Suara berisik bagai perang menggema ke seluruh penjuru ruangan. Ultra Brother berjumlah delapan yang kini menjadi Darkness itu sedang melawan seorang Ultra muda bersamaan. Sakit kepala yang dialami Valgus karena efek kemampuannya sendiri membuatnya tidak bisa bertarung secara normal karena itu dia memanfaat serangan yang diarahkan kepadanya membuat mereka saling menyerang satu sama lain.
Meski taktik itu efektif masih saja Valgus kewalahan dengan situasi ini. Yang pertama dia kalah jumlah, kedua sakit kepalanya yang tidak kenal waktu kambuhnya, ketiga dia harus menahan diri untuk tidak membantai mereka. Jika boleh jujur dirinya masih memiliki dendam walau keinginannya adalah kemungkinan besar mereka berdelapan masuk ruang perawatan berbulan-bulan tapi risiko kematian bisa saja besar.
"Inilah akibatnya memaksakan diri," ucap Arb melalui telepati. Valgus yang mendengar itu hanya bisa diam karena tidak punya waktu untuk menanggapinya melalui Ekspresi.
"Jangan sekarang Arb. Jika ini selesai aku akan mengambil istirahat tapi untuk sekarang sepertinya aku harus- arkh." Valgus berhenti dan memegangi kepalanya. Rasa sakit itu muncul lagi, kali ini rasa sakit yang besar bahkan penglihatannya sudah mau memburam dan pendengarannya menuli.
Tidak melewatkan kesempatan, di saat ada celah besar Ultraman memberikan beberapa pukulan disusul tendangan dari Leo lalu Ace menutupnya dengan kousen. Namun Valgus dapat menghindari tendangan Leo dan kousen dari Ace. Walau begitu itu sudah cukup membuatnya jatuh terduduk.
"Aku menebak kau tidak bisa menahan sakit terlalu lama." Suara Arb terdengar membuat Valgus menghela nafas besar setelah terengah-engah. "Begitulah aku."
Arb seketika menjadi waspada, walau dirinya hanya berwujud kristal kecil yang bersembunyi di dalam brancelet seorang Ultra. Dia tahu ada yang tidak beres dengan Ultra ini.
"Valgus ... Apa itu ...
Kau?"
"Merepotkan, tapi kau kalah jumlah." Valgus tertawa mendengar pernyataan Zoffy. Sepertinya semua kejadian ini telah membuat kewarasan Valgus telah hilang.
"Kau bilang aku kalah jumlah ya ... Lucu sekali! Hahaha ... Kalian lucu sekali mengatakan itu pada pejuang tak berpengalaman dan kalian yang telah berpengalaman malah bertarung bersama-sama melawanku! Seakan aku ini ayam! Hahaha ...."
"Sepertinya anak ini sudah kehilangan akalnya," ucap Taro melihat ke arah Valgus yang masih tertawa dengan celotehnya hendak bendiri tapi masih jatuh beberapa kali karena kaki yang sudah tidak kuat menopang berat badannya.
"Lebih baik akhiri saja dia." Ace melesat ke depan dan mengeluar katana-nya berniat memisahkan kepala dari tubuh Ultra didepannya sebelum sebuah tangan memegang mata pisau katana itu hingga tertahan di udara. Ace terkejut begitu juga dengan yang lain.
"Sudahlah ... Aku tidak peduli lagi."
Valgus sedikit mendorong katana itu lalu menendang Ace dengan kuat hingga mundur ke tempat Ultra Brother berada. Mereka semua yang ada disana (termasuk Arb) terkejut dengan perubahan yang terjadi. Kedua tangan itu terangkat ke atas untuk menggapai sesuatu di atas kepalanya. Tapi tangan kirinya berubah arah yang ternyata memblokir serangan dari Seven yang entah sejak kapan berada di belakangnya. Mata keemasan Valgus itu melirik tajam tepat pada mata merah Seven yang bagaimana caranya membuat Seven bergidik sebelum dihajar dengan brutal dan ditendang mundur.
"Bagaimana mungkin?!" Pekik Taro tidak percaya melihat apa yang dilihatnya. Valgus yang tadinya tidak bisa bergerak kini menghajar Seven dan Ace tanpa ampun. "Kelihatannya mungkin ... bukan," ucap Valgus menatap Taro dan lima ultra darkness yang masih berdiri. Pandangan mata yang kosong dan tajam darinya menjelaskan kenapa Seven bergidik.
"Valgus! Sadarlah! Ini bukan rencana awalmu kan?! Valgus!"
Arb berkali-kali berteriak melewati telepati tapi tidak digubris Valgus. Bahkan Ultra ini melawan Ultra Kyodai dengan kasar dan brutal seperti apa yang dilakukan mereka kepada Valgus beberapa waktu lalu.
Saat bertemu Jack, Valgus sudah berpesan kepada Arb untuk menyadarkannya jika dia berbuat hal yang tidak seharusnya. Namun rupanya hal itu tidak mudah, bahkan dia yang terkadang mendengar isi pikiran Ultra ini yang penuh dengan rencana untuk bertarung tanpa melukai, skill yang efektif, keluh kesah, bahkan sumpah serapah saat bertarung dengan Ultra yang menjadi Darkness hingga membuatnya mau tertawa sendiri. Tapi sekarang itu semua tidak ada, semuanya digantikan menjadi gelap dan bisikan yang entah apa itu karena terlalu samar. Arb bertanya-tanya pada dirinya, apa yang telah dilakukan para Ultra ini hingga Valgus seperti ini.
Zoffy menatap ke arah Valgus nyalang setelah melempar Leo ke arah Astra yang membuat keduanya jatuh saling menindih. "Sialan kau!" Valgus menoleh kepada Zoffy, dia sudah mengurus enam Ultra (sedang pingsan) tinggal dua ultra yaitu Zoffy dan Ultraman.
"Kita tidak bisa mengalahkannya jika seperti ini terus," ucap Ultraman mendapat perhatian dari Zoffy. "Apa yang membuat dia menjadi seperti ini?"
Valgus tetap di posisi yang sama untuk beberapa menit, tanpa diduga olehnya bracelet kirinya berkedip sekali membuat tangannya terasa nyeri sesaat. Tangan kirinya terangkat hingga matanya menatap gelang itu. Nyeri sesaat itu kembali dan menghilang untuk beberapa kali tapi semakin terasa seiring itu datang.
Hingga detik di mana dia sadar kalau dirinya sudah lengah hingga menemukan dirinya sudah terlambat sebelum semuanya menjadi putih. Ultra Dark Killer yang berada di ruang komando sedikit menoleh kebelakang. Dia sekilas merasakan energi yang sebelumnya di incarnya, Plasma Spark. Tapi itu sudah hilang berbulan-bulan dan memutuskan untuk mengabaikannya.
"Kita harus segera ke sana untuk menyelamatkannya sebelum terlambat!" usul Glen Fire dengan geram kepada Ultra dwi warna didepannya. Setelah mengalahkan sekumpulan Seijin merepotkan itu tidak ada satu pun perintah atau usul yang keluar dari mulutnya. Dia hanya duduk di asteroid dengan memikirkan sesuatu.
"Bersabarlah Glen, jika kita gegabah ... kau tahukan yang terakhir kali," ucap Jean Nine yang berbisik pada akhir kalimat. Glen Fire kehabisan kesabarannya dan memilih untuk duduk menjauh dari Zero tapi tidak jauh dari ketiga temannya yang lain.
"Jean bot." Merasa dipanggil Robot raksasa itu menoleh ke arah Zero. "Yang ku minta sudah kau lakukan?"
"Iya."
"Baiklah, tanpa memanggil New Gen dan yang lain kita pergi menghajar Ultra Dark Killer itu." Keempat anggotanya terkejut secara bersamaan belum lagi Glen yang hampir jatuh karena saking terkejut. "Kau tahu lokasinya?!" tanya Miror Knight yang diangguki oleh Zero.
"Bagaimana dengan bala bantuan yang kau minta dulu?" tanya Jean Bot. Zero menatap rekan robotnya dan hanya menampilkan senyum. "Kita akan lakukan sesuai keinginan Valgus," ucapnya membuat yang lain bingung.
"Sora, kau mendengarku?"
"Sangat jelas Hikari."
"Bagus." Serizawa melihat ke arah Mirai, Komon, dan Ribut yang berada di luar angkasa. "Jika terjadi sesuatu aku titip Biro Sains ya."
"Tanpa mengurangi rasa hormatku kepadamu Hikari, tolong jangan berkata seakan kau akan menaikkan bendera kematian."
"Dia benar Hikari," ucap Mirai dan Komon yang menatap Serizawa dengan pandangan yang sama, datar. Sedangkan Serizawa hanya tersenyum simpul, niatnya mau bercanda tapi kesannya jauh dari harapan.
Kembali ke tempat di mana para Ultra Brother berada. Salah satu dari mereka mulai menunjukkan gerakan dan akhirnya bangkit untuk duduk. Ultraman adalah yang pertama bangun, dia melihat kekiri dan kekanan dengan bingung dirinya ada di mana, tapi dia menemukan Ultra Brother lain sedang ada disana. Dirinya beranjak bangun walau terasa sakit dibeberapa tempat tapi memutuskan membangunkan ketujuh Ultra itu terlebih dulu walau ada yang sadar sendiri. Entah sadar atau tidak ada Ultra lain disana yang belum juga bangun dari pingsannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ULTRAMAN VALGUS ( Legend Of Hikari No Kishi No Yuusha )
FanfictionSeorang ultraman muda yang diasingkan karena masalah yang sebenarnya dia sendiri tidak pernah melakukannya. Jadi karena itu dia tidak mau disebut sebagai ultraman karena menurutnya. Ultraman adalah prajurit yang disegani musuh-musuhnya dan disukai...