🌸{ بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ }🌸
_______________________________________Setahun lebih berlalu semejak jabatan CEO dialihkan kepada Rico, namun belum ada perubahan yang signifikan terhadap proyek yang ia rencanakan itu. Jika dilihat dari perkembangannya Rico tampak tidak serius dalam melakukan hal tersebut.
Sejujurnya Arsen sangat khawatir, namun ia tidak bisa mengambil alih jabatannya karena di surat perjanjian yang ia tandatangani kala itu berlaku hingga pembangunan cabang kantor pusat itu selesai. Berbagai masukan yang Arsen berikan kepada sepupunya, namun Rico tidak mau menerimanya, ia merasa bisa melakukannya sendiri. Kini sudah puluhan karyawan yang di PHK karena tidak sanggup membayar gaji serta memberikan fasilitas seperti dulu, bahkan juga banyak yang mengajukan resign karena tidak puas dengan kepemimpinan Rico.
"Sudahlah Mas kamu terima aja tawaran bantuan dari mereka."
"Aku merasa gak enak sayang jika menerima bantuan itu."
"Terus kamu mau gimana? Mau nunggu respon dari perusahaan-perusahaan kerabat kamu? Kayaknya bakal gak mungkin deh Mas."
Arsen menghela nafas panjang.
Jika dipikir-pikir apa yang dikatakan Kamila itu benar. Sudah tiga bulan Arsen mengajukan permohonan kepada perusahaan milik kerabat-kerabatnya namun belum ada respon yang jelas dari sana, beberapa kali juga Arsen menghubungi mereka secara langsung tapi mereka selalu saja menghindar dengan berbagai alasan.
Sebenarnya ada pihak yang ingin membantu, seperti Omar yaitu ayahnya sendiri yang menawarkan bantuan yang sangat besar dengan cara menjual sebagian kebun kelapa sawit miliknya. Clara yang merupakan Mami dari Keysha yang memiliki perusahaan furniture juga turut menawarkan bantuan, begitu pula Kharis dan Amrita yang juga menawarkan bantuan yang cukup besar. Namun Arsen merasa tidak enak jika menerima bantuan itu karena akan dipenuhi rasa hutang budi seumur hidupnya.
Dritttt... Dritttt.... (Handphone Arsen berdering)
Arsen pun mengangkat panggilan yang ternyata adalah panggilan dari kantor. Seketika matanya terbelalak kala mendengar informasi yang diberikan, ia mendapatkan informasi jika kantornya sekarang sedang di geledah oleh pihak kepolisian. Tentu saja Arsen sangat terkejut mendengar informasi tersebut. Dengan tergesa-gesa ia pun langsung bersiap-siap untuk kekantor.
"Sayang kenapa?." Kamila menahan tangan Arsen, ia bisa merasakannya kepanikan suaminya.
"Kantor ada masalah. Aku pergi dulu ya, sepertinya aku tidak pulang malam ini, kamu jangan tunggu aku ya." Lalu mencium kening istrinya.
Kamila mengangguk lalu menyalami suaminya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Melihat kepanikan suaminya tadi Kamila bisa menyimpulkan bahwa kali ini bukanlah sekedar masalah biasa. Pasti ada yang tidak beres kali ini, namun Kamila hanya bisa berdoa yang terbaik untuk suaminya itu.
🌸🌸🌸
Arsen sangat kebingungan melihat banyak mobil polisi di sekeliling kantornya. Tanpa memperdulikannya ia pun langsung memasuki kantor, tampak seluruh karyawan hanya bisa terdiam saat itu. Ia pun menaiki lantai dua, namun di depan semua ruangan di lantai itu sudah terpasang garis polisi.
Sorang polisi yang sepertinya berpangkat tinggi datang menghampirinya.
"Kamu direktur utama di perusahaan ini?."
"Saya direktur utama sebelumnya. Maaf Pak, ini sebenarnya ada apa?." Tanya Arsen kebingungan.
Polisi itu menunjukkan surat tugas untuk melakukan penggeledahan. "Ditemukan 5 kilogram sabu dan sekitar 5000 butir ekstasi di salah satu ruangan di lantai ini."
"Astagfirullahaladzim." Ucap Arsen tak menyangka. "Ta-tapi saya tidak tahu apa-apa mengenai barang itu Pak."
"Saya mengerti Pak, untuk itu mari ikut kami ke kantor untuk melakukan pemeriksaan disana."
Arsen mengusap kasar wajahnya. Ia pun mengangguk dan mengikuti apapun yang diperintahkan oleh pihak berwajib itu.
~~~
Disaat melakukan pemeriksaan Arsen hanya bisa mengatakan tidak tahu atas barang-barang terlarang tersebut, dirinya juga tidak mengerti kenapa barang itu ada di kantornya.
Narkoba itu ditemukan di ruang yang merupakan ruang arsip dokumen penting. Hanya Arsen dan Rico lah yang bebas mengakses ruangan itu. Saat ditanya keberadaan Rico dirinya juga kebingungan, terakhir kali berhubungan dua Minggu yang lalu saat Rico masih berada di Bangkok, dan semejak itu Arsen tidak bisa lagi menghubunginya.
Pihak kepolisian pun meminta berbagai informasi mengenai Rico. Arsen pun memberikan semua informasi yang ia ketahui.
Walaupun sudah melakukan tes, dan hasilnya dinyatakan bersih dari narkoba, Arsen tetap tidak bisa pulang. Dirinya masih di tahan sebagai tersangka.
Arsen merasa terkhianati oleh sepupunya, ia telah memberikan seluruh kepercayaannya terhadap Rico untuk mengembangkan Argantara corp. Dengan adanya rencana yang bisa dikatakan gagal dan ditambah dengan kasus ini, itu berarti Argantara sedang berada diambang kebangkrutan.
Kini Arsen merasa sangat menyesal dan bersalah, seharusnya dirinya mendengarkan perkataan Kamila mengenai Rico kala itu. Dan juga melakukan saran dari Imran untuk melaporkan Rico atas pemalsuan data diri. Jika saja waktu itu dirinya tidak denial pastilah tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan ini.
~~~
Arsen diberikan kesempatan beberapa menit untuk memegang handphone. Tanpa pikir panjang ia pun langsung menghubungi Kamila untuk memberitahukan apa yang terjadi kepada dirinya.
"Kamu kenapa Mas? Kamu gak macem-macem kan?." Tanya Kamila saat mengetahui jika Arsen sedang ditahan oleh pihak kepolisian.
"Enggak sayang. Kamu percaya aku kan? Aku gak mungkin melakukan hal terlarang itu."
"Iya Mas, aku percaya kamu."
"Kamu jaga diri baik-baik ya, aku tidak tahu kapan diperbolehkan untuk pulang."
"Kamu juga Mas, kamu baik-baik ya disana."
"Pasti sayang. Yaudah kamu tidur ya, udah jam sebelas nih."
"Iya Mas, sebentar lagi aku tidur."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Kamila terlihat sangat pasrah akan kejadian ini. Dirinya juga sangat yakin jika hal ini adalah perbuatan Rico, tidak mungkin jika Arsen melakukan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILLAH
Teen FictionKamila Putri Pujiantoro baru saja menyelesaikan pendidikan SMA nya. Ia merupakan wanita cantik dan pintar. Bukan seperti orang lain yang memanfaatkan kepintaran dan segudang prestasinya untuk masuk Universitas favorit, ia malah tidak ingin melanjutk...