🌸{ بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ }🌸
_______________________________________"Assalamu'alaikum WR. Wb. Selamat pagi semuanya, terima kasih karena telah meluangkan waktunya untuk rapat pagi hari ini. Baiklah hari ini kita akan membahas tentang perkembangan dan kerja sama perusahaan. Mohon maaf sebelumnya karena laporan saya ketinggalan dan sedang dalam perjalanan kemari, oleh karena itu saya persilakan kepada Pak David selaku direktur perusahaan Sinar Jaya untuk memulai presentasinya." Ucap Kharis membuka pertemuan.
"Terima kasih kepada Pak Kharis, baiklah saya akan memulai mempresentasikan laporan saya."
"Dari kesimpulan yang didapatkan pada rapat minggu lalu, kelayakan usaha telah dibuktikan dari berbagai aspek manajerial perusahaan. Kejelasan aspek keuangan dan pengaruh permintaan yang diperkirakan semakin meningkat, mempertegas bahwa usaha masih layak dijalankan. Namun dalam mengembangkan usaha perlu dilakukan peningkatan dari beberapa aspek manajerial. Sehingga, perusahaan patut untuk melakukan beberapa program yang akan dirangkai dalam scenario planning untuk periode selanjutnya, sekian terima kasih."
Handphone Kharis berdering, tertera tulisan 'Mila cantik' disana, yaa itu nomor adiknya, jangan heran, Kamila lah yang membuatnya sendiri dan melarang untuk mengubah nama itu.
"Mohon maaf, saya izin keluar ruangan sebentar untuk mengambil berkas saya." Izin Kharis.
~~~
"Widiiih ada acara apaan nih pake baju beginian?." Tanya Kharis dengan nada sedikit meledek.
"Diam! Mama yang paksa Mila pake beginian."
"Gak papa, adem dikit kelihatannya."
"Oh iya nih, lain kali kepala Mas aja yang tinggal ya." Omel Kamila kesal.
"Thanks, ya namanya juga manusia pasti pernah khilaf."
"Setahu Mila kalau khilaf gak sesering ini, ini bukan khilaf tapi emang Mas nya aja yang pikun." Geramnya.
"Terserah kamu deh, yasudah Mas lanjut meeting dulu ya."
"Yaudah Mila mau keliling-keliling kantor dulu ya, udah lama gak kesini."
"Terserah kamu, asalkan jangan lompat aja dari atas gedung." Kata Kharis dan langsung pergi.
"Ih gini-gini Mila masih sayang nyawa kali."
Sudah lama sekali Kamila tidak ke kantor yang sekarang telah dipegang oleh Kharis, mungkin terakhir kali saat masih SMP. Waktu kecil ia sering ikut Papanya kesini bahkan sampai nangis jika tidak dibolehkan ikut.
"Wow banyak juga ya perubahannya."
Kamila melihat pintu ruang kerja Papanya dulu sebelum digantikan oleh Kharis. Dirinya teringat dulu saat masih kecil pernah mencoret-coret pintu itu sampai dimarahi staff Papanya.
Kamila emang nakal waktu itu, ia mencoret pintu ruangan kerja Usman dengan spidol permanen, akibat dari kenakalannya ia dimarahi karyawan yang kebetulan lewat. Karena dirinya selalu dimanja dan tidak pernah dimarahi oleh orang tuanya, alhasil ia pun menangis waktu itu. Untung Papanya datang dan Kamila segera lari memeluknya. Karyawan itu terkejut bukan main ketika mendengar Kamila memanggil atasannya itu dengan sebutan 'Papa'. Lucu melihat karyawan itu terkejut, tapi ia juga kasihan melihat karyawan yang memarahinya itu jadi diceramahi Papaya.
Setelah cukup lama ia keliling kantor, Kamila pun memutuskan untuk pergi ke coffee shop yang cukup dekat dari kantor dan memesan secangkir Caramel Macchiato.
Drtttt... Dritt....
Handphone Kamila berdering, ternyata sahabatnya Keysha yang menelfon."Hallo Mil."
"Keyshaaaa." Jawab Kamila girang.
"Ih biasa aja kali jawabnya."
"Hehehe lagian lo sih, lama banget pulangnya, betah banget sih di Korea, lo tahu ngga tiap hari gue pantengin terus balkon kamar lo, sepi banget rasanya, biasanya ada aja yang nongol disitu."
"Yaelah Mil baru aja seminggu lebay banget sih."
"Iya baru seminggu, tapi rasanya udah kayak setahun tau gak."
"Hahaha, yaudah Kamis gue pulang kok."
"Iya, jangan ditunda-tunda ya."
"Iya bawel, yaudah bye."
"Bye."
Keysha adalah sahabatnya dari kecil, bahkan rumah mereka aja bersampingan, dimalam hari ketika merasa bosan, mereka berdua selalu duduk di balkon kamar mereka masing-masing dan saling bertukar cerita lewat telepon, posisi balkon kamar mereka juga bersebrangan, kalau berani bisa saja mereka lompat untuk bertemu.
Walaupun mereka berdua terlihat seperti sebaya, sebenarnya Keysha lebih tua setahun dari Kamila, oleh karena itu terkadang sifat Keysha lebih dewasa dibandingkan Kamila. Kadang saking akrabnya mereka sering dikira kembar, hanya bedanya Keysha lebih tinggi daripada Kamila, dan Keysha juga tidak berhijab.
Tiba-tiba seorang pria duduk di kursi yang ada di hadapannya. Kamila pun sontak terkejut.
"Astagfirullahaladzim." Ucap Kamila kaget.
"Hai dear." Sapa pria tersebut.
"Rico?."
"Apa kabar? Udah lama banget ya gak ketemu." Tanya pria yang bernama Rico tersebut.
"Ngapain lo disini?!." Tanya Kamila ketakutan.
"Yaa tadi sih niatnya mau ngopi, tapi kebetulan ketemu lo, yaudah sekalian aja datengin."
"Yaudah gue pulang." Kata Kamila dan langsung beranjak.
"Hei tunggu dulu." Cegah Rico sambil memegang tangan Kamila.
"Jangan sentuh gue!." Seraya menepis tangan Rico.
"Upss sorry." Rico melihat wanita dihadapannya itu dari atas hingga bawah. "Hahaha kesambet apaan lo pakai baju beginian?."
"Bukan urusan lo!." Jawab Kamila dan langsung lari keluar cafe menuju mobilnya.
🌸🌸🌸
Setelah selesai mengunjungi panti Arsen pun pulang. Zidane tertidur karena kelelahan bermain dengan temannya disana.
"Papa Arsen." Panggil Zidane yang baru saja terbangun."
"Iya sayang kenapa?." Tanya Arsen yang fokus menyetir.
"Jidan haus."
"Yasudah kamu tunggu di mobil aja ya, biar Papa yang beli minumannya." Kata Arsen dan langsung menepikan mobilnya.
Zidane mengangguk.
~~~
Sepuluh menit sudah Zidane menunggu.
"Kok Papa Arsen lama banget ya." Keluh Zidane.
Zidane melihat seekor kucing lucu yang ada di samping mobil, ia pun turun dari mobil dan menghampiri kucing tersebut, tetapi kucing itu malah lari dan Zidane pun mengejarnya. Dirinya berlari mengejar kucing itu tanpa melihat ada pembatas jalan dihadapannya, alhasil ia terjatuh dan mendapatkan luka di lututnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILLAH
Teen FictionKamila Putri Pujiantoro baru saja menyelesaikan pendidikan SMA nya. Ia merupakan wanita cantik dan pintar. Bukan seperti orang lain yang memanfaatkan kepintaran dan segudang prestasinya untuk masuk Universitas favorit, ia malah tidak ingin melanjutk...