24: PINGSAN

2K 231 2
                                    

Happy Reading!

–––––––––
"Gue belum pernah ngerasa ini sebelumnya. Ini bukan cinta. Ini juga bukan rasa kasihan.
Tapi, setiap Deket lo dan setiap lo jauh dari gue, rasanya ada sesuatu yang mengganjal"

–Alen Prince Adibrata–

"Rasanya aneh. Jauh detak jantung bertalu-talu. Dekat, detakan itu lebih dan lebih dari kata bertalu-talu.
Lalu, apa artinya?"

–Rumaisha Humairah Abraham–
–––––––––

Raga dan Alen, berlari kesetanan ke UKS. Entah apa yang terjadi pada Rumaisha.

Setelah sampai di UKS, Raga dan Alen langsung masuk. Terlihat, Rumaisha sedang terbaring lemah dengan mata yang tertutup.

Ternyata, sudah ada Bumi di sana. Dia sedang memainkan ponselnya.

"Gimana Bum?" Tanya Raga. Bumi menoleh.

"Kurang cairan dia. Darahnya rendah, terus kena sinar matahari yang sekarang lagi panas banget. Amsyong dah ambruk di lantai" jawab Bumi dengan santai.

Raga menampol kepala Bumi. Ketua OSIS ngomong tidak menggunakan filter.

"Udah di kasih minyak angin belum?" Tanya Raga. Bumi mengangguk.

"Udah, tapi belum idup lagi dia" jawab Bumi. Raga menendang kaki bumi yang sedang duduk, hingga tumbang.

"Sialan lo setan!" Maki Raga. Sepertinya, mulut Bumi memang harus dibersihkan dengan pembersih WC. Soda api.

"Di panggilin dokter kan tadi?" Tanya Alen. Bumi kembali mengangguk santai.

"Lagi ambil obat katanya" jawab Bumi kembali.

"Terus lo yang bawa Icha kesini?" Tanya Raga lagi. Bumi mengangguk kesal.

"Iyalah! Tanya-tanya aja! Berisik banget lo berdua sumpah" kesal Bumi. Sekarang, giliran Alen yang menendang kaki kursi, yang Bumi tempati. Musnah sudah Bumi dilantai.

"Si anjing!" Umpat Bumi.

Seorang dokter wanita, datang dengan membawa tas hitam. Lalu mendekati mereka bertiga.

"Ini obatnya. Di minum sekarang, dan nanti sore. Kalau malam masih belum ada perkembangan, ke rumah sakit. Harus infus" jelas Dokter tersebut. Raga menghela nafasnya.

"Ngghh"

Semuanya menoleh ke arah Rumaisha. Belum sempat Raga mendekat, Bumi sudah dulu kehadapan Rumaisha.

Tuk!

Sentilan mendarat di kening Rumaisha. Raga dengan cepat menendang bokong Bumi.

"Gini nih, kalau minum air putihnya kurang. Mana tadi ambruknya nggak estetik banget lagi" omel Bumi. Rumaisha menyipitkan matanya kesal.

"Abang pusing" gumam Rumaisha memegang lengan Bumi. Bumi mencibir pelan.

"Liat dok, kalau lagi sakit gini. Liat aja ntar, serumah heboh gara-gara dia" kata Bumi. Rumaisha mengerucutkan bibirnya. Dokter wanita itu hanya tersenyum.

ALENCHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang