homies

1.4K 220 106
                                    

#13.HOMIES


↬⚪●◑♧◑●⚪↫

Terlihat dua orang yang kini tengah berboncengan bersama dalam kemacetan Jakarta. Tak lupa tangan sang cewek yang berkali-kali melilit dipinggang sang cowok, membuat sang cowok berkali-kali berdecak kesal. Kalau cowok itu sudah geram, sang cewek akan berkata, "maaf gak sengaja." Dan, si cowo yang kesalnya bertambah berkali lipat, karena ke-gak sengajaan itu terulang berkali-kali. Akhirnya mereka sampai, membuat Davin bisa bernafas lega karena sehabis ini tak ada lagi adegan peluk-pelukan yang kata Seli, tak disengaja.

"Lepasin helmnya dong!" seru Seli sambil tersenyum menunjuk pengait helm-nya.

Davin melepas helmnya dan menaruh dikaca kanan nya, juga membenahi rambutnya, dan mulai berjalan masuk tanpa mengindahkan teriakan protes Seli. Dia masuk ke mall sendirian, hingga akhirnya Seli berlari cepat untuk menyusul Davin. Saat sudah berjejer dia menepuk pundak cowok itu, agar menunggunya.

Tanpa banyak kata, mereka berdua segera melangkah lebih ke dalam mall, mencari restoran yang sudah diberitahu bundanya. Masuk ke dalam, matanya dengan cepat menangkap keberadaan keluarganya. Davin tersenyum simpul melihat ayahnya yang sudah hampir seminggu lebih tak bertemu. Davin segera menggamit tangan ayahnya untuk salim, lalu ke bundanya.

"Kok gue gak disalimin, gue kan termaksud lebih tua dari lo!" canda Dara.

"Dasar tante." ceplos Davin, yang saat itu juga membuat Dara menyubit pipinya tanpa ampun, membuat Davin melayangkan tatapan kesalnya. "Apaan sih Dar?!" sungut Davin kesal

"Bun, liat bun! Davin gak sopan manggil aku Dar doang!" balas Dara tak mau kalah, sambil mengadu ke bundanya, menunjuk-nunjuk Davin agar dia diceramahi.

"Kan emang panggilan lo Dar. Kecuali kalo lo mau gue panggil Nyet."

"Bun,--"

"Shhh, udah ah! diketawain sama mba nya tuh!" lerai Dian dengan tatapan tertuju pada pramuniaga, yang memang tertawa kecil karena aksi dua anaknya itu. Omelan Dian membuat kedua anaknya terdiam. Dian mulai menyebutkan pilihannya, diikuti Deno dan Seli, sementara kedua anaknya terlihat masih memilah

"Carbonara, mba." ujar kakak-beradik itu dengan kompak, membuat keduanya langsung menengok satu sama lain dengan sinis. Dian menghela nafas lelah, Seli dan si pramuniaga tersenyum kecil, Deno segera membuka ponselnya untuk mengabadikan momen keduanya

"Ngikutin ih!!" seru Dara.

"Lo kali, Tan." jawab Davin santai.

"Gue kan lahir duluan daripada lo, berarti gue duluan lah!"

Davin rasanya mau teriak frustasi, namun dia menjaga mimik wajahnya seperti yang biasa dia lakukan, jadi hanya mengangkat sebelah alisnya. Bagaimana tidak??? dari kecil Dara memang tidak suka jika ada yang mengikuti kesukaannya. Seperti saat kecil, jika kesukaan mereka sama, dalih, 'yang lahir lebih dulu, yang menang', selalu membuat Davin menurut dan mengalah. Yah.. meskipun Dara sudah tak begitu lagi, hanya saja, rasanya menyebalkan jika alasan tidak masuk akal itu digunakan lagi.

"Udah ah! perihal makanan aja diributin!" seru Dian sambil menarik dagu Davin kedepan agar berhenti menatap sinis kakaknya. "Kamu juga! malah asik videoin, bukannya ngelerai!" tegur Dian gemas menabok lengan Deno, membuat pria itu tertawa kecil sambil mematikan rekamannya.

STEP #DavAileen (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang