truth

1.3K 237 221
                                    

#42.TRUTH









↬⚪●◑♧◑●⚪↫









"Lihat yang mulus belok, lihat yang bening belok, Ampe yang di sebelah nggak ditengok!" goda Ali menyenggol Davin, membuat cowok itu jadi melemparkan tatapan tajamnya, setelah itu dia kembali menatap objek yang telah ditatapnya selama setengah jam.

"Penasaran, gimana bisa lo yang awalnya disuruh buat jagain, malah keblablasan jadi suka."

Davin langsung kaget mendengar penuturan Ali. Kepalanya refleks menengok. Bahkan yang tau faktanya, hanya 6 orang, termaksud dia. "Dikasih tau Ody?"

Ali menggeleng dengan senyumannya, dia pun menepuk dadanya dengan bangga.

Davin mendengus. Gak heran sih kalau Ali tau. Dia kan, orang genius berkedok bodoh.

"Jagain bukan berarti suka."

Ali tertawa mendengar ucapan Davin barusan. "Lihat. Siapa yang lagi coba denial."

Ali pun melipat kedua tangannya dibawah dada, menatap cowok itu pengertian. "Kenapa sih se-gengsi itu buat ngakuin?" lalu matanya memicing curiga kearah Davin. "Ah, beneran suka Jojo ya lo,----"

Davin mendengus juga mendecak, dia pun menakol mulut cowok itu. Davin melihat kebawah, sedang menimang sesuatu. Dia pun mengangkat kepala, menengok kearah Ali. "Abis gladi bersih, ikut gue."

"Uuuwww.... kemana nichh???"

"Gak usah alay anjing."

"Gue tau lo orangnya ngegas, tapi sama gue gak ada rem-nya, anjir!" kesal Ali tidak terima, karena dibanding yang lain, ke dia, cowok ini pedasnya bukan main. Ali jadi menyeringai. "Aaa... kalo di film sih, gara-gara gue tuh yang paling deket!"

"Deket apa? deket sama kematian?"

"Astaghfirullah...." Ya begitulah kalo udah frustasi, bukan kata kasar lagi yang keluar.

"Bukannya lo gak punya tuhan."

Tangan Ali yang sudah berancang-ancang akan mencabik mulut cowok itu, tertahan karena satu hal. Davin is everyone's sweetheart. Ya, kalimat itu. Cowok itu yang berbeda dari kebanyakan mereka, membuat semua jadi memanjakannya, sehingga cowok itu punya privilege. Sekalipun dia berkata pedas atau bersifat layaknya anjing, tidak akan dibalas, meskipun ingin. Karena dia seorang Davin. Davin yang disayangi semua orang.

Gladi bersih selesai, Davin yang berbalik badan tanpa sepatah kata, membuat Ali mengikuti cowok itu, tidak tahu kemana tujuannya. Hingga akhirnya, dia membawa ke bagian belakang ruang kesenian yang berada di ujung. Davin segera duduk di bangku yang menempel di tembok, begitupun Ali.

"Ngomong anjir, kenapa gak mulai-mulai?!" protes Ali, karena mereka literally actually basically honestly udah duduk disini selama 5 menit, tanpa cowok itu membuka mulutnya.

Davin masih diam, sedang memikirkan kalimat untuk memulai. Dia tuh jarang cerita kayak gini, jadi, bingung harus gimana mulainya.

Ali menarik nafas, mau tidak mau harus memancing duluan. "Awalnya, lo sama Aileen gimana?"

Davin tak langsung menjawab. Cowok itu melihat ke bawah, menerawang kembali perasaan yang pertama kali dia rasakan, kala Sadam menyuruhnya untuk menjaga Aileen. "Dia itu beban."

Ali ceming. Kalimat Davin barusan, terdengar sangat menyelekit. Entah bagaimana jika Aileen tahu soal itu.

"Emang dariawal gue gak pernah suka, itu semua perintah aja buat jagain dia. Lo tau rasanya maksain sesuatu yang kita gak suka? Rasanya nyekek banget."

STEP #DavAileen (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang