14: TENTANG MANTAN HATI

1.8K 239 5
                                    

Happy Reading!

Alen berjalan santai di koridor kelas dua belas. Sesekali bibirnya bersiul saat tidak ada orang.

Alen memasuki kelasnya dengan wajah datar. Duduk di samping Alden yang sedang menulis.

"Tumben berangkat jam segini. Biasanya dari tadi" kata Alden pada Alen.

Alen menaruh tasnya dan membuka buku fisikanya.

"Pengen" jawab Alen singkat. Alden tidak menanggapi lagi.

Lima menit kemudian, guru datang. Semuanya menjadi diam dan duduk rapih.

"Selamat pagi anak-anak. Hari ini, kalian kedatangan teman baru. Ayo nak masuk" kata Bu Desy alias wali kelas mereka.

Seorang perempuan cantik masuk kedalam kelas. Kulit putih, matanya yang sedikit sipit, serta rambut panjang sepinggangnya.

Dia tersenyum dan memperkenalkan dirinya.

"Halo, nama gue Viera Indira Duwita. Panggil aja Viera" kata Viera sambil tersenyum.

Bu Desy menyuruh Viera untuk duduk di sebelah Ratih.

Alden sedang memperhatikan Viera lekat. Sean dan Deaz tertawa cekikikan. Rain menyenggol-nyenggol lengan Alen. Dan Reiz yang berdehem berkali-kali. Sedangkan Aldric, lelaki tampan itu tidak memperdulikan.

Alen menghela nafasnya malas. Perempuan masa lalu melasnya kembali lagi.

"Pujaan hati... Tak suwun sing kuat ati.." nyanyi Alden dengan nada sedih.

Alen mengumpat. Viera, gadis yang Alen suka sewaktu kelas satu SMP. Katanya pandangan pertama waktu MOS.

Saat Alen menyatakan cintanya, di depan banyaknya para peserta MOS juga Osis, Viera menolaknya dengan kata-kata sadis.

"Siapa lo? Sok kenal banget. Nggak usah SKSD deh. Gue nggak kenal sama lo" Rain menirukan kalimat yang Viera ucapkan dahulu.

Alen mendesis tajam.

"Anjing lo semua!"

***

Alen dan sahabat-sahabat sengkleknya sedang berada di kantin. Mereka bertujuh menjadi tatapan utama parq kau hawa.

Terutama adalah Rain dan Aldric.

"Si Viera ngapa sekolah disini ya? Gue denger-denger dulu dia pindah ke Singapore" kata Sean sembari menyedot jus mangga.

"Ya berarti dah balik" timpal Deaz pada Sean. Sean mengangguk paham.

"Diem-diem bae lo Len. Nggak mau nemuin mantan?" tanya Alden pada Alen. Alen memberikan tatapan tajamnya.

"Mantan mata lo!" sarkas Alen pada Alden. Rain tertawa.

"Waktu dulu lo nembak dia, sumpah dah lo kek orang bodoh banget gitu" ejek Rain pada Alen. Alen memukul kepala Rain menggunakan botol air mineral yang masih utuh.

"Alen dulu tolol" kata Reiz yang sedang menikmati seblaknya. Deaz tertawa.

"Kalau sekarang?" tanya Deaz sambil tertawa.

"Ya masih tolol. Nggak ada bedanya" jawab Raiz dengan tampang tanpa dosanya.

"Ya Allah Reiz.. Gue doain mulut lo masuk surga. Pedes banget kalau ngomong" Sean tertawa memegangi perutnya.

ALENCHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang