Obrolan di angkasa

335 43 24
                                    

Tiga makhluk yang merupakan human form dari hasil copy Manusia yang tidak berhasil ditolong, human host, dan dynamist tengah berjalan di sebuah lorong yang gelap. Lupa membawa benda bernama 'senter' mereka bertiga mengandalkan cahaya dari item transportasi masing-masing untuk menjadi pencahayaan.

"Hikari- maksudku Serizawa, apa kau yakin kita akan menggunakan ini?" Mirai melihat sekelilingnya yang tidak ada apa-apa hanya dinding, lantai, dan atap yang terbuat dari besi juga beberapa jendela.

"Tentu saja, kau dan aku memperlukan energi plasma spark untuk mempertahankan wujud Ultra kita. Matahari saja hanya memberikan kita waktu 3 menit. Jadi kita akan menggunakan ini untuk menghemat energi kita." Mirai mengangguk paham, memang karena kondisi yang sulit serta kehilangan plasma spark membuat duo dari tanah cahaya ini harus berhati-hati jika ingin berubah. "Lagipula Nexus tidak memperlukan itu, cukup ditembak pakai laser sudah bisa bertarung lagi."

Komon mendengar itu pun tersedak lalu menatap Serizawa yang masih dengan muka datar. Sementara Mirai berusaha untuk tidak tertawa untuk menghargai perasaan Komon. "Hikari, itu tidak sesimpel yang kau katakan!"

"Begitukah?" Komon mengangguk mantap namun Serizawa hanya ber 'oh' pendek dan datar sebagai balasan, perbuatannya itu berhasil membuat Komon kesal dan hampir akan memukul Serizawa jika tidak ditenangkan Mirai.

"Omong-omong kalian ingat saat kita mengurus Valgus dulu?" Mirai mengganti topik untuk menghindari hal yang tidak di inginkan. "Aku masih ingat, tapi Nexus juga ikut?".

"Hanya sekali dua kali itupun karena kalian bertiga tidak ada yang memiliki waktu luang." Komon menatap dua makhluk disampingnya yang satu hanya nyengir dan yang lain masih setia dengan muka datarnya. "Bertiga?"

"Kau, aku dan Zero," terang Mirai. Serizawa mengangguk paham mengerti maksudnya. Tidak lama akhirnya mereka tiba ditujuan. Sebuah pintu otomatis yang terpasang di dinding hanya saja karena mesin ditempat itu mati, cara untuk membuka pintu tersebut dengan cara manual yaitu menggeser pintu dengan paksa agar terbuka.


Disisi lain Valgus tengah duduk termenung didalam sabuk asteroid, wilayah yang buruk untuk digunakan jalur perjalanan karena membutuhkan kosentrasi untuk menghindari banyaknya asteroid. Namun tempat yang bagus jika kau ingin istirahat sejenak tanpa gangguan yang bisa saja muncul tanpa di inginkan.

Menatap kedua telapak tangan yang terasa dingin dan mati rasa seperti tersengat oleh suhu dingin hingga menembus tulang. Pikirannya berlayar mengingat masa lalu dimana ada orang-orang yang secara sukarela mengulurkan tangan untuknya, menjadi tempat dimana dirinya menjadi diri sendiri. Namun ironi sekali, diantara orang-orang tersebut ada yang tiada ditangannya. Membuat tangan yang masih bersih telah ternodai darah dan mengubah dirinya. (Ada di spesial chapter)

Jangan menangis! Wajah itu tidak cocok untukmu!

Tetap ceria dan semangat ya!

Sedikit terkekeh saat mengingat kalimat tersebut, bukan kekehan geli atau senang tapi mengejek ketidak berdayaan dan kebodohan diri. Jika ada orang lain disini pasti dirinya akan dikira telah kehilangan akal. "Memang pantas aku dibuang, aku bukanlah ultra yang baik. Tapi ... kenapa kau memberiku tugas ini ... Arb."

Karena seperti yang ku katakan sebelumnya, kau satu-satunya dan kau adalah Hikari no Kishi no Yuusha

Terperanjat hampir jatuh jika ada grativasi yang kuat, Valgus melihat kesekitarnya. Tidak ada apapun hanya bebatuan Asteroid disepanjang mata memandang. "Apa itu tadi ... Apa aku mulai tidak waras hingga berhalusinasi mendengar suara Arb?"

Tidak, aku memang disini. Ditanganmu.

Tangan? Valgus menatap kedua tangannya namun tidak ada sesuatu. Matanya terpaku pada kedua brancelet miliknya sedikit menaruh kecurigaan Valgus mengeluarkan kristal Plasma Spark dari branceletnya namun ada kristal biru kecil ikut terbawa. Kristal biru itu melayang diatas telapak tangan Valgus, bersinar dan remang mengikuti pola suara yang terdengar dari sana. "Apa kau sengaja ikut?"

Untuk yang ini secara tidak sengaja.

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?"

Kau bisa membuangku.

Seketika Valgus yang sedang memasukan kembali kristal plasma spark ke branceletnya membeku sesaat mencerna maksud dari Arb. "Baiklah baiklah aku percaya denganmu."

Kenapa sedari tadi kau murung tidak ada hanya saat ini tapi saat sendirian kau selalu murung?

Menarik respirasi panjang dengan menatap pemandangan dengan hiasan kerlap-kerlip bertebaran dimana-mana. "Aku hanya mengingat ketiga temanku. Mereka mau menerimaku setelah tahu masa laluku diM78."

Apa aku bisa bertemu dengan mereka?

Menunduk menatap kedua telapak tangannya, Valgus menggeleng pelan lalu menatap kristal Arb. "Mereka telah tiada ... karena diriku."

Melindungimu?

"Aku yang membunuh mereka!" Suasana menjadi hening karena ungkapan kalimat tersebut. Tidak bisa berkata melihat tubuh Valgus yang sedikit bergetar, berbeda sekali saat pertama kali mereka bertemu.

Arb memancarkan cahaya hangat, andai dia punya tangan atau yang lainnya ada dan membentuk sebuah tangan mungkin dia akan melakukan hal lain selain bersinar. Valgus yang merasakan kehangatan itu menatap Arb dengan bingung.

Kau membutuhkannya. Jika saja aku punya tubuh mungkin akan lebih bisa membantu.

"Begini saja cukup, terimakasih Arb ini membuatku lebih baik."

Sama-sama, jangan terlalu memikirkan yang berlalu kau hidup dimasa kini dan berjuang untuk masa depan jadikan masa lalumu pelajaran.

"Kau ada benarnya." Merasa senang Arb melayang mengelilingi Valgus lalu perlahan memasuki brancelet yang selama ini dia tinggali.

Merasa cukup untuk istirahat yang sentimental, Valgus berdiri dari tempatnya lalu terbang menjauh menuju universe tujuannya. Baru beberapa jam dirinya meninggalkan sabuk asteroid sebuah serangan hampir mengenai dirinya. Melihat kesekitar mencoba mencari asal serangan, tidak ada apapun hanya ruang kosong dan sesuatu bergerak secepat angin.

Serangan selanjutnya kembali datang berupa hujan shuriken, Valgus sedikit kesulitan menghindari shuriken tersebut hingga beberapa luka kecil tercipta dari tubuhnya. "Sepertinya satu serangan fatal saja tidak cukup untuk menghabisimu ya."

Tanpa menatap kearah pemilik suara Valgus sudah mengetahui identitasnya, ultra dari O-50 yang bisa bergerak secepat angin. "Apakah kau ingin membanggakan julukan 'anak pencundang' dengan menyerang musuhmu saat keadaan lemah dan menyerangnya dari belakang, Fuma?"

Mendengar kalimat Valgus cukup membuat darah Fuma mendidih, tapi bisa diketahui kalau ingatan itu masih ada dimemorinya. Tidak berselang lama ada energi lain yang muncul di arah lain bukan satu melainkan dua, dan itu mengepung Valgus.

Tiga lawan satu, Aku sarankan jangan terluka lagi.

"Itu tidak membantu Arb!"

.

.

.


Bersambung.

ULTRAMAN VALGUS ( Legend Of Hikari No Kishi No Yuusha )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang