Part.20 Like i Need you

5.2K 570 28
                                    

Dari sekian banyaknya teman atau sahabat mungkin dia paling dekat dengan Arthur, tapi kalau ditanya seseorang yang paling bisa menjadi sandarannya adalah Remon, Remon Ragarta.

Cowok berandal yang sukanya mainin perempuan, gonta-ganti pacar bahkan sampai dia tiduri. Tapi, Rachel dan teman-teman lainnya tak mempermasalahkan itu, mereka tak menyalakan Remon, karena itu jalan hidup yang dipilihnya, dan juga Rachel hanya bisa memberi wejangan, tidak mau ikut campur.

Rachel Respect ke Remon, begitupun sebaliknya.

"Brengsek, Lo," ujar Rachel, meminum satu tegukan air yang membuat tubuhnya serasa terbang.

"Ya gue brengsek gini, berguna juga buat Lo." katanya, sambil lirik-lirik cewek yang lagi berjoget ria.

"Berguna apa, sialan."

"Buktinya Lo telfon gue buat minta ditemenin kesini, maybe?" Tanya Remon dengan nada mengejeknya.

"Pulang sana, udah nggak ada urusan gue sama Lo."

"I'ts okey. Gue mau cari mangsa aja."

"Baru aja gue kedip udah ada yang kesini, apalagi kalo senyum." Jiwa-jiwa sombongnya keluar, Rachel berdecih, dasar buaya.

Matanya kini menatap jengah pada seorang cewek yang tiba-tiba muncul dihadapannya, dengan gerakan yang membuat Rachel jijik, cewek itu mendekati Remon lalu mencium pipinya.

"Hai."

"Remon kan? kenalin aku Sofia."

Remon mengangguk, merangkul pinggang cewek itu, "Jangan disini, ada singa," katanya manis sambil melirik Rachel.

Rachel yang tengah menegak air dalam gelas tergelak, "Tck! dasar kantong hormon."

"Biasa, cowok, taulah."

Dengan gerakan tangan, Rachel mengusir Remon, yang diusir terkekeh pelan, lalu berujar

"Jangan minum banyak-banyak, gue repot kalo lo kobam."

Remon mengingatkan Rachel lalu berjalan perlahan bersama Sofia di sampingnya.

"Jangan kemana-mana sebelum gue balik, jangan pulang duluan sebelum sama gue."

Rachel mengangguk singkat, sebagai formalitas belaka, biar Remon pergi jauh-jauh bareng cewek disebelahnya.

Pandangannya mengedar ke penjuru Bar, dia menajamkan matanya, siluet Bara yang tengah duduk di sofa dengan gelas digenggaman nampak begitu nyata, dia yang salah liat atau memang disitu ada Bara.

Kepalanya ia gelengkan pelan, mengusir bayang-bayang Bara, tangannya mengambil botol yang tinggal setengah itu lalu meneguknya hingga habis.

Pertanyaan ia layangan pada seorang ber-tender lelaki di depannya, "dosis ini, masih ada kan? saya mau tambah 2 gelas."

"Masih. Aku ambilkan dulu di lemari, tunggu sebentar," jawabnya, lalu berjalan menuju lemari kaca, membuka dan mengambil 2 botol minuman yang dimaksud oleh Rachel, minuman yang harganya jutaan itu ia letakan di meja.

Membuka segel, lalu memberikan botolnya ke Rachel, "apakah menurutmu itu sangat memabukkan?" tanyanya, arti kata memabukkan maksudnya adalah enak.

Rachel hanya mengangguk singkat, suara ber-tender itu terdengar samar-samar.

"Kalau begitu, silahkan nikmati kesendirian mu, aku permisi," lagi-lagi Rachel hanya mengangguk, sekarang kepalanya ia letakan pada meja, matanya terpejam sedikit, menikmati minuman yang kini tengah memporak-porandakan otaknya.

Bodyguard For BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang