11: H-1

2K 251 2
                                    

Happy Reading!

Di atas tempat tidur Raga, Rumaisha belum juga membuka suaranya. Raga, laki-laki itu menatap diam sang adik tanpa ada pergerakan sedikitpun.

Rumaisha menghela nafasnya perlahan. Lalu suaranya mulai terdengar.

"Ada apa Abang sama cewek tadi?" Tanya Rumaisha pelan dan halus pada Raga. Dengan sedikit menoleh, Raga menatap sendu sang adik.

Perlahan, Raga membaringkan kepalanya di paha Rumaisha. Rumaisha mengelus rambut hitam legam milik Raga.

"Icha tau, Abang nggak mungkin kaya tadi kalau nggak ada awalannya" kata Rumaisha dengan lembut.

Raga mendongak. Menatap wajah adik kembarnya itu lekat. Rasanya, dia berat sekali mengatakan ini.

"Dia pacarnya Abang?" Tanya Rumaisha lagi. Kesal sebenarnya melihat Raga yang tidak juga membuka mulutnya.

Raga menggeleng perlahan. Merubah posisi berbaringnya, menghadap perut Rumaisha. Menenggelamkan wajahnya di sana. Dan Rumaisha tau, bahwa ada air mata yang mengalir dari mata Raga.

Rumaisha kembali menghela nafasnya lemas.

"Dia... Suka sama Abang" Raga mulai membuka suaranya. Rumaisha tersenyum. Tangannya masih mengelusi rambut Raga dan memainkannya.

"Terus?" Tanya Rumaisha menunggu kelanjutannya.

Raga menjadi diam.

"Abang suka juga?" Tanya Rumaisha lagi. Sejujurnya, dia sedikit paham dan sedikit bingung tentang ini.

Raga diam. Seketika bibirnya kelu untuk terbuka.

"Iya?" Rumaisha kembali memastikan. Raga mendongak.

Lalu bergumam perlahan. Rumaisha tersenyum manis.

"Kalau suka juga, kenapa tadi dibentak-bentak?" Tanya Rumaisha pada Raga. Tidak ada kata-kata kasar yang keluar dari mulut Rumaisha.

"Cha" panggil Raga dengan suara lirih. Rumaisha menoleh.

"Kenapa?" Tanyanya lembut.

"Gimana kalau kamu di posisi Abang, Saat orang yang kita suka, ternyata disukai juga oleh saudaranya sendiri?" Tanya Raga dengan lirih. Rumaisha menoleh kaget.

Ada apa sebenarnya? Dia belum sepenuhnya paham.

"Maksudnya?" Tanya Rumaisha menyelidik. Raga memejamkan matanya sejenak.

"Bang Reiz suka sama dia juga" kata Raga pelan. Rumaisha memejamkan matanya. Jantungnya berdetak dengan lebih cepat. Sepetinya, masalah ini tidak akan cepat berakhir. Jika, keduanya menggunakan ego.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata sedang melihat dari balik pintu kamar Raga yang sedikit terbuka. Melihat semuanya, mendengar semuanya, dari awal hingga akhir. Tanpa sadar, sepasang mata itu menitihkan airnya.

***

Rumaisha sedang asik mendengarkan musik di mobil Alen. Alen yang fokus menyetir tidak menolehkan pandangannya sedikitpun.

"Len, kita seriusan, mau beli baju buat lamaran?" Tanya Rumaisha pada Alen. Alen melirik sedikit lalu mengangguk.

"Yang mahal belinya" kata Rumaisha pada Alen. Alen menatap Rumaisha dan berdecak.

"Mau yang harga berapa? Gue jabanin" sombong Alen pada Rumaisha. Rumaisha menatap Alen lekat-lekat.

"Mau harga cinta gimana?" Tanya Rumaisha dengan nada menggoda.

ALENCHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang