PART 44

1.3K 68 24
                                    

🌸{ بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ }🌸
______________________________________

Setelah beberapa kali bolak-balik ke rumah sakit, akhirnya hari ini adalah check up Kamila untuk terakhir kalinya, tidak masalah baginya walaupun hanya seorang diri, toh ini juga keputusan dirinya sendiri. Kini tubuhnya sudah tidak lagi merasakan sakit, tapi tidak dengan pikirannya. Kejadian yang ia alami membuat traumanya timbul kembali dan sempat berfikir untuk kembali rawat jalan ke psikiater nya yang dulu. Namun setelah dipikir-pikir lagi sepertinya hal itu tidak perlu, karena kejadian ini juga akibat dirinya yang berlebihan dalam mengambil sikap.

Sepulangnya dari rumah sakit Kamila pun langsung menuju ke Clara furniture, yah itu adalah tempat sahabatnya yaitu Keysha bekerja. Sebenarnya tidak sepenuhnya dikelola oleh Keysha, ia terkadang hanya menggantikan Maminya yang sedang sibuk dengan urusan lainnya.

Sesampainya Kamila disana, ia langsung menuju ke ruangan Keysha.

"Assalamualaikum." Salamnya sambil membuka pintu. Namun tidak di dapati Keysha di ruangan itu. Terdengar suara keran air dari toilet. "Oh lagi di toilet." Benaknya. Ia pun memutuskan untuk menunggu.

Setelah beberapa saat kemudian Keysha pun keluar. "Astaga!." Kagetnya melihat Kamila sudah ada di ruangannya.

"Astagfirullahaladzim." Ujar Kamila memperbaiki ucapan Keysha.

"Iya, maksud gue Astagfirullahaladzim. Sejak kapan lo disini?."

"Sekitar 20 menitan." Sambil melihat jam tangannya.

Mereka pun mengobrol banyak hari ini dikarenakan sudah seminggu tidak bertemu. Walaupun satu apartemen mereka juga jarang ketemu, terlebih lagi akhir-akhir ini Keysha memang sangat sibuk untuk menggantikan Maminya yang harus ke luar kota.

"Jadi lo udah 100% sembuh kan?."

Kamila tersenyum tipis kemudian mengangguk pelan.

"Alhamdulillah kalau begitu."

Keysha menatap Kamila yang sedang sibuk dengan handphonenya.

"Mil." Panggil Keysha.

Kamila mengangkat pandangannya. "Hmm?."

"Hmm, lo gak ada niatan gitu untuk balik ke suami lo?."

Mendengar pertanyaan itu membuat senyum Kamila luntur.

"Belum waktunya Key, gue masih mau sendiri dulu."

"Bukan maksud gimana-gimana ya Mil, tapi ini udah lima bulan. Bagaimana pun juga status kalian masih pasangan suami istri, gak baik loh pisah rumah bagini." Nasehat Keysha.

"Nanti gue pikirkan lagi." Ucap Kamila datar.

Keysha menarik nafas berat, ia pun berhenti membahas hal ini karena tidak ingin membuat sahabatnya tidak nyaman.

🌸🌸🌸

Arsen tampak sibuk di depan laptop nya dikarenakan sedang meeting via online dengan beberapa direksi dari perusahaan lain. Tidak ada yang spesial dari hari ini, semuanya berjalan seperti biasa.

Semejak Arsen menyetujui keputusan Kamila  kini dirinya sangat terasa hampa. Ia sangat merindukan hal-hal kecil yang selalu dilakukan oleh istrinya, seperti menyiapkan pakaian untuknya bekerja atau sekedar menyambutnya pulang.

"Ini teh hijau nya Mas." Ucap Maya.

"Terimakasih." Lalu meminumnya.

Sudah beberapa karyawan nya yang ia minta untuk membuatkannya teh hijau tapi tetap saja tidak ada yang sama dengan buatan istrinya. Bahkan Maya yang katanya sangat tahu dengan selera Arsen pun tidak bisa membuat teh hijau dengan rasa yang persis seperti buatan Kamila.

"Sekian dari saya, untuk progres selanjutnya akan dihubungi langsung oleh sekretaris saya, terimakasih." Dua puluh menit kemudian meeting nya pun selesai.

"Bagaimana Mas?."

"Ya seperti biasa, kamu jangan lupa minta laporan progres dari mereka, jika ada kendala hubungi langsung ke sekretaris direksi nya."

"Baik Mas." Dan langsung kembali ke meja kerjanya yang ada di depan ruangan Arsen.

Beberapa saat kemudian Arsen merasa aneh dengan tubuhnya, ia merasa kegerahan dan sedikit pusing. "Kok gerah ya." Kemudian mengatur suhu AC di ruangannya. Karena tidak tahan ia juga membuka jas dan melonggarkan dasinya.

Arsen menekan tombol yang berfungsi untuk memanggil sekretarisnya. Tak lama Maya pun datang menghampiri.

"Ada apa Mas?."

"Tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing."

"Hah? Kok bisa Mas?."

Arsen menggeleng.

"Sebentar." Maya pun mengecek suhu badan Arsen dengan tangganya.

Dengan posisi Maya yang sangat dekat ini membuat jantung Arsen berdetak dengan kencang. Sebenarnya hal ini adalah perbuatan Maya, ia sengaja memasukkan sesuatu di minuman tadi dan membuat Arsen merasakan reaksi pada tubuhnya. Ditambah lagi Maya sengaja bersikap sensual di hadapan Arsen. Tentu saja dengan keadaan tubuhnya yang ia sendiri tidak tahu kenapa membuat Arsen tidak bisa mengontrol dirinya, pria manapun pasti akan bereaksi dengan keadaan ini. Tanpa sepatah kata pun Arsen mendorong pelan Maya menuju sofa yang ada di ruangan itu, Maya sangat menikmati keadaan tanpa ada penolakan sedikitpun. Namun disaat Arsen ingin memulai tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu dan langsung membuat Arsen tersadar.

"Astagfirullahaladzim!." Ucap Arsen dan langsung beranjak dari posisinya.

"Dasar!." Maya berdecak kesal.

🌸🌸🌸

Entah kenapa Kamila merasa nyaman hidup sendiri seperti ini, sempat terpikir kembali untuk mengakhiri hubungannya di umur pernikahan yang masih setahun ini. Namun dirinya berusaha buang jauh-jauh pikiran jelek itu. Ia tidak ingin menyerah dalam cobaan rumah tangganya ini.

Agar pikirannya tidak kemana-mana, Kamila memutuskan pergi ke suatu tempat untuk menjernihkan kembali pikirannya.

"Bunda udah tahu semuanya, Arsen juga datang kesini beberapa kali, ia curhat ke bunda tentang hubungan kalian." Ucap Bunda Ratih

Kamila tertegun mendengarnya.

"Dalam kehidupan pernikahan rasa sakit dan bahagia itu akan selalu ada. Namun disitulah letak ujiannya. Bagaimana kalian bersyukur ketika Allah berikan kebahagiaan, dan bagaimana kamu harus bersabar ketika harus diuji dengan kekecewaan."

"Tapi Mila capek Bun." Keluh Kamila sambil menyeka air matanya.

Sambil mengelus-elus lembut Kamila Bunda Ratih memberikan nasehat. "Jangan ciut dengan ujian di awal-awal pernikahan, itu adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kalian. Agar kalian senantiasa mengingat bahwa pernikahan adalah perjuangan tiada henti."

Bunda Ratih memeluk Kamila yang menangis. "Sabar ya nak, saran Bunda kamu kembali ke Arsen dan bicarakan semuanya."

LILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang