Part.18 Double : Jealous

5.8K 635 39
                                    

Pokoknya Bara kemusuhan sampai ke tulang-tulang sama Rachel, titik.

Kemarin kejadian di supermarket yang buat dia malu, Bara kubur dalam-dalam di kepalanya, untuk keselamatan untungnya orang tua dari bocah ke-tiga nya datang dan mengajukan permintaan maaf padanya. Sedangkan Rachel keluar terlebih dahulu meninggalkannya sendirian.

Sial, sial, sial.

Lupakan kejadian memalukan kemarin. Sekarang Bara tengah berjalan menuju kelas Davika, kedua tangannya penuh membawa barang yang pasti akan membuat kekasihnya senang.

Sekantong ice cream rasa semangka di sebelah kanan, dan sebuah boneka berwarna kuning -Winnie the Pooh- di sebelah kiri. Tidak menghiraukan tatapan dari berbagai murid Bara dengan santai masih pada tujuan utama nya.

Oh iya, dia melarang keras Rachel untuk mengikutinya kali ini, bahkan berangkat sekolah pun dia memaksa cewek itu untuk tidak menjemputnya, dan sekarang pulang sekolah pun sama, lagi pula dia juga mau mengantarkan Davika pulang.

Pagi tadi lewat via WhatsApp dia memberitahu kan Davika untuk menunggunya di kelas saat sekolah berakhir, biarkan dia yang menjemput, dan Davika harus menunggunya di kelas cewek itu.

Senyumnya sedikit merekah, melihat siluet Davika yang tengah berbincang dengan salah satu teman dekatnya yang Bara tahu bernama, Sofia.

"Dav, gue pamit duluan ya. Cowok Lo udah dateng tuh." Ujar Sofia sambil menggoda Davika, lalu pamit juga pada Bara.

"Duluan Bar." Sofia berjala menjauh, Davika memperhatikannya lalu mengalihkan tatapannya pada Bara kekasihnya.

"Sorry, lama nunggu ya?" Tanya Bara sambil mengajak Davika untuk berjalan ke parkiran.

"Enggak juga, kelas baru kelar beberapa menit yang lalu." Jawabnya, Davika merasa senang untuk pertama kalinya.

"Ice cream 5biji yang Lo minta, gue tambahin, nih." Pertama-tama Bara mengulurkan se-katong ice cream tersebut lalu menunjukkan bonekanya.

"Gue nggak tahu Lo suka boneka apa? tapi ini juga bagus menurut gue, cocok sama Lo." Ungkap Bara, tidak mungkin kan dia berbicara mengenai kejadian kemarin, masalahnya boneka Stitch yang ia pilih jatuh kepada 2 bocah kembar sialan itu.

"Makasih ice cream nya, hehe." Davika menerima Katong ice cream tersebut.

Tangannya juga mengambil boneka yang disodorkan Bara, "Bagus kok, aku suka boneka ini, lucu." Davika benar-benar bahagia kali ini, kapan lagi Bara mau melakukan hal manis seperti ini, apa dia harus sakit terus agar Bara mau memperhatikan nya.

"Beneran Lo udah sembuh, masih pusing atau masih panas, nggak?" Punggung tangannya ia tempelkan pada dahi Davika, mengecek siapa tahu masih agak panas.

Davika menggeleng, "kan aku bilang udah mendingan, nggak papa."

Bara mengangguk paham, "mau mampir makan nggak nanti?"

"Eung, boleh. Dimana?"

"Terserah, gue ikut Lo aja mau dimana."

"Gimana kalo di restoran sebelah klinik hewan, yang baru itu."

"Boleh, dimana aja. Asal sama Lo, gue mau." Ujar Bara.

Davika mengangguk senang, dia seperti mendapat double kebahagiaan.

Davika hendak berujar kembali, tapi melihat Bara yang diam ditempat membuat Davika mengurungkan niatnya untuk berujar lalu ia mengikuti kemana arah pandang Bara.

Sepertinya selain mendapatkan double kebahagiaan dia juga mendapatkan double kekecewaan karena ucapan Bara kali ini.

"Kita nggak jadi makan ya? gue anter Lo pulang sekarang." Ujarnya, Davika mengangguk kecil, mengikuti langkah Bara dengan cepat menuju mobil.

Bodyguard For BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang