perempuan yang ditidurinya sebelum kau melarikan diri darinya. Aku menduga, sudah hampir dua tahun ini pria itu mulai menyebarkan penyakit kelamin itu pada setiap perempuan di ranjangnya, dan aku khawatir ia juga sempat menyebarkannya pada perempuan di luar negeri, siapapun itu."
Meridiana mengusap kepala Gabriel dengan penuh sayang. Ia ingin memberitahu Godiva soal itu, perempuan lain yang pernah ditidurinya di luar kampung halamannya, tapi ia menunggu momen tepat. Ia belum banyak menyinggung masalah itu selama bertahun-tahun sejak Godiva melahirkan Gabriel agar ia bisa fokus membesarkan anaknya dulu sampai anak itu cukup besar. Sejak melihat Godiva melahirkan Gabriel, Meridiana mulai berempati lebih pada manusia dibanding saat ia pertama kali bertemu dengan Godiva dan Eleanor.
"Itu penyakit yang disebabkan karena berganti-ganti pasangan seks," ujar Meridiana saat ia melihat raut gelisah Godiva. "Pria itu mungkin mendapatkannya dari salah seorang perempuan yang sudah memiliki penyakit itu, lalu ia menularkannya pada yang lainnya. Mereka tidak hanya membawa bayinya dalam perut mereka, tapi juga penyakit menjijikkan yang mengancam hidup mereka dan bayi mereka sendiri."
Godiva meremas-remas tangannya gelisah.
"Saat ini juga, masih ada-"
"Aku harus melakukan sesuatu, Meridiana."
Meridiana berhenti bicara, dan menelengkan kepalanya untuk menatap Godiva lekat-lekat. Mendengarkan dengan penuh minat. Wah. Akhirnya. Aku tahu momen ini akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Redemption of Succubus
Fantasy‼️TW‼️: 21+ ke atas. Tuhan memberikan pertolongannya lewat siapapun, termasuk lewat tangan iblis. Desa Locksley, Britania 1128. Paska Perang Salib Pertama. Godiva, seorang pelacur generasi kedua di rumah bordil tempatnya bernaung mulai mendambakan k...