18: GENG MOTOR

1.8K 233 0
                                    

Happy Reading!

Rumaisha hanya gusrak-grusuk di kasur kamarnya. Sprei dan selimut sudah tidak terbentuk lagi. Sekarang, hanya galau yang menimpa dirinya.

Sudah ada empat puluh delapan pesan yang Alen kirim di what's app nya. Tetapi apalah daya, jika ketahuan Rain, maka Rumaisha mungkin tidak bisa bertemu dengan Alen selamanya.

Tangannya membuka pesan Alen. Namun hanya di buka, tidak di jawab. Yah, bahasa gampangnya hanya di read.

Alennn🙈🙉🙊

Cha
Icha
Cha
Cha?
Lo mrh?
Knpa diemin gw?
Cha!
Bls psn gw
Cha!
Bls!
Klau lo diem, kpn slsainya msalh.
Jngn diem. Diem lo cmn bkn org bingng.
Lo knpa sh Cha!
Klau ad mslh jngn gni!
Cha!

Rumaisha menutup room chat nya dengan Alen. Lalu melempar ponselnya ke sela-sela bantal. Hah, kasian juga sebenarnya. Tadi, Alen ke rumah, dan langsung di usir oleh Rain.

Jadinya seperti ini. Alen terus menerornya dengan pesan. Ini sudah pukul sembilan malam. Tadi sore setelah Rain dan Rumaisha pulang, Mommy kembali menanyakan dimana Raga. Dan kenapa belum pulang. Alhasil, Rumaisha kembali beralasan.

Pranggg!!!

Suara pecahan beling terdengar sangat keras. Rumaisha langsung menggunakan hijab instannya dan turun ke lantai satu.

Setalah sampai, Raga, Alen dan Angkasa sudah berdiri di sana. Jangan lupakan Daddy Aland, Mommy Andini, Reiz, dan Rain.

Rumaisha menatap pecahan gelas yang ada di depan berdirinya sang Mommy.

"Kenapa bisa begini?!" Andini sudah menangis. Membuka atasan baju tidur berwarna hitam yang Raga gunakan. Lalu mengelus bekas tikaman pisau itu.

Andini, saat kembali dari dapur membawakan suaminya kopi, ternyata melihat suaminya yang sedang bersama tiga laki-laki.

Dan Raga salah satunya. Pelipis Raga terbalut kasa, wajahnya babak belur, dan kakinya berjalan sedikit pincang. Akhirnya, gelas berisi kopi yang ada di tatakan kecil, jatuh dengan spontan dari tangan Andini.

"Raga nggak papa" kata Raga. Wajahnya tersenyum cerah.

"Nggak papa gimana?! Ini semuanya bukan luka ringan Raga!" Histeris Andini. Matanya tidak berhenti mengeluarkan air mata.

Aland menggiring semuanya untuk duduk di sofa. Lalu Angkasa, lelaki itu menjelaskan semuanya dengan penuh wibawa.

"Ada rame-rame apa?" Pertanyaan dari seseorang membuyarkan mereka. Regaza, si bungsu itu mendekat kearah mereka.

"Nggak ada apa-apa" jawab Rumaisha. Lalu membopong tubuh Regaza dan memangku nya. Kembali menepuk-nepuk punggung Regaza agar tertidur.

Melihat Regaza sudah memejamkan matanya, penjelasan kembali dilanjutkan.

"Apa alasan kamu ikut geng-geng seperti itu?" Tanya Aland. Raga menatap sang Ayah.

ALENCHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang