Memangnya siapa yang akan peduli padanya. Jika iya pasti dia akan diperalat saja
Makhluk sepertimu seharusnya tidak pernah ada!
Kau cuma sampah! Tidak akan ada yang menolongmu
Jangan pernah kembali atau kau dihukum lebih berat dari pengasingan
Tidak tahu terimakasih! Sudah dibaikin tapi apa yang kau balas?!
Pergilah! Dasar monster!!
"Sara-chan bangun! SAKURA!!" Asahi berusaha membangunkan Sakura tapi si korban tidak kunjung bangun.
Tidak menyerah Asahi tetap membangunkan Sakura yang pada akhirnya dia terbangun dengan mengagetkan Asahi. Sakura yang baru bangun dari tidur mencoba mencerna apa yang terjadi, nafasnya memburu bagaikan orang yang habis lari marathon 5 tahun cahaya.
"Sakura, Kau baik-baik saja? Kau tiba-tiba seperti kesakitan" Sakura menatap Asahi yang tengah mencemaskan keadaannya pun memberi anggukan sebagai jawaban.
"Syukurlah, ayo bangun ini sudah pagi" Asahi dengan cerianya pergi dari kamar meninggalkan Sakura sendiri.
"Haaa.... Untungnya tadi itu cuma mimpi" Sakura beranjak dari kasur dan tak sengaja menjatuhkan suatu benda dari saku celananya. Sakura mengambil benda tersebut dan menatapnya lekat, seketika itu dia mengingat pembicaraannnya dengan Asahi semalam.
Flashback.
"Sakura... Kau tidak tidur?" Asahi menghampiri Sakura yang sedang menatap langit malam.
Sakura melirik Asahi sekilas lalu melanjutkan kegiatannya menatap langit. "Kau duluan saja, Aku terbiasa tidur larut malam".
"Apa...kau merindukan dia Sara?".
"Aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan".
"Jangan mengelak, aku tahu kau mengerti" Sakura menunduk sambil menghela nafasnya, seperti dikatakan Asahi dia sangat tahu siapa yang dibicarakannya.
"Sepertinya memang begitu. Bagaimana kabarnya?" tanya Sakura tanpa menatap Asahi.
"Seperti biasa... Kau tahukan dia itu bagaimana?" Sakura mengangguki pertanyaan Asahi.
"Aku tidak bisa bertemu dengannya, aku yakin dia kecewa padaku karena aku memasuki ruangan plasma spar--".
"--Itu tidak benar!" Asahi menyela perkataan Sakura, membuat ia mendapatkan perhatian dari lawan bicaranya. "Dia percaya padamu saat semuanya tidak dan kami masih ragu! Dia mencoba mencarimu saat ada kesempatan!".
Mata Sakura membulat sempurna mendengar pernyataan Asahi. Ekspresinya terlihat betapa tidak percayanya ia mendengar fakta yang rupanya terbalik dari pemikirannya. "Dia... percaya... padaku?".
"Ya, jika tidak begitu kenapa dia selalu cemas tentang V-chan kecilnya".
"V-chan? Sungguh?! Dia masih memanggilku begitu rupanya".
"Ahahaha... Kau tahu sendirikan ultra yang kau anggap kakakmu itu...".
"Ya... Kak Zhi- ah tidak. Ultraman Zero memang begitu orangnya, kan" setelah mengucapkan itu seulas senyum tipis tercetak diwajah Sakura yang sedikit mengenang perilaku figur kakaknya.
Asahi yang melihat itupun ikut tersenyum dan memberikan sesuatu kepada Sakura yang membuat si penerima terkejut.
"Ini... kristal kakak kan! Kenapa-".
"Mudahnya Kasu-nii dan Isa-nii lupa bawa jadi ketinggalan kristalnya dirumah, dan aku tahu bagaimana kau merindukannya".
Sakura menatap kristal Zero lama hingga tanpa disadari matanya telah dipenuhi oleh air mata tanpa ada yang menetes.
Flashback end.
Setelah membersihkan diri dan sarapan bersama keluarga Minato Sakura membantu Ushio membuka toko bajunya bersama Asahi dan Mio. Melihat para pembeli yang datang walau cuma sekedar mampir tanpa membeli membuat Sakura hampir mengakui kalau kaos buatan ayah dari tiga ultra ini memang bagus dan unik.
"Ayah, boleh aku mengajak Sakura berkeliling?" pinta Asahi kepada Ushio.
"Baiklah, tapi jangan pulang terlambat".
Sementara itu Sakura sedang berbicara dengan Mio sambil menunjukkan data dalam layar hologram di brancelet miliknya.
"Ini catatan pasifik yang kau minta dari alam semesta lain untuk menemukan orang dalam legenda itu?" Sakura mengangguk dan Mio masih memeriksa data-data tersebut.
"Apa kau bisa menerjemahkannya?".
"Sulit karena tulisannya kecil dan agak buram. Yang bisa kuterjemahkan adalah Putus asa menandakan akhir, cahaya datang memberikan harapan".
Sakura terdiam memikirkan kalimat itu sampai Asahi datang mengagetkan mereka. Sakura jatuh dari kursinya sedangkan Mio hanya menenangkan dirinya setelah kaget.
"Asahi, jangan mengagetkan orang begitu" ucap Mio menasehati.
"Maaf ibu. Aku ingin meminjam Sakura untuk berkeliling Ayaka, boleh ya".
"Tapi kak Asahi, aku sed-".
"Baik!" Mio memotong perkataan Sakura sambil berdiri menghadap Asahi. "Tunjukan bagaimana menariknya Ayaka kita Asahi!".
"Baik!!".
"Tapi-" belum habis Sakura berbicara dirinya sudah ditarik Asahi keluar rumah.
"Dulu aku sudah menjanjikanmu jalan-jalan di Ayaka, sekarang adalah kesempatannya!!" ucap Asahi dengan semangat, dan akhirnya mau tidak mau Sakura terpaksa harus melakukan toer mengelilingi Ayaka.
Selama perjalanan untuk berkeliling di Ayaka semuanya dipenuhi canda tawa tanpa henti. Perjalanan itu juga membuat sifat Sakura bukan lagi menjadi gadis yang dingin, tapi sama cerianya dengan Asahi.
Disisi lain Hikari mengajak Mebius dan Nexus kesebuah planet yang sudah mati. Nexus yang tidak peduli hanya diam saja sementara Mebius sudah penasaran.
"Disini!" Hikari mendarat di sebuah bukit disusul Mebius dan Nexus.
"Apa yang kau lakukan?" Mebius memiringkan kepalanya karena Hikari seperti mencari sesuatu.
"Lihatlah" Hikari menggerakkan jarinya seperti membentuk sebuah pola. Tidak lama tanah di sekitar mereka bergetar, sesuatu pun muncul dari dalam tanah.
"A...apa...itu....".
"Ini yang ku sarankan untuk kalian, pertualangan selanjutnya kita akan menaikinya".
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ULTRAMAN VALGUS ( Legend Of Hikari No Kishi No Yuusha )
FanfictionSeorang ultraman muda yang diasingkan karena masalah yang sebenarnya dia sendiri tidak pernah melakukannya. Jadi karena itu dia tidak mau disebut sebagai ultraman karena menurutnya. Ultraman adalah prajurit yang disegani musuh-musuhnya dan disukai...