Happy Reading!
Di sinilah Rumaisha dan Alen sekarang. Berada di taman sepi. Rumaisha sejak tadi memotret bunga-bunga cantik, yang ada di taman itu.
Alen, perkejaan laki-laki itu, hanya memperhatikan Rumaisha sejak tadi. Jika harus berkata jujur, rasa nyaman itu mulai hadir pada diri Alen.
"Oh bunga.. kemana kini kau berada.." nyanyi Rumaisha dengan riang. Alen mendengus. Apa-apa selalu dijadikan nyanyian oleh gadis itu.
"Len! Fotoin!" Perintah Rumaisha menyerahkan kameranya. Alen menerima kamera itu.
Rumaisha sudah bergaya di bawah pohon besar. Alen mulai memotret.
Setelah menghabiskan waktu di taman, Alen dan Rumaisha memulai perjalanan menuju rumah Deaz.
Deaz mengundang sahabat-sahabatnya untuk kerumahnya.
Kali ini, Alen tidak mau kalah gesit dengan Rain. Dia mengajak Rumaisha terlebih dahulu. Sebelum Abang monyet Rumaisha itu mengajak Rumaisha.
"Rumahnya Bang Deaz jauh ya" kata Rumaisha dengan matanya yang fokus pada ponsel.
Alen bergumam menanggapi. Setelah menempuh waktu hampir dua puluh menit dari taman, sampailah mereka berdua di rumah Deaz.
Ponsel Alen berbunyi. Tanda ada yang menelfon Alen. Alen mengangkat telfon itu sebelum keluar dari mobil. Rumaisha, dia juga masih didalam mobil.
Rumaisha memperhatikan Alen. Laki-laki itu tidak mengatakan apapun. Tetapi, dia menempelkan ponselnya di telinga begitu lama. Seperti hanya mendengarkan saja.
Tanpa berucap, Alen mematikan telfonnya dan meletakkannya di saku. Dan memutar mobilnya yang sudah di depan rumah Deaz.
"Lho Len, kok balik sih?" Tanya Rumaisha dengan terkejut.
Alen melakukan mobilnya dengan cepat. Rumaisha terdiam kaku.
"Len, kok puter balik?" Tanya Rumaisha lagi. Alen tidak menanggapi. Sudah kelewat kesal, Rumaisha membentak Alen.
"Len! Kenapa puter balik?!" Bentak Rumaisha keras pada Alen. Nafas Alen menderu. Tidak, dia tidak boleh membentak gadis itu.
"Gue anterin pulang" kata Alen singkat. Rumaisha menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" Tanya Rumaisha lagi. Alen tetap tidak menjawab. Siapa yang tadi menelfon? Dan apa yang dikatakan si penelfon? Hingga Alen menjadi seperti ini.
Melihat terdiam nya Alen, Rumaisha marah. Air matanya hampir lolos. Tapi dia menahannya.
"Turunin gue" kata Rumaisha datar. Alen tetap tidak menanggapi.
"Gue bilang turunin gue disini!" Teriak Rumaisha. Alen hanya diam menyetir.
"BISU LO HAH?! TURUNIN GUE!" Teriakan menggema milik Rumaisha, membuat Alen menghentikan mobilnya.
Tanpa sepatah kata lagi, Rumaisha turun dari mobil Alen.
Dengan berdiri di pinggir jalan, Rumaisha menatap Alen yang tidak perduli kepadanya. Mobil Alen melaju kencang tanpa memikirkan dirinya.
"Cih!" Dicih Rumaisha memperhatikan mobil Alen yang melaju kencang.
***
Saat berjalan hampir lima belas menit, Rumaisha berhenti di sebuah cafe. Anggap saja Rumaisha gila. Ah, Rumaisha memang gila.
Berjalan lima belas menit tanpa arah. Perutnya sudah meminta untuk diisi. Tidak elit jika dia harus pingsan di jalanan.
Menu yang Rumaisha pesan sudah datang. Karena perutnya sudah meminta untuk diisi, dia memakan makanannya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENCHA [END]
Random"Gila nggak papa. Yang penting rangking satu dimana-mana" -Rumaisha Humairah Abraham Rumaisha Humairah Abraham, katanya paras gadis itu sama dengan namanya. Cantik. Tapi, wajah dan nama cantiknya hanya kedok akan kegilaan gadis cantik itu. Petakila...