PART 22

2.5K 151 2
                                    

🌸{ بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ }🌸
_______________________________________

Seperti yang Arsen katakan kemarin, ia ada janji untuk bertemu dengan temannya. Arsen sedang duduk sambil memainkan ponselnya di sebuah Cafe outdoor, sesekali ia melihat jam yang melingkar di tangannya, tampak ia sedang menunggu seseorang. Sekitar sepuluh menit kemudian seorang wanita datang menghampiri Arsen dan langsung duduk di kursi yang ada di hadapannya.

"Pagi Mas." Sapa wanita itu.

Arsen menghela nafas. "Assalamualaikum." Ucapnya.

"Ups sorry, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

"Kamu sendiri aja, Alya mana?."

"Alya? Alya sekolah dong Mas, sekarang kan masih jam sekolahnya."

"Oh iya Aku lupa. Loh baju kamu kenapa basah gitu?."

"Oh ini, tadi waktu aku di jalan kesini ada orang yang nyenggol aku, terus kopi yang aku pegang tumpah deh."

Arsen hanya merespon dengan anggukan paham lalu meminum kopi yang tadi ia pesan.

"Tapi Mas demi apa aku kesel banget sama teman orang yang nyenggol aku tadi, jelas-jelas temannya yang salah, malah dia yang nyolot, mana nyalahin aku lagi." Jelasnya antusias dengan penuh kesal.

Arsen menanggapinya dengan tertawa kecil.

"Kok kamu malah ketawa sih." Kesal Maya. "Oh iya, kenapa seminggu terakhir ini kamu susah di hubungi? Aku telpon gak diangkat, pesan aku juga nggak di read."

Arsen menghela nafas berat. "Itu yang mau aku jelaskan ke kamu."

"Oke jelasin." Tutur Maya lalu melipatkan kedua tangannya di atas meja.

Arsen pun menjelaskan yang sebenarnya jika ia sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya. Mendengar hal itu Maya sangat terkejut, ia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Bagaimana ia tidak sakit hati jika pria yang dari dulu ia cintai kini telah meninggalkannya dengan cara menikahi wanita lain, baginya Arsen sangat penting dalam hidupnya karena pria itu yang menjadi alasannya tetap hidup sampai sekarang.

"Ka-kamu bohong kan? Kamu ngerjain aku ya? Sumpah candaan kamu gak lucu loh Mas." Tuturnya denial.

"Aku gak bercanda. Aku serius."

"Ta-tapi kok kamu tidak memberitahuku sebelumnya?." Tanya Maya berusaha tetap tegar.

"Maaf May, aku cuma nggak mau ganggu waktu liburan kamu dan Alya." Alasan Arsen, padahal sebenarnya ia bingung bagaimana caranya untuk memberi tahu wanita itu, karena ia paham jika wanita itu mencintainya.

Maya tak bisa lagi berkata-kata untuk hal ini, yang pastinya ia sangat kecewa.

"Maaf ya May, mulai sekarang sepertinya kita harus menjaga jarak, aku nggak mau nantinya ada fitnah di antara kita."

"Tapi bagaimana dengan Alya Mas? Alya butuh kamu."

"Untuk itu kamu gak perlu khawatir, walaupun aku sudah menikah, sampai kapanpun aku akan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup kamu dan Alya."

Tak ada respon apapun dari Maya, dirinya hanya diam terpaku karena hal ini.

"Aku minta kamu datang ke sini untuk mengatakan hal ini, kalau tidak ada apa-apa lagi aku permisi dulu, assalamualaikum." Pamit Arsen dan langsung pergi.

🌸🌸🌸

"Mil udah jam setengah lima nih, kata lo Arsen bakal jemput lo sore." Kata Keysha memberi tahu.

"Emang gak ada sopan sopannya ya lo panggil laki gue cuma pakai nama doang, jarak lo dengan dia 9 tahun tauu."

"Bodo amat kan laki lo, lo aja panggil laki gue juga pake nama doang kok."

"Ha? Siapa laki lo?." Tanya Kamila bingung.

"Baekhyun oppa." Jawab Keysha dengan centil.

"Dasar, gue kira siapa tadi, halu lo ketinggian."

"Biarin." Jawab Keysha lalu mengejek Kamila dengan menjulurkan lidahnya.

"Udah-udah yok pulang." Sambil membereskan barang-barangnya.

Mereka pun pulang, kali ini Keysha lah yang menyetir, ia takut jika sahabatnya itu lagi yang menyetir karena kejadian tadi pagi. Mobil melaju dengan kecepatan sedang karena Keysha menyetirnya dengan tenang, tidak seperti Kamila tadi pagi yang menyetir dalam keadaan emosi.

Dua puluh menit kemudian, mereka pun sampai, dan ternyata sebuah mobil yang tidak asing sudah terparkir di pekarangan rumah keluarga Pujiantoro, yaitu merupakan mobil milik Arsen. Kamila dan Keysha pun langsung masuk dan menuju ruang tengah, disana sudah ada Winda dan juga Arsen.

Kamila pun menghampiri Arsen kemudian menyalaminya. "Udah lama?." Tanyanya dan langsung duduk di samping Arsen.

"Enggak kok, baru aja nyampe dua jam yang lalu."

"Ya ampun udah tahu istri lo biasa pulang kerja jam 5, ngapain juga lo cepat-cepat jemputnya?." Tutur Keysha.

Arsen tersenyum manis. "Gak papa dong, namanya juga udah kangen." Balas Arsen dan langsung merangkul istrinya.

Keysha yang mendengarnya langsung memasang ekspresi geli. "Ekhm ekhm, ya Allah tenggorokan gue gatal banget nih, jangan-jangan lo masukin sianida ya Mil di kopi gue?." Katanya berbohong.

"Sembarangan aja lo ngomong, nggak mungkin lah." Balas Kamila.

Arsen tambah memperlihatkan kemesraannya dengan mencium kepala Kamila.

"Aduh gue pulang dulu ya Mil, gue lupa kasih makan kucing gue, Keysha pamit ya Tante, assalamualaikum." Pamit Keysha lalu menyalami Winda dan langsung pergi, sebenarnya Keysha pulang karena geli sekaligus iri melihat tingkah pasutri itu.

Arsen tertawa melihat tingkah sahabat isterinya itu, sebenarnya ia sengaja melakukan itu di depan Keysha.

"Lah sejak kapan Keysha punya kucing? Bukannya dia alergi dengan bulu kucing ya?." Bingung Kamila.

Beberapa saat kemudian Kharis sang Abang pun pulang. "Assalamualaikum." Salam Kharis.

"Waalaikumussalam."

"E eh pengantin baru udah di sini aja, ada apa nih?." Tanya Kharis.

"Emang kalau Mila ke sini harus ada apa-apanya gitu?." Tutur Kamila judes.

"Ya enggak sih. Hmm oh iya, nih sebagai kado pernikahan untuk kalian." Sambil memberikan sesuatu.

Kamila mengambil pemberian Kharis. "Tiket?."

"Yap tiket honeymoon untuk kalian, sorry cuma kasih tiket ke Bali, sebenarnya sih Mas mau kasih kalian tiket keluar negeri, kayak ke Kyoto, Jeju atau Maldives gitu."

"Terus?."

"Mama nggak bolehin, nanti kalau ada apa-apa gimana? Kan susah karena jauh." Winda langsung menjawab.

"Tuh alasannya udah di jawab sama Mama. Tapi tenang aja, tiket pulang pergi dan hotel bintang lima udah Mas atur semuanya, kalian cuma tinggal pergi dan nikmati aja lima hari itu."

"Makasih banyak ya Ris." Ucap Arsen.

Kamila mencolek Arsen. "Gimana sih? Kata kamu Minggu depan udah masuk kantor." Kata Kamila pelan.

"Ini cuma lima hari kok sayang, masalah kantor bisa nanti aku urus, kalau kita nggak pergi sayang dong tiketnya." Jawab Arsen juga dengan suara yang pelan.

Kamila menghela nafas berat. "Yaudah deh terserah. Yok pulang nanti keburu magrib lagi." Ajak Kamila.

LILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang