23: APA LAGI INI?

1.8K 222 0
                                    

Happy Reading!

––––––––
"Cinta datang begitu saja. Rasanya begitu indah, saat cinta datang. Tapi, bagaimana, jika saingan cinta, adalah seorang saudara?"

–Raga Hamzah Abraham–

"Saat dia terluka, kita juga merasa sakit. Walaupun itu, belum tau apakah sakitnya parah atau tidak. Tapi rasanya, begitu menyakitkan saat dia terluka.
Apakah ini sudah kategori cinta?

–Alen Prince Adibrata–
––––––––

"Ngomong-ngomong, kapan lo kawinnya Len?" Tanya Yoga. Alen dengan segera menampol kepalanya.

"Kawin mata lo!" Desis Alen. Yoga meringis kuat. Geplakan Alen pada kepalanya tidak main-main ternyata.

Sekarang, mereka sedang berada di apartemen milik Angkasa. Yang katanya di beri nama markas itu. Raga dan Angkasa sedang tidur di sofa. Dan sekarang, Alen harus menerima setiap julid-an dari teman-temannya.

"Jadinya kapan Len?" Alen menoleh pada Abraham. Entah, laki-laki itu selalu tampan, walaupun wajahnya berantakan.

"Harusnya Minggu kemarin. Cuman di undur" jawab Alen. Abraham mengangguk sekali. Berbeda dengan Yoga yang sudah menyimpan dendam kesumat.

"Abra yang nanya di jawab! Gue yang nanya digaplok" kata Yoga pasrah. Tangannya memasukkan satu permen  kaki kedalam mulutnya.

"Sssssh" ringisan keras itu membuat semuanya menoleh kearah sofa.

Mata Raga memang terpejam. Tetapi bergerak tidak nyaman sambil meringis. Mereka sangat tau, ringisan itu adalah ringisan menahan sakit.

Alen mendekati Raga. Lalu membangunkannya. Serasa bahunya di tepuk keras, Raga membuka matanya. Bukan hanya Raga, Angkasa juga ikut membuka matanya.

"Lo kenapa?" Tanya Alen. Raga mengerutkan keningnya. Dia kenapa?

"Emang gue kenapa? Lagi tidur tiba-tiba lo bangunin bang" jawab Alen dengan suara serak, khas bangun tidur.

Alen memejamkan matanya. Lalu membuka kaus putih yang Raga kenakan, dengan paksa.

Memar dengan sedikit darah kering, terlihat di punggung Raga. Alen segera mengambil kotak P3K di lemari dapur Angkasa.

"Lo kenapa ini?" Tanya Angkasa. Abraham, Yoga, Narendra, Putra, dan Jay mendekat.

Jay menyentuh pinggiran luka itu. Lalu melihatnya saksama.

"Ini luka hantaman. Lo kehantam apa?" Kaya Jay. Raga hanya diam.

Alen kembali membawa kotak P3K dan kompresan. Membersihkan luka Raga. Raga Meringis.

"Ini dari lo luka nggak dibersihin?" Tanya Alen. Raga hanya bergumam.

"Kalau lukanya kayak gini, kehantam apa?" Tanya Angkasa.

"Batu itu. Kalau nggak besi, besinya juga pasti kuat banget kalau lukanya kayak gitu" jawab Putra. Angkasa menelusuri punggung Raga.

ALENCHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang