PART 24

2.5K 155 2
                                    

🌸{ بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ }🌸
_______________________________________

Pagi ini pasangan suami istri ini akan berangkat ke Bali untuk honeymoon, jika diikuti kata hati sebenarnya Kamila tidak ingin pergi, tapi karena ini pemberian hadiah pernikahan dari Abangnya ia terpaksa menerima untuk menghargainya.

Kamila dan Arsen sedang duduk di waiting room sambil menunggu penerbangannya yang terjadwal setengah jam lagi.

"Ingat apa yang aku bilang tadi malam?." Sambil menunjuk wajah Arsen.

Arsen refleks menjauhkan sedikit wajahnya kemudian mengangguk pelan.

"Apa?." Tanyanya jutek.

"Walaupun kita ini honeymoon, janji di awal pernikahan tetap berlaku." Jawab Arsen.

"Good." Dan langsung mengalihkan pandangannya ke ponsel.

Keadaan waiting room tidak terlalu ramai, mungkin hanya terdapat tiga puluhan orang disana. Tampak seorang pria paruh baya berpakaian formal dengan menggunakan jas hitam masuk ke waiting room, entah kenapa mata Kamila tertuju ke arahnya, pria paruh baya itu terlihat sedang melangkah ke tempat duduk, namun kemudian tiba-tiba saja tampak seperti merasakan kesakitan sambil memegang dadanya, ketika pria itu terjatuh Kamila sontak menghampirinya, Arsen yang sadar juga mengikuti Kamila.

Kamila pun berlutut sambil memegang lengan pria paruh baya itu. "Pak, Bapak kenapa?." Tanya Kamila sedikit panik.

Tidak ada jawaban, pria paruh baya itu masih saja memegang dadanya yang terasa nyeri.

"Mas bantu aku sandarkan Bapak ini." Pinta Kamila kepada Arsen.

Arsen pun langsung membantu Kamila untuk menyandarkan tubuh Bapak itu di kursi yang dekat dengan posisi Bapak itu terjatuh.

"Dia kenapa?." Tanya Arsen.

"Sepertinya Bapak ini kena serangan jantung, Mas tolong telpon ambulance sekarang." Perintah Kamila dengan sedikit panik.

Arsen mengangguk dan langsung merogoh saku celana untuk mengambil handphonenya.

"Pak, Bapak tenang ya." Tutur Kamila berusaha menenangkan. "Maaf ini kemeja sama dasinya saya buka ya Pak."

Bapak itu mengangguk, dengan cepat Kamila pun melonggarkan pakaian Bapak itu.

"Bapak ada obat dari dokter?."

Pria paruh baya itu menunjuk ke arah tas yang ia bawa, tanpa jeda Kamila pun langsung mencari obat itu di dalam tas yang Bapak itu tunjukkan, namun ia tidak berhasil menemukannya. Saat Kamila terus berusaha mencari obat itu, tiba-tiba saja pria paruh baya itu sudah tak sadarkan diri, Kamila berusaha untuk tidak panik dan melakukan apapun yang ia bisa.

"Sayang Bapak ini sudah tak sadarkan diri." Kata Arsen panik.

"Sepertinya aku harus melakukan CPR, Mas bantu aku baringkan Bapak ini."

Setelah Bapak itu di baringkan di lantai Kamila langsung memeriksa napas dan denyut jantung Bapak itu yang ternyata tidak terdeteksi. Kamila mulai melakukan kompresi dada, ia meletakkan satu telapak tangannya di bagian tengah dada Bapak itu dan meletakkan telapak tangan satunya lagi di atas tangan pertama dengan posisi siku lurus, Kamila pun mulai menekan dada Bapak itu setidaknya 100 sampai 120 kali per menit, dengan kecepatan satu sampai dua tekanan per detik. Ia yakin melakukan hal ini karena dulu waktu SMA pernah mengikuti pelatihan CPR.

"Mas tolong tanyakan sama orang-orang yang ada di sini, ada yang bisa melakukan CPR juga nggak?."

Arsen pun langsung bertanya dengan suara yang keras kepada semua orang yang ada di waiting room itu. "ADA YANG BISA MELAKUKAN CPR DISINI?."

Tidak ada satupun orang yang menjawab, mereka saling pandang satu sama lain, dari tadi mereka hanya melihat saja apa yang Kamila lakukan.

Sudah empat menit Kamila melakukan kompresi dada, namun Bapak itu masih saja belum menunjukkan respons. Kamila pun mencoba membuka jalur napas dengan mendongakkan kepala Bapak itu lalu mengangkat dagu Bapak itu secara perlahan untuk membuka saluran napas.

"Sepertinya aku harus memberikan napas buatan." Tutur Kamila.

"Tidak!, Aku nggak izinkan." Tutur Arsen langsung.

"Mas? Gak ada waktu lagi, jika terlambat bapak ini bisa mati." Ucap Kamila sedikit ngotot.

Tidak ada jawaban dari Arsen.

"Kalau kamu gak izinin juga kamu aja yang kasih napas buatan untuk Bapak ini." Kata Kamila ngegas.

"A-aku gak bisa."

Salah seorang pria yang dari tadi melihat pun maju dan menghampiri Kamila dan Arsen.

"Saya tidak bisa membantu kamu untuk mengantikan kompresi, tapi saya bisa membantu kamu memberikan napas buatan untuk Bapak ini." Tuturnya.

Kamila pun mengangguk cepat. "Berikan napas buatan ketika saya beri aba-aba."

"Baik." Jawabnya mantap dan langsung berlutut di samping kepala Bapak itu.

Kamila kembali mengulangi kompresi dada kepada Bapak itu, dan memberi aba-aba kepada pria tadi untuk memberikan napas buatan sebanyak dua kali di setiap 30 kali kompresi dada. Tak lama Bapak itu pun menunjukkan respons dan sadar tepat saat ambulance datang. Petugas ambulance langsung mengangkat dan membawa Bapak itu ke rumah sakit terdekat untuk perawatan lanjutan.

Semua orang yang ada di ruangan itu memberikan tepuk tangan kepada Kamila. Kamila berusaha berdiri, namun ia hampir saja terjatuh karena kelelahan melakukan CPR itu sendirian, Arsen pun langsung memegang tubuh Kamila dan membantunya menuju tempat duduk. Karena sangat kelelahan Kamila pun berbaring dengan menopang kepalanya di paha Arsen, dari tadi ia hanya diam tak mengeluarkan kata-kata sedikitpun.

~~~

Di dalam pesawat.

"Gimana udah enakkan?." Tanya Arsen.

Kamila yang dari tadi diam langsung menatap suaminya dengan tatapan yang menyeramkan.

"Kok kamu ngelihatin aku begitu?." Tanya Arsen sedikit takut.

"Hah kenapa kata kamu? Bayangin kalau tadi gak ada orang yang bersedia bantu kasih napas buatan, bisa-bisa bapak itu udah gak ada sekarang!." Omel Kamila.

"Sttt jangan kuat-kuat gitu ah ngomongnya, gak enak sama yang lain."

"Bodo amat!."

"Ya Maaf, ta-tapi kan, masa first kiss kamu untuk Bapak itu, aku aja belum ngerasain, suami mana yang gak cemburu liat istrinya melakukan hal itu?."

Kamila langsung menatap Arsen dengan tatapan melotot. "Iiiiiiiiihhhh, tadi itu kan keadaannya emergency, sempat-sempatnya kamu mikir kayak gitu." Sambil mencubit kuat lengan Arsen.

"Aduuh sakiitt, kuat banget sih kamu nyubitnya." Kata Arsen kesakitan.

"Biarin!."

"Asal kamu tahu aja Mas, first kiss aku sebenarnya udah di renggut sama sepupu kamu." Ucap Kamila dalam hati.

LILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang