Chapter 2

2.9K 51 10
                                    

"Heegh... Hegh... Hah... Hah..."

"Seharusnya aku memikirkan ini sebelum mengizinkan para pria kurang ajar itu naik ke ranjangmu," Perempuan paruh baya itu terus menggerutu sambil memeras kain basah dalam ember kayu di depannya. "Kau sama seperti ibumu, satu malam saja sepertinya sudah cukup untuk membuahi rahimmu dan menunda pemasukanku selama lima bulan darimu! Itupun kalau kau masih cukup kuat untuk bersenggama sesuai keinginan mereka dengan perut sebesar ini, tanpa kekhawatiran bayimu ingin ikut keluar saat para pria itu menyelesaikan hajatnya dalam tubuhmu. Aku bisa rugi kalau begini terus. Ingat, ibumu pernah mengalaminya karena pria itu balik memuaskannya di ranjang karena ia tak sanggup membuatku merasa rugi. Untung saja pria itu tidak kabur karena jijik."

Godiva sudah dua kali mendengar cerita itu, mengingat kejadian itu berlangsung tepat sembilan belas tahun yang lalu, kisah saat dia dilahirkan. Ibunya Cecil, melahirkannya saat ia masih di ranjang bersama seorang pria muda yang membayar untuk bercinta dengannya malam itu.

Saat kejadian itu, Cecil tengah hamil tua dan sudah sangat dekat dengan melahirkan. Dengan lima anak yang dilahirkannya sebelumnya serta kepala si jabang bayi keenamnya sudah tepat di mulut leher rahimnya, induk semangnya memperingatkannya kalau ia bisa melahirkan kapan saja, bayinya bisa keluar termasuk saat ia sedang bercinta dengan pelanggan mereka. Namun kehamilannya yang sudah tua tidak mencegahnya untuk bercinta dengan pria yang menginginkannya, pria yang ternyata lebih mudah terpuaskan saat bercinta dengan perempuan hamil. Cecil merasa hasratnya semakin besar dan otot serta bibir vaginanya yang semakin peka terhadap sentuhan seiring dengan membesarnya kandungannya, dan malam itulah saatnya. Ia mengalami orgasme dan kepuasan yang luar biasa saat bercinta dengan pria itu (termasuk saat benih pria itu menyembur ke leher rahimnya), yang menyebabkan kontraksi sangat kuat di perutnya. Pada saat itulah ketubannya pecah sebelum pria itu sempat menarik keluar kejantanannya yang masih mengeluarkan cairan sperma dari vagina Cecil dan ia merasakan mulas luar biasa, dan ia tak sanggup lagi menahannya lebih lama. Kejadiannya berlangsung begitu cepat, dan pria itu nyaris berteriak saat ia menyadari ranjangnya basah kuyup dan kemaluannya bersimbah cairan bening, melihat Cecil yang tengah merintih terengah-engah di sisinya sambil memegangi kedua pahanya dan kepala bayi yang sudah setengah keluar di lubang vaginanya yang menegang kemerahan. Cecil sudah tidak kuat lagi menahan sang bayi untuk keluar dengan pria muda yang baru saja bercinta dengannya itu masih berbaring di sisinya dengan wajah terkejut, si jabang bayi meluncur keluar dengan cepat dan mudah di antara kedua pahanya yang bersimbah keringat, cairan ketuban dan sedikit darah. Untunglah, pria baik hati itu tidak berteriak histeris dan mencoba melarikan diri karena ngeri dan jijik, atau setidaknya membuka pintu dan membiarkan pemandangan proses persalinan itu terlihat ke luar kamar; ia membantu Cecil beristirahat setelah persalinannya yang spontan itu, membersihkan tubuh perempuan itu dan mengurus bayinya, bayi perempuan yang dinamainya Godiva. Ia bahkan berjanji untuk menikahi Cecil dan mengangkat semua anaknya, namun janjinya kandas setelah keesokan harinya pria itu meninggal dunia karena keracunan makanan. Cecil meninggal dunia selang tiga tahun setelahnya saat ia tengah mengandung anaknya yang kedelapan karena kolera. Ia meninggal bersama bayi dalam kandungannya, meninggalkan Godiva yang baru berusia tiga tahun, kelima kakak perempuannya dan adik perempuannya yang masih bayi, Isabeau. Isabeau menyusul meninggal dua minggu setelah kematian ibunya karena penyakit yang sama. Sementara kakak-kakaknya meninggal satu persatu saat mereka menginjak usia remaja karena saat melahirkan anak pertama mereka, semuanya karena persalinan yang sulit di tubuh remaja mereka yang terlalu dini untuk melahirkan bayi. Setelah kematian ibu dan saudari-saudarinya, Godiva sendirian dan sebatang kara. Oleh karena itulah, induk semangnya baru menyodorkannya pada para pria hidung belang itu saat Godiva sudah berusia delapan belas tahun, usia yang dianggapnya memiliki vagina yang siap untuk memuaskan mereka dan rahim yang sudah cukup kuat untuk dibuahi jika terjadi kehamilan.

The Redemption of SuccubusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang