~TAMAT~

387 26 63
                                    

Hari itu hari yang cerah, namun seorang Ultra dengan dua slugger dan tiga warna ditubuhnya berlari kesana kemari mencari sesuatu. Tidak menemukan hasil dia memutuskan terbang dan mengawasi dari langit tapi masih belum bisa menemukan apa yang dicarinya.

Sedangkan yang dicarinya sedang duduk santai di puncak menara Plasma Spark membiarkan ujung syal kelabu yang terlilit dilehernya untuk menutupi bekas luka dilehernya terkibar oleh angin. Ultra itu dengan santainya melihat pemandangan kota kristal tanpa takut ketahuan. Walau ketahuan pun dia sudah dapat izin keluar masuk dari sana kapan pun yang dia mau. Bahkan jika perlu Izinnya akan dicetak dengan tulisan 'VIP' dengan ukuran font paling besar sampai tidak muat.

Ken yang berada di alun-alun melihat para ultra yang berlalu-lalang dengan urusan masing-masing. Dia senang bahwa semuanya kembali seperti tidak ada apapun yang terjadi. Tapi untuk beberapa alasan dirinya masih memikirkan seorang ultra. Walau keras kepala pada akhirnya dia memutuskan tetap berada disini dengan memaksa Ultra itu dan mereka mengambil sebuah keputusan. Tapi perkataan ultra itu masih terngiang di kepalanya.


"Baiklah, aku akan terima untuk tetap tinggal dengan dua syarat."

"Yang pertama, jangan ulangi kesalahan yang sama. Entah itu aku atau lainnya kalau ada masalah cari tahu dahulu sampai ke akarnya dan pikirkan dampak atas hukuman itu. Karena hal ini aku sempat mau bunuh diri."

"Yang kedua, jangan kecewakan aku dan membuatku menyesal telah berada disini."

"Jika ini dilanggar jangan pernah memaksaku pulang."


Sejujurnya Ken tidak menyangka kalau itu adalah syaratnya. Saat dia mendengar kata 'syarat' sudah terpikir hal yang buruk dikepalanya. Dia tidak tahu apakah Ultra itu terlalu baik atau apa, tapi setidaknya dia setuju untuk melakukan syarat tersebut.



Valgus POV


Hari ini langitnya sama seperti sebelum-sebelumnya. Aku senang karena bisa mengembalikan planet ini, tapi aku merasa tidak yakin dengan keputusanku. Memang aku tidak bisa menjawabnya tapi aku diberi kesempatan selama 100 tahun untuk tetap tinggal disini sebagai penyesuaian tapi jika keluar harus izin terlebih dahulu. Karena menurutku itu berat sebelah jadi aku memberi beberapa syarat sederhana yang entah kenapa disetujui.

Sebenarnya aku kesal dengan keputusan itu tapi aku juga senang bisa pulang lagi. Tapi mengingat masa laluku rasanya dadaku menjadi sesak bahkan tanganku terasa mati rasa. Yah rasanya aku mau menangis tapi aku tidak bisa melakukannya, aku tidak berani melakukannya.

Setelah pertemuan dengan Ultra Father aku sempat marah besar karena kakak mengusiliku dan diwaktu yang sama sesuatu terjadi kepada Plasma Spark. Bukan hal buruk tapi masalah pencahayaannya yang berubah sedikit gelap waktu aku marah.

Rupanya aku memiliki semacam hubungan dengan Plasma Spark karena aku meleburkan diri untuk membuatnya bercahaya. Zero, Hikari, Mebius, Ultra Mother, Ultra Father dan siapa pun yang tahu waktu itu langsung menghujaniku dengan kuliah masing-masing. Aku tahu itu hal gila tapi waktu itu aku tidak punya pilihan.

Sejak saat itu aku tidak berani mengeluarkan emosiku dan yang ku bisa hanya memendamnya. Itulah kenapa aku menyendiri disini untuk sementara. Walau sebenarnya masih ada banyak hal yang terkait 'hubungan' itu tapi aku malas menjelaskannya. Dan karena inilah aku dapat izin untuk mendekati Plasma Spark kapan pun.

Oh ya karena masalah ini aku jadi tahu kalau aku tidak sadarkan diri selama 3 bulan, entah bagaimana aku bisa membayar hutangku.


POV END.



"Ketemu juga akhirnya."

Valgus langsung bangkit untuk melihat siapa yang mengatakan itu. Rupanya itu adalah Zero dan dia terlihat lelah. Terbukti dia langsung duduk disebelah Valgus mengabaikan fakta ini adalah atap menara Plasma Spark.

"Ku cari kau kemana-mana rupanya ada diatas sini."

"Maaf kak, apa ada sesuatu?"

"Tidak ada, hanya saja kau kan sudah lama tidak disini jadi aku ku pikir untuk mengajakmu berkeliling."

Valgus hanya mengatakan 'oh' dengan datar dan metanya kembali melihat pemandangan kota kristal. Zero melihat respon Valgus tidak bisa melakukan apapun. Dipikirannya mungkin itu bisa membuatnya sedikit ceria setelah kemarin.

"Kau benar-benar berubah ya." Valgus menolehkan kepalanya menatap Zero bingung. "Biasanya kalau ku ajak kau akan senang. Sepertinya aku terlalu berharap kau masih sama seperti dulu. Yang bisa membuatku terkadang repot."

Melihat Zero mengatakan itu Valgus memalingkan mukanya dengan gelisah. Menghela nafas sebentar sebelum mengatakan, "ARGH! Memasang wajah ini terlalu lama sangat melelahkan!"

Zero terkejut teriakan frustasi dari Valgus tapi dia masih belum bisa memproses apa yang terjadi. "Tunggu bentar ... apa maksudmu?"

"Apakah aktingku semeyakinkan itu sampai kau tidak bisa berkata-kata Zero-nii?" tanya Valgus dengan senyum remeh. Zero masih belum mengerti semuanya sampai akhirnya dia bisa menerka, sebuah jitakan darinya tempat mengenai dahi Valgus. "Dasar! Ku kira kau menjadi orang yang berbeda tahu!"

"Maaf, habisnya aku punya alasan juga tahu."

"Apa?"

"Satu, aku masih kesal dengan penduduk Land of Light." Zero mengangguk, dia bisa memahami itu. "Dua, aku agak kurang percaya lagi sama orang asing." Yang ini membuat Zero bertanya-tanya apa saja yang dilalui Valgus karena sebelum pengasingan dia yakin dia masih bisa menaruh kepercayaan terhadap orang asing. "Tiga, aku pikir untuk mencoba terlihat sedikit dewasa." Kali ini Valgus mengatakannya dengan pelan dan lambat. Bahkan dia menutupi sebagian wajahnya dengan syal.

Zero tidak percaya dan hampir tertawa karena mendengar alasan itu. Yah dia melupakan fakta penting dari saudaranya ini, yaitu 'mood yang mudah sekali berubah' dan 'berusaha mandiri walau terkadang tidak bisa'. Mungkin apa yang telah dilaluinya membuatnya menjadi dingin tapi cuma sekarang dia mengeluarkan sifat aslinya. "Astaga ...." Tangan Zero terangkat dan mendarat di atas kepala Valgus yang membuatnya kaget. "Ku kira aku akan benar-benar kehilanganmu yang ku kenal. Aku senang masih ada yang tidak berubah dari dirimu."

"Aku juga. Tapi kak boleh aku menanyakan sesuatu?"

"Boleh, tanyakan saja."

"Jika suatu saat aku tidak mengontrol diriku, apa yang akan kau lakukan?"

"Menghajarmu sampai sadar."

Valgus menatapnya tidak percaya, sedangkan Zero hanya memasang wajah yang menyakinkan. Entah apa yang membisiknya tapi terlintas dipikirannya kalau dia salah Ultra untuk menjadi saudaranya.

"Kita sudah lama berada disini, sebaiknya kita turun sebelum kena masalah," ucap Zero. Valgus segera berdiri tapi dia tidak langsung segera meninggalkan menara itu. Matanya seperti sedang mencari sesuatu dengan gelisah, Zero mengerti akan hal itu dan mepuk bahu Valgus. "Tidak apa-apa, karena ini juga alasan aku mengajakmu berkeliling."

Zero memutuskan untuk pergi terbang terlebih dahulu. Valgus hanya bisa melihatnya dari belakang, dia melihat kelangit sebentar dan akhirnya dia memutuskan untuk terbang menyusul Zero.





Aku tidak pernah berpikir untuk pulang.

Tidak pernah berpikir memiliki kekuatan besar.

Namun seiring waktu aku yakin, keputusan itu akan berubah tanpa ku sadari.

Dan untuk saat ini,
aku akan berusaha semampuku.







~TAMAT~

ULTRAMAN VALGUS ( Legend Of Hikari No Kishi No Yuusha )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang