34. TRAGEDI HANTU SIANG BOLONG

2K 254 2
                                    

Holla guysss...!

Sebelum mulai, gue mau nge-cingcong dulu....
Jangan bosen dengerin cingcongan gue yaa...

Jadi gini,
Bisa nggak.... Em... Bisa nggak, 25 vote, plus spam komentar dari kaliannn....?? Ah, pasti bisalah😌😍

25 gimana?
Kebanyakan nggak?
Semoga enggak sih.
Apalagi kalau 30, 35, 40, 🤩🤩 tambah nangis seneng bangga gue...🤩
Sama spam komentarnya....🤍🤍

Yaudah, kasih lope dulu dong buat part ini... Lope lope lope lope lope lope lope. Love love love love love love. Kasih lope beneran dong.... Cuman kasih lope doang kok.
Lope, klik, kirim. Udahhhhh... Gampang kan???🤩🙃🤍

Oke, gue udah banyak wacingcong, sekarang mulai...

.
.
.

Happy Reading!🤍
___________
"Biasanya, salah satu alasan orang benci sama kita, adalah karena mereka iri."

–Rumaisha Humairah Abraham–
___________

"Mas Alen.."

"Dalem," Alen menjawab percobaan panggilan Rumaisha kepadanya. Rumaisha menuliskan angkasa sembilan koma lima, pada sebelah tulisan Mas.

"Bang Alen,"

"Iya, mau beli apa?" Jawab Alen dengan kesal. Masalahnya, Rumaisha memanggil dengan embel-embel itu, seperti mau beli gula di warung. Kalian taulah, perbedaan nada panggilan kepada suami dan saat membeli gula di warung? Dan Rumaisha, menggunakan nada seperti memanggil penjual. Kan bisa, memanggil Alen, dengan panggilan itu, tetapi nadanya lebih halus dan menggoda? Eh?

Rumaisha mengeratkan giginya, lalu menatap Alen gemas.

"Abang Alen," panggil Rumaisha mengulangi. Alen menggelengkan kepalanya.

"Ganti-ganti," kata Alen. Rumaisha mengangguk. Lalu kembali mencoba panggilan selanjutnya. Sebelum itu, dia menuliskan di sebelah kata 'Bang' dengan tulisan, 'Alen mau panggilan yang lain'.

"Kak Alen," panggil Rumaisha. Alen memejamkan matanya. Meresapi panggilan Rumaisha.

"Iya dek?" Jawab Alen manja. Rumaisha menyobek satu kertas, dan memasukkan kertas itu, kedalam mulut Alen.

"Sumpah Cha, kek Lo manggil kakak kelas gitu," komentar Alen. Rumaisha memberengut kesal.

"Ya emang Lo kakak kelas gue!" Galak Rumaisha.

Alen memperhatikan tiga tulisan yang ada di buku Rumaisha.

Mas.... Nilai 9,5. Karena Alen sepertinya suka.

Bang.... Eliminasi. Alen mau panggilan lain.

Kak.... Nilai tidak tau. Kata Alen seperti panggilan untuk adik kelas.

"Berarti panggilnya Alen aja. Soalnya Lo masih belum setuju," kata Rumaisha. Alen menatap Rumaisha, lalu telunjuknya dia gerakkan ke kanan dan ke kiri. Pertanda bahwa tidak.

"La terus apa lagi?!" Geram Rumaisha dengan mata yang mengantuk. Kalian tau, ini sudah jam setengah sebelas malam. Tapi mereka berdua, masih menyeleksi panggilan-panggilan itu.

ALENCHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang