17: APAKAH ADA RASA?

1.7K 219 0
                                    

Happy Reading!

Ruang inap Raga hening seketika. Raga, Alen dan Angkasa sama-sama terdiam kaku. Rumaisha sedang nyenyak tidur dengan kepala di bahu Alen.

Mata tajam yang menatap Raga, Alen dan Angkasa. Lalu menatap Rumaisha yang sedang tidur dengan nyaman.

"Bisu?" Pertanyaan dingin dan tajam itu membuat Raga memejamkan matanya.

Raga menghembuskan nafas pelan. Jujur, jantungnya sudah berdetak dengan keras. Tapi apalah daya, serapat apapun kita menyimpan bangkai, maka akan tercium juga.

"Itu yang Abang liat" kata Raga. Suara beratnya membuat wibawanya terlihat.

Rain, dia menguyar rambutnya, bibirnya tertutup rapat.

Saat Rumaisha tidak izin dengannya, Rain mencari Rumaisha setiap tempat-tempat di sekolahnya. Karena biasanya, Rumaisha pulang dengannya. Dan sampai akhirnya, ada yang mengatakan Rumaisha berjalan kearah minimarket.

Rain membuntutinya. Jelas dia terkejut. Adiknya bersama laki-laki asing dan masuk kedalam mobil laki-laki itu.

Rain menjalankan mobilnya mengikuti mobil yang membawa Rumaisha. Dan ternyata berhenti di Rumah sakit. Rain tetap mengikuti mereka. Ternyata, bum! Raga berada di ruangan itu. Rain memilih berdiri di depan Ruangan VIP yang Raga tempati, menunggu waktu yang tepat.

Dan setelah hampir lima belas menit, Rain masuk kedalam ruang inap Raga.

Bukan wajah Raga babak belur yang membuat Rain terkejut. Tetapi laki-laki yang tadi bersama Rumaisha.

Sejak Rain mengikuti, wajah laki-laki itu tidaklah jelas. Dan sekarang Rain melihatnya dengan jelas.

Angkasa.

"Ngapain ikut begituan?" Tanya Rain tajam. Tatapan Rain tidak pernah lepas dari Raga.

Terdiamnya Raga membuat Rain tersulut emosi. Langkahnya maju ke tempat tidur Raga.

Bugh!

Satu Bogeman melayang di pipi kiri Raga. Angkasa dan Alen maju. Tangan Angkasa membalas tonjokan Rain pada Raga.

Bugh!

Rain mengusap bibirnya yang berdarah. Terkekeh sinis pada Angkasa. Raga sudah tidak bisa berkata-kata lagi.

"Nggak usah ikut-ikutan lo Anjing!" Desis Rain. Angkasa tersulut emosi. Ruang inap Raga panas seketika.

"Lo pukul Raga. Sama aja urusan Sama gue. Meskipun lo Abangnya sendiri!" Maki Angkasa pada Rain. Bibir Rain bergerak pelan. Tertawa sinis.

"Lo tau, gimana paniknya Mommy karena lo nggak pulang?! Sampe-sampe Icha harus bohong terus sama Mommy?! Lo tau nggak?!" Rain menunjuk Raga dengan marah. Raga tetap diam. Dia tau dia salah.

Rian terkekeh miris. Menarik leher baju pasien Raga.

"Ikut geng-geng kaya gitu buat lo lupa punya orang tua di rumah?" Kata-kata Rain seperti pisau tajam bagi Raga.

Angkasa tidak terima. Tangannya kembali terangkat dan membogem pelipis Rain. Dan Rain langsung membalas Bogeman itu.

"Gue, sebagai ketua nggak terima lo ngomong gitu. Mulut sialan lo nggak berhak jelek-jelekin geng gue. Bahkan, geng gue lebih baik di banding mulut laknat lo itu" kata Angkasa penuh penekanan.

"Baik? Geng baik lo bikin orang celaka goblok!" Maki Rain tepat di depan wajah Angkasa. Angkasa jelas tidak terima. Tangannya kembali melayang mengenai wajah Rain.

ALENCHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang