Meninggalkan Ayaka

321 43 9
                                    

Sebuah tangan tiba-tiba mendarat dibahu Asahi membuat si pemilik bahu terkejut dan menatap si pemilik tangan.




"Kastu-nii?!" Asahi senang melihat si pemilik tangan adalah saudara tertuanya. Katsumi menatap Sakura yang tengah pingsan dengan pakaian yang sedikit robek. "Asahi ... Dia?"

"Oh ya, kakak bantu aku membawanya kerumah sakit." Katsumi menatap adik laki-lakinya. Mereka berdua mengangguk setuju dan bergegas membawa Sakura ke rumah sakit.






Sudah ku katakan sampah sepertimu tidak akan bisa apa-apa.

Kau kira dirimu pahlawan, seharusnya kau sadar diri.

Tidak akan ada tempat untukmu didunia ini, jadi bagaimana kalau KAU MATI SAJA!


Sakura membuka mata, ia langsung terduduk dengan keringat yang mengucur deras membasahi wajah. Napas nya memburu lantaran mimpi yang membuat ia ketakutan. Dan perbuatan tiba-tiba nya itu membuat orang yang berada disamping ia jatuh dengan tidak elit yang kini tengah dibantu Katsumi untuk berdiri.

"Hei ada apa dengan mu!?" Isami selaku korban akibat yang jatuh dengan tidak elit tadi bertanya kesal. Sakura masih memproses apa yang terjadi, kemudian tersenyum lega. "Hanya mimpi"

"Kau bermimpi buruk?" Sakura mengangguk terhadap pertanyaan Katsumi. Matanya menatap kesekitar menyadari dia berada disebuah kamar seseorang salah satu dari anggota keluarga Minato. "Kalau boleh tahu berapa lama aku tertidur?"

"Kau sudah tidak sadarkan diri selama seminggu. Benarkan Kastumi?" Katsumi mengangguk membuat Sakura terkejut. "Dokter bilang kau mempunyai banyak luka ringan, dan kelelahan. Jadi kau hanya butuh istirahat dan mengobati lukamu saja," ucap Katsumi.

Sakura bukannya menjadi baikan akan tetapi dirinya masih terkejut tidak percaya mengetahui dirinya tidak sadarkan diri selama seminggu.

"Oh ya, si Fuma itu malah lari setelah hampir melukai Asahi!" Isami memukul dinding dengan kuat tapi itu malah membuat dirinya kesakitan sendiri.

"Tapi bukan Asahi yang kena melainkan Sakura-" Katsumi menatap wajah Sakura yang menatapnya balik dengan wajah terkejut yang sedari tadi dipasang. "-atau kau lebih suka dipanggil dengan Valgus."

"Ka-kau tah-"

"Aku yang mengatakannya Sakura." Asahi tiba-tiba masuk dengan kantong belanja yang dibawanya, mengambil alih kursi Isami sampai membuat si pemilik terjatuh untuk kedua kalinya. "Untunglah kau sudah sadar, aku panik saat kau jatuh pingsan."

"Maaf sudah merepotkanmu kak Grigio." Asahi menggelengkan kepalanya, sementara Isami berusaha berdiri sambil menahan amarah untuk tidak marah pada adik perempuannya. "Kau istirahatlah disini aku akan mengurusi pakaianmu."

"Pakaian? Apa yang terjadi dengan bajuku?!" Sakura mulai panik melihat Asahi akan keluar dari kamar tersebut. "Bajumu rusak. Jadi ayah, aku dan Katsumi buat yang baru untukmu!"

Asahi dengan santai dan riangnya pergi meninggalkan Sakura yang sangat terkejut dan pasrah dengan keadaan secara bersamaan. Matanya menatap Isami yang entah menahan tawa karena apa. Menghela nafas kesal Sakura beranjak dari kasur dan berjalan keluar kamar walau agak sempoyongan.

"Kau mau kemana Sakura?" tanya Isami sedikit waspada kepada Sakura itu terlihat dari matanya. "Bukan urusanmu."

"Seharusnya kau sudah tahukan kenapa kami disini saat kau tidak sadarkan diri." Mendecih kesal Sakura berbalik menghadap Isami, sementara katsumi diam dan memperhatikan jika ada hal yang terjadi diluar dugaan. "Jika kau melarangku ke kamar mandi maka aku akan memintamu membawakanku dua ember air kemari dan aku akan mandi disini."

Suasana menjadi hening namun tidak lama wajah dari kedua lelaki kakak beradik itu merona dan segera mempersilahkan Sakura keluar sebelum hal yang dibayangkan terjadi. Sakura dengan raut muka kesal dan gumaman yang tidak jelas bahasanya pun keluar dari kamar tersebut dengan menutup pintu dengan keras.

"Huuh ... ku tidak menyangka anak kecil itu sudah tumbuh menjadi remaja sekarang." Katsumi buka suara, dirinya menatap pintu yang dibanting Sakura.

"Jangan terlalu percaya padanya Katsumi, bisa saja ini hanya tipuan." Isami merebahkan tubuhnya yang terasa lelah diatas kasur yang tadi ditiduri Sakura. Matanya menatap langit-langit dengan tatapan lelah. "Tapi, aku rasa kita bisa mempercayai Valgus, Isami."

Isami langsung duduk lalu menatap Katsumi dengan tidak percaya. "Percaya padanya?! Ultra yang mau merebut matahari planetnya sendiri?!"

"Asahi sudah cerita bukan, itu hanya jebakan." Katsumi mendekati Isami yang masih tidak percaya, dirinya memegang salah satu pundak adiknya untuk memberinya ketenangan.  "Kau lihat luka yang didapatkannya dari serangan Fuma. Bayangkan jika dia tidak melindungi Asahi ... Maka adik perempuan kita yang akan terkena serangan tersebut."

"Aku tahu kau masih tidak bisa mempercayainya tapi dia sudah menyelamatkan Ginga, Victory, X, Orb, Geed, dan beberapa ultra lainnya yang merupakan pendahulu kita Isami. Berilah dia kesempatan okay," sambung Katsumi. Isami berpikir sejenak sebelum mengangguk setuju. "Baiklah, lagipula anak itu terlalu naif hingga mudah ditipu bukan."

Katsumi tersenyum bangga lalu berjalan kearah pintu yang di ikuti Isami. Saat di toko Quatro M keluarganya, mereka berdua terkejut melihat Ushio dan Asahi sedang mencocokkan baju baru untuk Sakura.


Sore harinya.

Di lantai atas Aizen Tech anggota keluarga Minato sedang bercengkrama dengan Valgus (sudah berubah ke wujud ultra) yang sedang mengambang dilangit sebelum kepergiannya dari bumi ini.

"Jadi ... Kau akan pergi sekarang?" Valgus mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Asahi. Matanya menatap matahari yang akan tenggelam dengan dihiasi sedikit garis kemerahan di langit biru. "Aku tidak bisa berlama-lama disatu galaksi."

"Sebelum kau pergi boleh aku bertanya?" Valgus mengangguk sekali lagi mempersilahkan Katsumi bertanya. "Kau akan kemana setelah ini?"

Tanpa menatap Katsumi, Valgus menghela nafas sesaat sebelum menjawab. "Tempat mantan human host Tri Squad dan teman-temannya. Setelah itu aku tidak tahu akan kemana. Sudah ya, aku harus pergi sekarang."

Mio: "Hati-hati diperjalananmu."
Asahi: "Jaga kesehatanmu."
Ushio: "Mampir lagi ya, nanti ku buatkan kaos spesial untukmu."

Valgus mengangguk lalu terbang kelangit dengan cepat menembus atmosfir hingga siluetnya menghilang dari penglihatan manusia.

"Yosh! Sudah cukup untuk masalah Ultraman dan Ultrawoman kalian untuk hari ini anak-anak." Mio merangkul ketiga anaknya dengan semangat di ikuti oleh Ushio. Suara tawa seketika pecah dalam keharmonisan keluarga tersebut.

"Ayo pulang."

.

.

.


Bersambung.

ULTRAMAN VALGUS ( Legend Of Hikari No Kishi No Yuusha )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang