Rachel memarkirkan mobilnya di garasi rumah Bara, cowok itu turun terlebih dahulu diikuti dirinya. Hujan masih asik mengguyurkan air di muka bumi sejak kepulangan mereka tadi, tidak tahu kenapa walaupun hujan Rachel bukanya merasa dingin dia malah kepanasan.
Seorang wanita paruh baya keluar, Sinta tersenyum senang karena putranya pulang membawa seorang gadis yang ia yakini pasti bodyguard nya.
Bara memutar bola matanya saat Sinta hanya melewatinya begitu saja, malah menghampiri Rachel dibelakangnya.
"Kamu bodyguardnya Bara? Rachel?" Tanya Sinta sambil mengajak Rachel masuk, sedangkan Rachel menurut saja walaupun terpaksa.
"Iya nyonya." Jawab Rachel mendudukkan tubuhnya di sofa, Sinta duduk tepat disebelahnya sedangkan Bara naik ke kamar untuk ganti baju dan mandi membiarkan Rachel diinterogasi oleh mamanya yang suka kepo.
"Bara pasti bandel ya? tadi tuh anak kemana? nggak nyusahin kamu kan?" Rachel menggeleng sebagai jawaban.
"Dari tempat boxing, Bara sudah saya larang tapi tetap ikut bertanding juga." Rachel merasa kalau dia belum benar menjaga Bara untuk tidak melakukan hal yang dilarang.
"Nggak papa, kan baru pertama kali. Kalo makin kesini kayaknya kamu harus banyakin sabar sama minum air putih yang banyak, soalnya ngadepin Bara butuh tenaga extra." Ujar Sinta panjang, memaklumi kalau Bara memang bandel dari kecil.
Rachel mengangguk singkat, dia agak risih di rumah ini, rasanya mau pergi terus.
"Oh iya, kamu udah makan belum?" Baru saja Rachel mau jawab sudah, Bara turun dari tangga dengan pakaian santai.
"Belum ma, dia belum makan. Tadi aja kita rame-rame makan bakso dianya kabur." Bara bodoamat sama Rachel yang menatapnya tajam.
"Lho kenapa?" Tanya Sinta, dia pecinta kuliner, bakso salah satu favoritnya.
"Dia nggak pernah makan bakso, bakso aja nggak tahu itu makanan apaan." Sinta terkekeh geli.
"Kamu mau makan? ada nasi sama ayam."
"Saya tidak makan nasi, saya juga tidak lapar." Jawab Rachel agak kesel, walaupun Sinta dan Bara tidak menyadarinya.
Seorang pelayan datang, memberi tahu bahwa Rachel diperintahkan untuk bertemu Barta di ruangannya.
Rachel diarahkan ruang kerja Tuan Barta oleh pelayan tersebut, ia bernafas lega karena bisa bebas dari pertanyaan Sinta.
Setelah mengetuk pintu satu kali ia dipersilahkan masuk, terlihat pria paruh baya itu tengah santai dengan kopi yang sedang diminumnya perlahan sesekali ditiup karena panas.
"Ada apa tuan Barta?" Tanya Rachel setelah diperintahkan untuk duduk.
"Bagaimana dengan Bara?" Tanya Barta sambil meletakkan kopinya di meja.
"Putra anda susah diatur tuan, dia suka semaunya." Jujur Rachel, dia selalu harus menginformasikan jujur tentang Bara kepada Barta.
"Ya, seperti itulah putraku. Pastikan kau menjaganya dengan baik."
"Tentu."
"Besok ada pertemuan kolega perusahaan, pastikan malam ini agar Bara tidak pergi kemana-mana. Apalagi sampai ikut balapan." Ujar Barta, hafal banget dengan kelakuan anak badung nya itu.
"Akan saya pastikan hal itu tidak terjadi."
"Kalaupun dia pergi malam ini, pastikan saja bahwa dia tidak ikut balapan atau yang lainnya." Jelas Barta sekali lagi, daya tahan Bara tidak seperti yang orang lain lihat, anaknya gampang terserang demam mendadak.
"Baik tuan." Rachel mengangguk mantap, bocah sialan itu memang sangat menyusahkan nya.
®©
Sekarang Rachel duduk di balkon sambil menghisap nikotin, nggak munafik dia juga suka menghisap benda tersebut saat sedang bosan saja atau banyak pikiran.
Sekarang pukul 00.30 hujan sudah mulai reda, tadi setelah ia berpamitan dengan Barta dia juga pamit pulang karena sudah mengantarkan Bara sampai rumah.
Rachel menghisap benda itu sekali lagi lalu mengeluarkan asapnya secara perlahan, masih setengah tapi ia buang sembarangan ke bawah yang pasti jatuh di rerumputan.
Tiba- tiba ponselnya bergetar, ada telepon masuk.
"Lapor Bos, Bara pergi ke tempat balap." Suara anak buah Rachel yang ia tugaskan untuk mengawasi Bara.
Ia membuka Google maps untuk memastikan Bara benar ditempat balap atau tidak.
"Sialan!" Rachel mengeram, mengambil kunci motor di lemari khusus, lalu dia buru-buru turun kebawah.
Rachel juga memanaskan motornya terlebih dahulu, sudah berapa lama ia tidak menggunakan motornya ini, mungkin 2 bulan, setelah menggenakan helm dia langsung meluncurkan motornya ke tempat yang tertera di dalam Google Maps, arena Balap.
Ternyata Bara lebih nakal dari apa yang ia kira, bisa-bisanya cowok itu pergi sedangkan penjagaan di rumahnya sangat ketat, banyak penjaga dimana-mana
Untungnya hujan sudah sangat reda, walaupun jalanan masih basah Rachel tetap melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, dalam Maps menunjukan jika waktu ke tempat itu 15 menit, cukup memakan waktu agar bisa mencegah Bara tidak ikut balapan.
Rachel menghentikan motornya di kerumunan, helmnya masih ia pakai, hanya ia buka kacanya saja, matanya mencari-cari sosok sialan bernama Bara.
Ia menghentikan seorang cewek dengan dandanan menor nya yang lewat tepat didepannya bersama seorang cowok disebelahnya.
"Permisi!" Mereka berdua menoleh, menghadap ke Rachel yang kepalanya masih terbungkus helm.
Cewek itu sedikit terkejut, sedangkan cowok disampingnya agak terkejut sekaligus terpesona.
"Kamu tahu Bara? dia di sebelah mana?"
"Ngapain lo nanyain Bara?" Cewek itu berujar agak ngegas, dia dulu sempat naksir dengan cowok populer itu.
"Udah jawab aja sih." Cowok disebelahnya ikut menjawab, cewek itu malah melengos pergi.
"Sorry tuh cewek emang rada-rada." Cowok itu memberi pengertian.
"Lo tadi nanya Bara kan?" Rachel hanya mengangguk singkat, sudah mulai jengah karena terlalu lama, buang-buang waktu saja. Tinggal jawab aja apa susahnya sih.
"Lo belok aja dikit, nanti ada tempat tongkrongan yang inti buat balapan, agak jauh dari jalan sih. Soalnya balapannya masih 10 menit lagi." Ujar cowok itu panjang lebar, tanpa mengucapkan sepatah katapun Rachel melajukan motornya dan meninggalkan cowok itu dengan ke-cengoan.
"Udah dijawab nggak bilang makasih, kampret!" Cowok itu pergi dengan perasaan dongkol.
®©
Sorry pendek, ini aja ngetiknya di sekolah, lagi jamkos😂
Bakal update cepet kalo ada yang respon
✨Lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodyguard For Bara
Novela JuvenilMungkin bagi kebanyakan anak SMA masa-masa SMK jauh dari kata baik, padahal jika dibandingkan masa SMK jauh lebih menantang dan mengasikan. Seperti halnya kehidupan seorang Rachel Clandistiane, gadis berparas cantik dengan tatapan elangnya mengabdi...