PART 43

1.2K 61 0
                                    

🌸{ بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ }🌸
______________________________________

Sudah lumayan lama Amrita dan Winda keluar karena ada urusan mendadak, tapi sebenarnya itu hanyalah sebuah alasan karena mereka ingin memberikan Kamila dan Arsen waktu berdua. Hampir setengah jam mereka hanya diam, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka berdua, dan Kamila dari tadi hanya membelakangi Arsen karena tidak ingin melihatnya.

"Sayang." Panggil Arsen pelan berusaha membuka pembicaraan.

Kamila diam tak bergeming.

"Aku minta maaf." Ucap Arsen menunduk, tak sadar air matanya kembali menetes.

Kamila menoleh, menatap Arsen beberapa detik. "Apa dengan kamu nangis begitu janinku akan kembali?." Tanya Kamila datar.

Arsen menyeka air matanya. "Maafkan aku, Wallahi aku menyesal. Aku mohon, ayo kita mulai semuanya dari awal ya sayang." Sambil menggenggam tangan Kamila dengan kedua tangannya.

Melihat Arsen Kamila pun ikut meneteskan air mata, satu sisi ia tidak tega melihat Arsen menangis hingga memohon seperti ini, di sisi lainnya ia lelah dengan situasinya sekarang.

Dengan tangan kirinya Kamila mengusap rambut dan menyeka air mata Arsen dengan lembut. Tentu saja Arsen langsung tertegun dengan sikap istrinya ini. Kamila memutuskan untuk memaafkan Arsen karena merasa dirinya juga salah, menurutnya hal ini tidak akan terjadi jika dirinya tidak berlebihan dalam mengambil sikap.

"Aku juga minta maaf ya Mas, dengan sikap kekanak-kanakan ku semuanya jadi begini."

Arsen menggeleng kuat. "Tidak sayang, kamu tidak perlu minta maaf, ini semua salahku."

Kamila mengubah posisinya dibantu oleh Arsen menjadi duduk bersandar, ia tersenyum tipis kemudian menarik nafas panjang. "Berikan aku waktu untuk sendiri dulu ya Mas."

Sontak Arsen terdiam sejenak. "Ta-tapi kenapa?."

"Aku hanya ingin menenangkan diri terlebih dahulu, insyaallah tidak akan lama. Dan satu lagi, aku minta kamu jangan pernah menghubungi aku dulu ya Mas."

Arsen terdiam dan memikirkannya, apa ia sanggup untuk menyetujui hal itu.

"Boleh kan Mas?."

Arsen pun mengangguk dan menyeka kembali air matanya. "Baiklah kalau itu yang kamu inginkan, aku akan menunggu."

🌸🌸🌸

"A-apa? Serius lo tabrak? Lo udah gila ya?." Tanya Maya terkejut.

Rico tertawa kencang. "Lo kira waktu itu gue cuma bercanda?"

"Sumpah gue gak abis pikir." Maya memijat pelan kepalanya. "Karena ulah bodoh lo ini kerjaan gue makin banyak tahu gak! Hampir semua pekerjaan yang harus Mas Arsen selesaikan dalam waktu dekat ini gue yang handle karena dia harus mengurus istrinya di rumah sakit."

"Ya itu resiko lo dong, ngapain gue peduli?."

Maya menggeleng tak menyangka. "Udahlah gue capek! Gue gak mau lagi kerjasama dengan lo!."

"Yaudah terserah lo, kan lo sendiri yang mau kerjasama dengan gue." Ucapnya tanpa memperdulikan perempuan itu.

"Oke, mulai saat ini kita bukan partner lagi, bye!." Ucap Maya dan langsung keluar dari bar tersebut.

Maya pun meninggalkan tempat itu, ia menyetir mobilnya dengan keadaan emosi. "Nyesel gue buang-buang waktu untuk tuh orang, emang dia siapa? Gue juga bisa kali buat mereka pisah tanpa bantuan dia." Karena emosinya Maya tidak mengemudi dengan fokus dan sedikit menabrak mobil di depannya saat berhenti di lampu lalu lintas.

LILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang