Waktu itu menunjukkan kalau sudah tengah malam. Tentu bagi para makhluk yang beraktivitas disiang hari itu adalah waktu bagi mereka untuk istirahat, Namun berbeda untuk satu makhluk. Sakura terjaga ditengah malam ini dengan sedikit melakukan peregangan (latihan). Sedangkan Shin tidak bisa tidur karena mencemaskan keadaannya yang sebenarnya terluka berat karena perbuatannya. Tapi karena tidak ingin menganggu Sakura dia berpura-pura tidur dengan mengawasinya jika sesuatu terjadi.
"Apa dia masih takut untuk tidur?"
Saat fajar sebuah cahaya bersinar terang dari dalam hutan dan melesat cepat ke angkasa lepas membuat penghuni hutan terbangun dari mimpi indah. Sedangkan si pelaku tetap terbang melewati angkasa tanpa menghiraukan mereka yang terganggu tidurnya.
Sudah agak lama mereka pergi dari planet itu tapi suasana di antara keduanya terasa canggung. Tidak ada yang ingin memulai obrolan walau ada keinginan untuk lebih banyak berbincang setelah sekian lama tidak bertemu.
"Kau yakin tidak apa-apa dengan semua luka itu?" tanya Zero berharap bahwa Valgus akan membalasnya.
"Iya, dan jika kau menyarankanku atau berpikir agar aku tidak pergi maka aku tidak bisa melakukannya. Aku sudah ikut campur ke dalam masalah ini."
Zero terdiam mendengar semua itu. Sudah jelas Valgus masih kesal dengannya karena sebelumnya mereka membahas banyak hal dan salah satunya tentang Valgus agar tidak ikut lagi bertarung. Mereka berdua tahu betul apa tujuan Zero menyarankan itu dan kenapa Valgus menolaknya.
"Lalu apa kau berpikir kau itu sebenarnya sang Hikari no Kishi no Yuusha?" tanya Zero tapi ada godaan di dalam kalimat itu.
"Tidak pernah, bahkan aku membantahnya."
"Kenapa? Bukannya bagus untukmu."
"Aku tidak suka menjadi pusat perhatian."
"Kau diam saja sudah menjadi pusat perhatian."
Kali ini Valgus tidak bisa menyangkalnya, karena jika dikaitkan dengan masa lalunya yang berada di Land of Light tentu itu fakta dan juga Zero tidak tahu bagaimana dirinya di luar planet itu. Tidak lama Valgus mendarat di asteroid dengan terengah-engah. Dirinya sedikit membungkuk dengan kedua tangannya memegang lututnya.
"Kau baik-baik saja?" Zero mendarat di samping Valgus yang mengangguk sembari menjawab pertanyaan itu. "Yah ... Ku pikir aku bisa memaksakan untuk pergi lebih jauh."
"Jangan paksakan dirimu. Istirahatlah sebentar." Zero menepuk pundak Valgus agar bisa kembali semangat. Hal itu dijawab dengan anggukan sekali sebelum semuanya menjadi hening kembali. "Hei apa menurutmu yang terjadi, jika kau kembali?"
Valgus menegakkan tubuhnya dan berpikir sebentar tentang kemungkinan yang akan terjadi. "Kak Mebius akan menanyaiku banyak hal bagaimana diriku di luar Land of Light."
"Jangan lupakan Ultra Mother yang akan menanyakan kesehatanmu." Seketika Valgus menegang karena takut, terakhir kali dia bertemu sang kepala medis itu adalah hal yang sangat tidak menyenangkan. Tentu itu semua salahnya karena tidak mendengarkan soal menjaga kesehatannya, apalagi gaya hidupnya memburuk saat terusir. Sungguh jika bisa Valgus tidak ingin bertemu dengan Ultra satu ini.
"Omong-omong kau menjaga kesehatanmu dengan benarkan?"
Pertanyaan dari Zero membuat Valgus gugup. Itu adalah skakmat untuknya setelah puluhan tahun, jangankan mendapatkan teguran Ultra Mother sepertinya dia akan habis ditegur Zero lebih dulu.
"So-soal itu ... Bagaimana ya ...."
Melihat cara bicara Valgus membuat Zero menatapnya curiga dan hal itu membuat Valgus semakin gugup. Kalau soal kesehatan mungkin tidak terlalu penting tapi keduanya akan protektif jika masing-masing tidak bisa menjaganya dan dalam kasus ini Valgus adalah yang terparah.
Baru Valgus ingin menjawab sebuah serangan melesat ke arah mereka namun dengan cepat Valgus memasang Barier sebelum serangan itu mengenai mereka berdua. Zero melihat ke arah datangnya serangan dan juga sekelilingnya tapi tidak ada tanda-tanda sang dalang penyerangan.
"Aku akan pergi kesana sebentar untuk memeriksanya, kau tetaplah disini Valgus!" ucap Zero.
"Tapi aku juga ing- kakak!" Zero melesat terbang meninggalkan Valgus sendirian menatapnya dari belakang. Karena tidak bisa bernegoisasi membuat Valgus akhirnya tidak memiliki pilihan lain selain menunggu. Bisa saja dirinya mengejar Zero tapi mungkin ini waktunya untuk melihat kondisinya yang belum prima dan jika disana ada pertarungan maka dirinya akan menjadi beban untuk Zero.
Melihat bayangan Zero menghilang Valgus segara mengeluarkan tombaknya dan melayangkannya ke belakang membuatnya bertubrukan dengan tongkat logam lain. Melihat sang pemilik terakhir kali sudah membuatnya ingin memakinya dan kini mereka bertemu dengan saling bertahan karena tidak mau mundur. "Apakah kau pikir ini adil menyerang lawanmu dari belakang, Jack?"
"Perintah diturunkan untuk membunuhmu dengan segala cara."
"Aku benar-benar mempertanyakan prinsip Ultra Brother sekarang."
Kedua tombak itu terpisah sebentar dan kembali berbenturan karena terjadinya adu tombak di antara kedua Ultra tersebut. Walau Jack ahli dengan tombaknya tapi Valgus bisa mengimbanginya meskipun sulit karena tidak bisa bergerak bebas tanpa merasakan sakit, bahkan Jack menyerangnya tanpa celah untuk melawan kembali. Karena lama-kelamaan Vagus tidak bisa mengimbangi Jack tombak di tangannya berhasil terlempar jauh hingga menancap asteroid lalu menghilang menjadi partikel. Jack pun mengarahkan tombaknya tepat di leher Valgus membuat sang lawan tidak bergerak dari posisinya.
Sedangkan apa yang terjadi di tempat Zero. Kini dia sedang sibuk melayani (menghajar) para Seijin yang tidak bisa membiarkannya kabur. Zero agak kewalahan karena lawannya bermain keroyokan namun dia masih bisa menghadapi mereka.
"Astaga ... Mereka sebenarnya ada berapa banyak?!" gumam Zero. Dirinya mulai jenuh dengan semua Seijin ini yang sepertinya tidak akan ada habisnya.
"Butuh bantuan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ULTRAMAN VALGUS ( Legend Of Hikari No Kishi No Yuusha )
FanfictionSeorang ultraman muda yang diasingkan karena masalah yang sebenarnya dia sendiri tidak pernah melakukannya. Jadi karena itu dia tidak mau disebut sebagai ultraman karena menurutnya. Ultraman adalah prajurit yang disegani musuh-musuhnya dan disukai...