PART 48

933 46 1
                                    

🌸{ بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ }🌸
______________________________________

Sejak di mobil tadi Arsen tidak ada berbicara apapun, ia hanya fokus menyetir mobilnya tanpa melirik istrinya sedikitpun, tentu saja hal ini membuat Kamila takut dan tidak berani membuka pembicaraan.

Kamila berpikir keras bagaimana cara menjelaskannya, ia takut jika Arsen salah paham mengenai dirinya dan sepupunya.

Setelah sampai pun Arsen duluan masuk rumah, sedangkan Kamila berjalan dengan sangat gugupnya, ia overthinking duluan jika suaminya akan marah besar padanya, secara ia tahu betul jika Arsen sangat cemburuan.

Perlahan Kamila masuk rumah dan menghampiri Arsen yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.

"Mas." Panggil Kamila dan langsung duduk di samping suaminya.

"Hmm."

"Mengenai tadi..."

Arsen langsung meletakkan ponselnya di meja dan mendengarkan Kamila dengan seksama. Karena Arsen mendengar dan menatapnya dengan intens membuat Kamila  menjadi semakin takut.

"Mengenai tadi aku minta maaf banget ya Mas, aku tadi lagi banyak pikiran terus sepupu aku kebetulan datang dan mengajakku ke suatu tempat untuk meredakan pikiranku, dan untuk bunga tadi itu bukan dari dia kok, bunga itu aku beli sendiri disana dan tak sengaja tertinggal di mobil dia. Sumpah aku dengan Mas Farhan gak ada apa-apa." Ucap Kamila tersengal-sengal, ia menjelaskannya dengan panik hingga matanya berkaca-kaca.

Perlahan Arsen tersenyum hingga sedikit tertawa karena gemas melihat istrinya panik.

"Kok kamu ketawa?." Tanya Kamila seraya menyeka air matanya.

"Kamu lucu kalau panik gitu, gemes." Sambil mencubit gemas pipi istrinya.

"Kamu gak marah?."

"Marah? Kenapa aku harus marah?."

"Tadi kamu kelihatannya marah sama mas Farhan, jadi aku takut."

"Aku gak marah sayang."

"Terus kenapa dari tadi kamu diam aja? Tadi juga bawa mobilnya ngebut banget."

Arsen tertawa kencang. "Jadi kamu ngira aku    marah karena itu? Hahaha enggak sayang, aku tadi kebelet buang air kecil makanya aku ngebut."

Kamila terdiam seketika, ternyata yang terjadi tidak seperti yang ia bayangkan. "Iihh mas Arsen, aku takut loh dari tadi." Sambil memukul-mukul badan Arsen.

"Aduh, aduh sakit sayang."

"Lagian kamu sih..."

Arsen memeluk hangat Kamila. "Aku percaya sama kamu, gak mungkin kamu mengkhianati kepercayaan aku."

"Makasih ya mas."

Arsen mengangguk, memegang kedua lengan istrinya. "Lain kali izin ya biar aku tahu kamu kemana."

Kamila mengangguk.

"Aku juga panik loh tadi kamu gak ada di cafe, mana handphone kamu gak aktif lagi."

"Maaf ya mas, handphone aku tadi mati.

------>>>

Bulan berbentuk lingkaran sempurna beserta bintang-bintang menghiasi langit malam yang gelap, suasana sangat sunyi, hanya terdengar gemercik air kolam kecil di taman, angin pun berhembus pelan membuat suasana semakin syahdu

Kamila sedang termenung di balkon kamar sambil memegang sebuah cangkir berisi minuman herbal pemberian Mamanya yang katanya bagus untuk program hamil.

Dirinya masih saja overthinking mengenai apa yang dikatakan oleh Maya tadi pagi. Hal itu sungguh membuatnya gelisah. Bukan, bukan mengenainya video itu, Kamila sangat percaya bahwa suaminya tidak mungkin berbuat demikian, tetapi yang ia pikirkan adalah mengenai keturunan. Menurutnya ada benarnya juga apa yang dikatakan Maya, Arsen juga butuh keturunan untuk meneruskan perusahaan nantinya.

LILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang