9: MENUJU HARI PERTUNANGAN

2K 256 5
                                    

Happy Reading!

"Astaghfirullah.. Gue kira cuman mimpi sumpah" kata Rumaisha. Alen menoleh aneh. Mimpi bagaimananya, dia saja sudah menjadi penjaga dadakan Rumaisha. Mengantarkan belanja, ke supermarket, sampai berangkat dan pulang sekolah pun sekarang dengan Alen.

Dan bisa-bisanya, saat orang tua mereka mengatakan jika satu minggu lagi mereka tunangan, malah Rumaisha mengatakan bahwa ini bukan mimpi.

Lalu, waktu Alen bersamanya dia anggap mimpi juga?

"Tenggelam aja lo!" Sentak Alen kasar pada Rumaisha. Rumaisha terkejut mendengar sentakan Alen.

Lho lho? Kok ngamok?

"Santai dong! Gue kan masih belum percaya masih kecil udah mau kawin!" Balas Sarkas Rumaisha pada Alen.

"Nikah!" Koreksi Alen pada kalimat Rumaisha. Rumaisha terkekeh malu saat di sentak Alen.

Lalu, Rumaisha sedang terpikirkan ide gila sekarang. Biasanya kan dia bermain-main dnegan teman disekolah, bagaimana jika sekarang bermain dengan keluarga mereka berdua?

Ah, sepertinya menyenangkan.

"Katanya lo kan kaya tujuh turunan tuh" kata Rumaisha pada Alen.

Orang sombong macam Alen tidak perlu lagi ditanya jawabannya.

"Iyalah" jawab Alen dengan santai. Lalu Rumaisha kembali menatap Alen dengan berbinar.

Sebelum bertanya tentang hal penting, alias pertunangan dan pernikahan, Rumaisha memilih bertanya akan apa yang mengganjal di pikirannya.

"Len" panggil Rumaisha. Alen menoleh sebal. Tidak bisakah gadis ini diam sebentar saja? Alen pusing mendengarnya.

"Apalagi sih?" Rumaisha memukul pundak Alen yang sedang menyetir mobil. Kenapa Alen selalu marah-marah jika dia bertanya?

"Ngomong-ngomong nih ya, lo ngapain pakai pakaian formal begini? Habis kawin, eh nikah?" Tanya Rumaisha.

Alen menghembuskan nafasnya malas, lelah dia menghadapi perempuan seperti Rumaisha.

"Iya! Ntar lo jadi yang kedua!" Sentak Alen sebal. Rumaisha membulatkan matanya terkejut.

"Astaghfirullah Alen.... Inget! Lo mau kaw.. Ish nikah sama gue! Jangan ngada-ngada! Ini mulut juga! Pakai segala typo! Bikin malu aia!" Kata Rumaisha dengan sangat keras. Mobil Alen rasanya sudah panas luar biasa sekarang.

Apakah gadis ini benar-benar percaya akan apa yang Alen katakan? Cih! Menyusahkan sekali!

"Gue kerja" kata Alen singkat. Rumaisha bertepuk tangan.

"Ada angin apa lo tiba-tiba kerja? Dari pakaian lo nih, kerjanya pasti kantoran" kata Rumaisha sambil menyamping menatap Alen yang sedang fokus menyetir.

Kalau Abang-abangnya sih, sudah diajari mandiri sejak kecil. Dan sekarang, masing-masing dari mereka sudah memiliki bisnis. Rain mempunyai cafe, Raga mempunyai satu rumah makan, Rumaisha dan Mommy-nya memiliki toko roti. Dan hebatnya, Reiz mempunyai butik yang sudah memiliki cabang.

Aland, tidak pernah memaksa apa yang anak-anaknya inginkan. Tetapi, mereka semua sudah berpikir dewasa untuk melanjutkan tahap itu.

Yang Aland harapkan saat anak-anaknya pada masa sekolah ini hanya satu, belajar yang rajin agar mendapat apa yang mereka inginkan. Salah satunya adalah cita-cita.

Dan tanpa diduga, anak-anaknya malah sudah aktif dalam hal pekerjaan. Yang terpenting hanya satu, tidak melupakan tugas mereka yang masih berstatus pelajar. Jika berbisnis diusia muda mereka menginginkan itu, Aland hanya bisa mendukung.

ALENCHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang