"Thanks Bar, gue tunggu." Altan menghela nafas lega, saat tiba-tiba ban motornya bocor ketika hendak pulang, karena dipikirannya hanya Bara temannya yang dapat ia andalan saat baterai handphone tinggal 2 persen, jadi ia meminta bantuan cowok itu, dan mungkin keberuntungan memihak nya kali ini, ternyata Bara berada tak jauh dari tempatnya.
"Gue telfon Johan biar lo bisa ada tebengan buat pulang," kata Bara saat tiba dan depan Altan.
"Gue ada janji temu sama om Anton sebenernya," kata Altan.
Bara mengerutkan keningnya, "gue bisa aja anterin lo, tapi ga mungkin gue tinggal Rachel sendirian di sana." Bara berujar sambil menunjuk dimana Rachel berada.
"Yaudah lo balik aja, gue tunggu Johan aja kalau gitu."
Bara mengangguk sebelum tiba-tiba ada yang menyerangnya dari belakang menggunakan balok, Altan yang menyadari itu berteriak menghampiri Bara lalu terjadi perkelahian sengit antara orang yang entah siapa dengan Altan, "Bar, cepet pergi, gue bakal urus orang ini, kasian Rachel sendirian, BURUAN!"
Bara cepat-cepat membuka pintu mobilnya, merasa pusing tatkala kepalanya dihantam balok besar untuk kedua kalinya, kesadarannya masih ada sedikit-sedikit saat ia mendengar Altan memanggil namanya saat ia diseret masuk ke dalam mobil oleh seseorang, "BARA!"
Disisi lain, Rachel yang turun setelah menerima sebuah pesan dari anak buahnya segera menghubungi Remon untuk kesini membawa mobil, melihat sisi kiri jalan saat anak buahnya sudah tergeletak tak sadarkan diri pasti rencana ini sudah diatur sedemikian rupa, lalu ia berbalik saat seseorang menyerukan namanya, "Bara dibawa orang, sorry gue ga bisa cegah orangnya, dia keburu bawa Bara pergi."
"Oke, kamu gapapa?" Rachel mendekat ke Altan saat melihat darah di keningnya yang mengalir sampai pipi.
"Gue nggak papa, yang paling penting sekarang lo buruan cari Bara, gue mau cari bala bantuan." Rachel mengangguk saat Altan pergi menghampiri Johan yang datang menjemputnya menggunakan motor.
®©
"Rengga, lo buruan kesini."
"Gue bakal kesitu secepat mungkin, yang penting kalian jaga Bara tetap di tempat."
"Siap, ga bakal ini bocah kabur."
Rengga mengangguk, tangannya yang satu ia gunakan untuk menyetir sedangkan satunya lagi sibuk mengatur pistol di tangannya, ia tersenyum miring, berharap rencananya kali ini berjalan dengan lancar, lalu satu buah pesan ia kirimkan pada Rachel.
+62xxx
Bara aman sama gue.
Kalo lo ga percaya, dateng ke xxxx
Setelah merasa pesannya sudah dibaca, ia mematikan handphone miliknya kemudian menambah kecepatan mobil, berharap Rachel masuk ke jebakan nya, mobil Audi hitamnya berhenti pada sebuah pabrik bekas rokok yang dulu di kelola milik keluarganya, pabrik ini bangkrut tepat saat seseorang yang amat penting dalam hidupnya meninggalkannya.
Rengga menyugarkan rambutnya ke belakang, "lo berdua jaga depan, kalau ada orang masuk beri tahu gue secepatnya." 2 orang berbadan kekar suruhannya mengangguk patuh. Tujuannya pada lantai 10 dimana ia harus naik dengan banyak anak tangga, bukanya ia merasa capek malahan ia merasa senang, sembari bersenandung karena akan bertemu Bara.
Siluet Bara dapat ia lihat di tengah tengah gedung, matanya ditutup menggunakan kain, sedangkan tangannya diikat serta kakinya juga tak lupa, lalu leher cowok itu juga di ikat yang disambungkan dengan rantai di atasnya, dengan kuat Bara berontak maka dengan cepat nyawa cowok itu akan melayang, karena ia bisa saja membuat karangan bahwa Bara suicide dengan cara gantung diri.
"Ini handphone milik Bara." Handphone Bara ia banting ke tanah lalu ia injak dengan sepatutnya, menghilangkan jejak yang mungkin akan dilacak Rachel.
Rengga mengangguk, mendekat ke Bara yang perlahan sadarkan diri dari pingsannya, Bara berontak, terhenti saat merasakan sakit pada bagian lehernya, "lepasin gue anjing."
"Lo nggak berguna, cara yang lo pake ini cupu."
"Gue nggak habis pikir, lo licik banget Rengga."
"Gue pengin tahu alasan lo lakuin hal ini sama gue itu apa?"
Rengga tertawa sinis, "udah bacotnya?"
"Gara nggak banyak bicara kayak lo, lo terlalu sampah buah di bandingin sama Gara."
Bara yang mendengar kan perkataan seorang yang duduk dihadapannya sedikit mengerutkan kening saat sesekali mengenali suara orang itu.
Asap rokok dapat Bara rasakan menerpa wajahnya, matanya yang tidak bisa melihat karena ditutup sedikit memerah, lalu sedikit berontak agar tali di lehernya tidak mengencang, "sialan lo."
Rengga duduk tepat di depan Bara sembari merokok, tangannya yang satu menarik dagu Bara agar mendongak yang mana membuat tali di lehernya sedikit mencekik, "lo itu alasan gimana Gara bisa nggak ada, lo bisa hidup karena Gara, lo tahu itu?" kata Rengga sambil menghempaskan kepala Bara menggunakan tangannya yang mencengkram dagu cowok itu.
Bara meludah tepat di depan Rengga, "nggak usah sok tahu," katanya.
Rengga tertawa mengejek, "gue bukan sok tahu, tapi memang tahu, satu hal lagi, lo nggak tahu kan kalo Rachel juga terlibat dalam kematiannya Gara?"
"Lo tuh nggak ada apa-apa nya ketimbang Gara, lo goblok."
"Berhubung Gara nggak ada gue bisa balas dendam kematian kembaran gue sama lo."
Bara mengerakkan kakinya sedikit saat Rengga menginjak kakinya yang terbalut sepatu, "lo bakal tahu rasanya mati secara perlahan."
Bara mengepalkan tangannya di belakang tubuhnya, "siapa kembaran yang lo maksud anjing!"
"Lo mau gue ceritain sebuah kisah buat pengantar kematian lo? boleh juga idenya." Rengga berujar, asik merokok dan menyenderkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki, lalu berpikir, dia tidak punya banyak waktu untuk itu, sebelum Rachel dan antek-anteknya menemukan keberadaannya.
"Gue mau lo lahir cuma buat mati dengan cepat, ngikutin jejak Gara yang pengecut kayak lo."
Bara menghela nafas panjang, saat kaki dan tangannya mulai kebas, "gue mau lo tunjukin muka pengecut lo yang nggak lebih pengecut nya dari gue sialan."
®©
Hi guyss
gue ngebut ngetiknya, ok sorry kalo ada typo. Ayo dong tebak Rengga itu siapa?
To be continued>>>>
Lanjut? kapan kapan aja ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodyguard For Bara
Teen FictionMungkin bagi kebanyakan anak SMA masa-masa SMK jauh dari kata baik, padahal jika dibandingkan masa SMK jauh lebih menantang dan mengasikan. Seperti halnya kehidupan seorang Rachel Clandistiane, gadis berparas cantik dengan tatapan elangnya mengabdi...