Ledakan keras terjadi berkali-kali dari serangan yang terlancar dari tiga makhluk humanoid pada seorang makhluk humanoid yang terus mengelak. Sudah banyak cara yang mereka lakukan dari pertarungan tangan kosong hingga main keroyokan namun si target tidak mudah untuk dihentikan.
Bukannya aku ingin menganggu namun bukankah ini tidak adil.
"Memang, tapi menurutmu apa mereka mau main dengan adil?" Valgus kesusahan menghindari serangan demi serangan yang dilancarkan Tri Squad. Adu kekuatan dengan Titas, adu kecepatan dengan Fuma, dan adu bela diri dengan Taiga. Entah bagaimana kronologinya dirinya dapat menghindar sesekali membalas serangan.
Akankah lebih cepat jika kau masuk ke underworld mereka?
"Memang, tapi entah kenapa aku selalu lupa caranya."
Mau ku jelaskan tapi kemungkinan menganggu konsentrasimu.
"Kali ini aku terima resiko itu, tapi tolong di ulang dan jelaskan kalau aku tidak paham." Tanpa suara, tanpa tubuh, dan tanpa wajah bisa ditebak Arb memasang muka datar mendengar kejujuran dari ultra satu ini. Saat perbincangan tersebut hampir saja Valgus terkena tinju Titas dan saat berhasil menghindar hujan shuriken Fuma lah yang mendapat giliran hampir mengenainya.
"Dasar tidak punya malu! Berani sekali kau mengabaikan kami!" Dengan menghindari pukulan yang diarahkan padanya, Valgus memasang muka datar dengan perasaan kesal mendengar kalimat dari putra ultra no.6 tersebut. Malu? Dia hanya mengobrol dengan Arb untuk menyusun rencana, seharusnya mereka yang malu dengan tiga ultra berpengalaman mengkeroyok seorang ultra yang masih pemula. Itulah isi pikiran Valgus saat ini. Sungguh dia ingin menampar mulut Taiga tapi diurungkan karena ingat sesuatu bernama 'KARMA'.
Mau aku lanjutkan?
"Hah ... Nanti saja aku punya sesuatu yang ingin ku coba dan beruntungnya ada Tri Squad yang bisa ku jadikan kelinci percobaan." Arb mengerti dengan yang dimaksud Valgus tentang kelinci percobaan dan itu menyadari dirinya kalau Valgus menyimpan dendam yang tidak sempat terbalaskan atau termaafkan.
Tri squad masih menyerang secara brutal membuat Valgus tidak memiliki kesempatan untuk membela hanya menangkis dan menghindar. Akhirnya dengan pengalihan Fuma, Titas dapat mendaratkan tinju pada perut membuat Valgus menabrak sebuah asteroid. Taiga tanpa membuang waktu melancarkan kousen sehingga membuat targetnya meledak beserta asteroid tersebut.
Ditempat para Ultra yang menjadi Darknees, keenam Ultra yang dikenal sebagai Ultra Kyodai tengah rapat dimeja bundar. Mereka baru saja mendapat kabar bahwa Tri Squad tengah berhadapan dengan Valgus dan ketidak yakinan muncul dalam diri mereka.
"Kurasa mereka bertiga tidak akan bisa menyelesaikan ini," terang Ace singkat dan dingin.
"Aku setuju dengan Ace. Ultra Senior seperti Tiga, Max, Nexus, Hikari dan Mebius bisa dikalahkan, belum lagi semua anggota New Generation Heroes, bahkan ultra seperti Dyna, Gaia, Agul, Cosmos, Justice dan lainnya sekarang hilang dari radar kita." Jack merasa kesal dengan semua informasi yang baru saja dia ungkapkan. Ingin rasanya melempar tombak kepercayaan ditangannya menembus dinding baja diruangan untuk melampiaskan kemarahannya.
Ultraman juga merasa kesal dengan hal ini, namun dirinya tetap tenang untuk memikirkan rencana kedepannya. "Sayang sekali 80 membeku tapi kita memiliki L77 bersaudara ditangan kita. Oh ngomong-ngomong bagaimana kabar anak berandalanmu, Seven?"
Seven menatap Ultraman dengan muka sebal karena mengangkat topik tentang putranya. "Jangan bicarakan itu, dia sangat keras kepala sekali. Tapi akhirnya dia mau menyerah dan baru dua hari yang lalu dia ikut bergabung."
"Begitu ya." Zoffy merasa senang karena senjata terkuat sudah berada dipihak mereka. Jika perhitungannya benar maka masalah ini bisa selesai dengan cepat dan bisa mengembalikan keadaan. "Kalau begitu ajak Leo dan Astra, juga ajak putramu juga, Seven. Kita akan menjenguk Ultraman Valgus dan membantu putramu Taro."
"Heh ... Lebih baik begitu. Aku sendiri tidak yakin dengan anak payah itu," ucap Taro dengan sedikit seringai diwajahnya.
Kembali ke tempat Tri Squad yang tengah bersuka cita atas kematian musuh mereka.
"Akhirnya dia bisa dihancurkan." Taiga tersenyum bangga atas keberhasilan mereka yang tidak bisa dilakukan senior-senior mereka, namun itu tidak lama karena pernyataan Titas. "Ini belum berakhir, lihat lebih teliti."Rasa senang pada Taiga dan Fuma berganti kemarahan dan kekesalan. Kepulan asap pada tempat itu mulai menipis dan menampakkan seorang ultra merah perak dengan barier didepannya.
"Maaf saja senpai, tapi sekarang-" tiba-tiba barier didepannya lenyap beserta wujud fisik ultra tersebut. Tri Squad dibuat bingung dan waspada dengan sekitarnya walau terlihat tidak ada apa-apa itu tidak menurunkan kewaspadaan mereka. "-aku yang ambil alih."
Mereka bertiga terkejut tapi belum sempat memproses apapun Fuma sudah terlempar menghantam sebuah asteroid. Di ikuti bola api berdaya ledak tinggi yang mengenai Taiga hingga menimpa Fuma yang baru saja ingin bangkit.
Titas menatap marah kearah ultra itu yang rupanya adalah Valgus itu sendiri. Mereka berdua mendarat di sebuah asteroid besar, memasang kuda-kuda dengan mata masih terikat satu sama lain. Titas maju menyerang namun itu bisa dihindari dengan sedikit gerakan.
Valgus menangkap tangan Titas dengan santai lalu melempar Ultra berotot tersebut ke arah Taiga dan Fuma yang baru saja berdiri hingga menimpa mereka. Jelas bagaimana rasa sakit dari ketiganya terutama Fuma yang berada di posisi paling bawah.
Valgus melihat ketiga ultra itu ditempat dengan nafas yang sedikit terengah-engah. Mencari cara bagaimana menyerang Tri Squad tanpa memberikan luka parah karena jika semua ini selesai dirinya tidak ingin berurusan dengan ayah Taiga apalagi kakeknya.
Saat mereka akan bangkit sebuah hujan pisau biru berbentuk hampir sabit menghujani ketiga ultra membuat mereka mau tak mau harus bergerak menghindar. Namun tidak lama muncul rantai biru yang mengelilingi mereka dan akhirnya mengikat mereka bertiga dengan kencang.
Tidak jauh dari sana sebuah sosok tengah mengangkat sebuah pedang dengan aura putih keemasan yang menyelimuti pedang tersebut. Sebuah lekungan kecil terbentuk di wajah sedingin es tersebut membuat kesan seringai disana.
Fuma yang melihat sosok tersebut terkejut tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sebelum Fuma bisa berbicara sosok tersebut melancarkan serangan dengan pedangnya.
Dari sebuah tempat yang sangat gelap seseorang tengah berjalan keluar menghampiri Seven yang sedang bersandar di dinding. Mata merah yang terkesan kosong namun tajam menatap Ultra tersebut. "Kau sangat lama, jangan membuatku menunggu dan mulai gerakan kakimu!"
Seven pergi meninggalkannya sendiri, seringaian muncul diwajahnya dengan tangan yang gatal ingin memisahkan roh dari raga seseorang.
"Baik ... Ayah.".
.
.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ULTRAMAN VALGUS ( Legend Of Hikari No Kishi No Yuusha )
FanfictionSeorang ultraman muda yang diasingkan karena masalah yang sebenarnya dia sendiri tidak pernah melakukannya. Jadi karena itu dia tidak mau disebut sebagai ultraman karena menurutnya. Ultraman adalah prajurit yang disegani musuh-musuhnya dan disukai...