Chapter 19

758 17 0
                                    

Cerita Tullia.

"Tullia!"

Aku benar-benar benci Baron Godfrey. Dia membuatku menjadi seperti ini.

"Aku masih di sini, Bibi Mabel."

"Di sana ada tiga keranjang besar anggur yang harus disortir, aku tidak ingin ada anggur busuk yang tertinggal lagi di tempat penyulingan. Kau dengar aku?"

"Aku sedang mengerjakannya, bibi."

"Segera selesaikan. Tempat penyulingannya sudah mulai kosong. Ke mana pelacur kecil itu? Ah, itu dia! Matilda! Layani minuman pria tua itu, jangan cuma mengangkangi kekasihmu saja!"

Aku tidak akan pernah memaafkannya. Dia telah memanfaatkan kepatuhanku selama ini. Seharusnya aku melapor saja pada Nyonya Godiva waktu itu, ini tidak perlu terjadi...

Hampir lima bulan telah berlalu sejak Tullia meninggalkan kastil Baron Godfrey dalam keadaan mengandung lima bulan, dan pergi menuju desa Locksley yang ditunjukkan oleh Bibi Everill dan tempat asal Godiva. Rupanya rumah yang dimaksud Bibi Everill tersebut sudah dialihfungsikan menjadi sebuah rumah minum yang dikelola oleh seorang perempuan tua cerewet yang memiliki lima anak, dan anak termudanya bekerja sebagai asisten pandai besi. Tullia yang kehabisan bekal dengan bayi yang terus tumbuh dalam rahimnya terpaksa bekerja membanting tulang pada pemilik rumah minum itu, yang dipanggilnya Bibi Mabel demi bisa membiayai hidupnya. Ia juga sudah memutuskan untuk melahirkan dan membesarkan anak ini, dan menyumpahi pria yang telah menyebabkan kehamilannya tanpa sepengetahuan majikan perempuannya. Tubuhnya yang mungil membuat kehamilannya semakin terlihat jelas dan tidak bisa lagi disembunyikan di bawah lapisan pakaian. Ia bekerja di rumah minum itu bersama seorang gadis seusianya bernama Matilda, putri bungsu Mabel. Matilda merasa kecantikannya tersaingi oleh Tullia yang sedang hamil, walaupun ia lebih banyak membawa pria ke ranjangnya. Selama tinggal di sini Tullia hanya tidur dengan tiga orang pria, itu juga karena dia membutuhkan uang lebih dan terakhir bercinta pun dua hari yang lalu. Percintaan yang mengantarkannya pada hari ini.

Waktu itu telah tiba sebenarnya, setelah penantian berminggu-minggu yang mendebarkan. Ketika kandungannya menginjak bulan kesembilan dan semakin besar, Tullia mulai cemas karena tanda-tanda persalinan yang ditunggunya belum muncul juga. Ia sudah cukup putus asa menunggu saatnya melahirkan sehingga memutuskan membiarkan dirinya dirayu oleh seorang pelanggan, karena Bibi Everill pernah memberitahunya bahwa persenggamaan akan merangsang persalinan. Kecemasan yang terus berlanjut hingga memasuki bulan kesepuluh dan perutnya sudah semakin besar, dan inilah saatnya.

Sejak siang tadi ketubannya sudah pecah dan kontraksinya sudah terasa semakin kuat, tapi Tullia tetap memaksa dirinya bekerja untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa mulas-mulas di perutnya. Ia tak akan menghentikan pekerjaannya sampai ia bisa merasakan kepala si jabang bayi sudah ingin keluar dari vaginanya, namun ia menggunakan bangku kecil yang lebih rendah dari lututnya selama bekerja memilah berkarung-karung anggur, membuat posisinya duduk dengan setengah berjongkok. Ia merentangkan kedua pahanya dan meletakkan karung anggur yang sedang digarapnya di antara kedua kakinya, seraya menanti-nanti apa yang terjadi selanjutnya. Wajahnya mengeras kaku sepanjang kontraksi berlangsung di perutnya, keringatnya bercucuran di pelipis dan dadanya. Otot-otot tubuhnya menegang karena melakukan dua pekerjaan sekaligus secara bersamaan; memisahkan anggur-anggur itu, dan juga berupaya mendorong keluar si jabang bayi dari kandungan Tullia.

"Engh... Aaaah..."

Tullia menggertakkan giginya ketika ia merasakan kepala si jabang bayi bergerak keluar melewati mulut rahimnya, membuat sekujur tubuhnya gemetar hebat dan ia bergerak gelisah, namun ia bersikeras untuk tidak membuat suara nyaring yang akan menarik perhatian. Tuan Godfrey yang menyebabkan ini semua, aku tidak akan mengampuni diriku sendiri dan tubuhku.

The Redemption of SuccubusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang