35. APARTEMEN

2K 238 2
                                    

Holaaa guyssss...!!!
Jam berapa kalian baca part ini......????

Tekan bintangnya dulu yuk... Tekan bintangnya dulu....🤩🤩

Kasih lope dulu dong...🤍🤍
Lope
Lope
Lope
Lope
Lope
Lope
Lope

Oke, mari kita mulai!
.
.
.

Happy Reading!
___________
"Dalam hidup, masalah pasti ada. Baik itu masalah kecil, maupun masalah yang besar, sampai menguras tenaga dan air mata."

-Rumaisha Humairah Abraham-
___________

"Lo tuh nggak ada cantik-cantiknya. Di bandingin gue aja, Lo kalah jauh Rumaisha Abraham!"

Rumaisha berpura-pura, mengorek telinganya, yang padahal tertutup oleh hijab putih.

Askal masih makan bakso dengan tenang. Ryan dan Lala, juga masih enak makan. Bedanya, ponsel Ryan dan Lala, sama-sama menyala untuk merekam suara Fransiska. Kadang-kadang, wajah mereka berdua, makan sambil mengejek Fransiska.

"Heh Rumaisha Abraham!" Teriak Fransiska lagi dengan lantang. Rumaisha menolehkan kepalanya kesamping yang tidak ada orang. Lalu menyemprotkan jus jeruk yang sedang dia minum.

Sumpah demi apapun, Rumaisha terkejut karena suara Fransiska. Teriakan perempuan itu, tidaklah main-main.

"Apalagi sih! Depresot lama-lama gue dengar suara Lo," kata Rumaisha membalas. Fransiska terlihat sedang mengatur nafasnya.

"Kenapa setiap yang gue suka, yang gue seneng, yang gue pingin gapai, malah lari ke Lo? KENAPA?!" Teriak Fransiska lebih keras. Rumaisha memejamkan matanya sejenak.

Rumaisha tidak menyerahkan Fransiska juga. Dulu, ada acara yang diadakan oleh OSIS. Rumaisha masih awal-awal masuk kelas sepuluh. Dia mendaftarkan diri, untuk mengikuti tampilan. Dan yang Rumaisha pilih, adalah Dance.

Karena Dance Rumaisha yang lebih unggul dibanding yang lain, pelatih Dance mengganti center yang tadinya Fransiska menjadi Rumaisha.

Jelas sekali waktu itu, bahwa Fransiska sudah mengeluarkan tanduk.

"Kak.."

"APA?!"

Rumaisha terlonjak kaget. Dia baru memanggil, dan belum selesai berbicara. Tapi teriakan Fransiska memecah segelanya.

"Degerin gue ngomong dulu makanya," kata Rumaisha kelewat santai.

Dan kalian tau, teman-teman yang Fransiska bawa, tidak ada gunanya jika untuk memisahkan Fransiska dari Rumaisha. Mulut Rumaisha terlalu mereka hindari. Daripada nanti mereka juga menanggung malu.

"Lo ngomong baik-baik dulu. Masalah lo sama gue apa, kenapa, gimana alurnya, apa penyebabnya. Kalau lo gini, Daddy gue yang baru ngisi bensin, bisa-bisa boros karena harus ke sekolah gue. Nih ya, kalau lo marah-marah nggak jelas gini, gue bisa lebih marah dari Lo. Gue juga bisa di undang secara langsung tanpa paksaan ke BK. Harus ketemu sama sama Pak Bambang yang tampan dan Bu Nur yang cantik. Lo nggak kasian, sama Daddy gue yang selalu di panggil dadakan sama Pak Bambang?"

Semuanya menahan tawa, mendengarkan pidato dari seorang Rumaisha Abraham. Fransiska terdiam dengan bibir bergetar.

"Heh Siska! Eh, salah. Kak Siska! Lo mau nangis?" Tanya Rumaisha terkejut. Semuanya langsung menatap Fransiska.

"Gue.. gue... Gue malu," lirih Fransiska. Rumaisha memutar bola matanya malas.

Kalau malu, untuk apa marah-marah kehadapan Rumaisha?

ALENCHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang