🌸{ بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ }🌸
_______________________________________Pagi ini langit terlihat gelap, seolah ikut merasakan apa yang di alami keluarga ini, terutama Kamila, sudah tiga jam yang lalu proses pemakaman Papanya selesai, namun ia seperti tak rela meninggalkan makam tersebut, sedangkan Kharis sudah pulang duluan untuk mengantarkan Winda yang merasa sangat tidak enak badan.
Armita mendekati Kamila. "Ummi sama Abi pulang dulu ya sayang, nanti kalau ada apa-apa kasih tahu aja kami, insyaallah kami akan siap membantu." Sambil mengusap pundak Kamila.
Dengan wajah sendu ia pun menoleh ke Amrita lalu mengganguk pelan dan menyalami mertuanya, kemudian kembali menatap makam Papanya.
Amrita dan Omar merasa sangat kasihan kepada menantunya itu, mereka tahu sejak kecil Kamila sangat dekat dan manja kepada Papanya.
"Arsen Ummi sama Abi pulang dulu, tolong tenangin istri kamu ya, dia pasti merasa sangat terpukul karena ini." Pesan Amrita.
Arsen mengangguk. "Baik Ummi."
Semasa Usman hidup ia terlihat sangat menyayangi anak perempuannya itu, bahkan dirinya yang duluan berencana untuk menjodohkan anaknya dengan Arsen, karena Usman tahu anak dari temannya ini adalah sosok yang religius dan bertanggung jawab. Perjodohan ini Usman rencanakan sejak kangkernya di diagnosa sudah mencapai stadium 4. Hal ini juga bukti kasih sayangnya kepada Kamila, karena ia takut jika dirinya tak lagi bisa menjaga anak perempuannya itu.
Semakin lama cuaca pagi itu terlihat semakin mendung, angin juga mulai berhembus dengan kencang, sedikit-sedikit tetesan air pun turun dari langit, walaupun begitu Kamila tetap kukuh tidak mau pulang. Karena cuaca yang terasa dingin Arsen pun melepaskan jas hitam yang ia kenakan dan memakaikannya kepada Kamila.
🌸🌸🌸
Dari kejauhan tampak seorang wanita yang mengenakan pakaian serba hitam sedang melihat pasangan suami istri yang ada di samping sebuah makam baru itu, karena cuaca gerimis wanita itu pun dipayungi oleh pria yang merupakan asistennya. Tak ada kesedihan yang terlihat di wajahnya.
"Jadi apa yang akan kita lakukan bos?." Tanya pria yang memayungi wanita itu.
Sambil melipat kedua tangannya di depan dada wanita itu tersenyum jahat. "Kita lihat dulu bagaimana kondisi perempuan itu kedepannya, jika waktunya sudah pas baru lakukan rencana kita." Jawabnya dengan penuh penekanan.
"Baik bos."
"Kita pulang sekarang." Perintahnya dan langsung memasuki mobil dengan dibantu pria itu untuk membuka pintu mobilnya. Mobil itupun melaju kencang meninggalkan tempat pemakaman.
------>>>
Disisi lain terlihat sebuah mobil Civic hitam berhenti di sekitar tempat pemakaman, kaca jendela mobil itu pun terbuka, ternyata seorang pria lah yang ada di mobil itu. Matanya tertuju pada makam Usman, bukannya sedih, ia malah tertawa senang mendengar kabar kematian ini. "Penghalang gue akhirnya mati, liat aja gue akan balas apa ya lo buat ke gue, lo harus merasakan penderitaan yang gue alami HAHAHA." Kemudian ia pun kembali menutup kaca jendela mobilnya dan melaju meninggalkan tempat pemakaman itu.
🌸🌸🌸
"Sayang kita pulang ya, sepertinya sebentar lagi akan hujan lebat." Ajak Arsen.
Tak ada jawaban dari Kamila.
Arsen pun duduk di samping istrinya. "Sayang gak baik kalau kamu begini terus, almarhum Papa pasti sedih melihat anak kesayangannya seperti ini, nanti kamu sakit loh, kita pulang ya kamu harus istirahat."
Kamila pun mengangguk, namun ketika ia akan berdiri tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat pusing, dan akhirnya pun ia pingsan, dengan cepat Arsen menahan tubuh istrinya sebelum terjatuh dan langsung membawanya ke mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILLAH
Teen FictionKamila Putri Pujiantoro baru saja menyelesaikan pendidikan SMA nya. Ia merupakan wanita cantik dan pintar. Bukan seperti orang lain yang memanfaatkan kepintaran dan segudang prestasinya untuk masuk Universitas favorit, ia malah tidak ingin melanjutk...