Pagi ini seperti biasa, Rachel sudah menunggu Bara tepat di depan pagar, cewek itu tidak ada niatan untuk masuk, memilih menunggu Bara keluar walaupun harus menunggu cowok itu lama, sudah dari pukul 06.00 lalu sekarang pukul 06.55 tapi Bara belum ada tanda-tanda mau berangkat sekolah.
Disisi lain, Bara lagi asik makan cemilan sambil nonton kartun yang biasa tayang di pagi hari, dia udah tahu kalau bodyguardnya nunggu di luar tapi dia bodoamat, mau balas dendam Bara gara-gara masalah semalem.
Mama, papanya pergi dari pukul 03.00 dini hari, nggak tahu kemana, kayaknya sih kalau nggak salah mau lihat sunset di villa pantai, udah tua masih aja pengin berduaan, heran Bara.
Dia udah pake seragam lengkap, udah tenteng ransel, masalah makan tadi udah minta dibuatin masakan sama Chef Juan.
Udah hampir pukul tujuh Bara buru-buru keluar terus suruh pak satpam bukain gerbang, matanya langsung terfokus pada mobil milik Rachel, ganti mobil ternyata, emang enak dia buat nunggu.
"Yuk buruan." Bara berujar setelah nyaman duduk di belakang, mau manfaatin Rachel kayak supir.
Rachel melirik sinis dari kaca dasboard mobil, lalu melajukan mobil agar tiba di sekolah tepat waktu, pas tepat waktu mobil mereka masuk bertepatan juga dengan gerbang ditutup, sebelum Rachel memarkirkan mobil dia lebih dulu memerintah Bara agar keluar terlebih dahulu ke kelas.
Setelah memastikan Bara pergi, Rachel memarkirkan mobilnya lalu keluar mobil dan menghampiri Bara dikelas.
Matanya menyipit melihat Bara berdiri di depan pintu bersama seorang guru wanita
"Kamu kenapa bisa terlambat?" Guru Sejarah itu berujar sambil melihat jam di pergelangan tangannya yang membawa tumpukan buku.
"Cuma telat 10 detik doang bu. Besok nggak diulangi lagi deh."
"Kamu tidak pernah baca aturan tata tertib, disitu tertulis kalau terlambat batasnya cuma 5 detik, kamu 10 detik ya." Ujar Bu Nani sambil menunjuk papan tata tertib.
"Kalo peraturan nggak dilanggar, nggak akan ada tata tertib Bu." Jawabnya, Bara udah capek berdiri terus, Altan, Johan dan teman-teman yang lainnya hanya memperhatikan.
"Tidak sopan kamu ya, jawab omongan ibu mulu."
"Lah, ibu tanya ya saya jawab."
Bu Nani geleng-geleng kepala "Kamu pel lantai, dari sini sampai ujung sana." Ujar beliau tanpa mau mendengarkan alasan Bara yang hendak mengelak tak terima.
"Saya yang akan menggantikan Bara, Bu." Rachel datang, menghentikan Bara yang hendak protes.
"Baik, saya percayakan Bara sama kamu." Ujar Beliau, tahu siapa Rachel.
Bara melirik Rachel, yess. Ada untungnya juga dia punya bodyguard, hehe.
®©
Tidak tahu kenapa cuaca siang ini begitu terik, seakan-akan matahari menembus ke dalam tubuh Bara, walaupun kelas ber-AC dan kancing bajunya juga sudah tak tertata rapih, menyisakan kaos putih bergambar didalamnya tetap saja Bara masih kepanasan.
Kali ini pelajaran masih berlangsung, walau sudah berganti mapel, tetapi Rachel belum balik ke dalam kelas, entah kemana dia.
Hujan rintik-rintik mulai jatuh ke bumi, bertepatan guru menutup pembelajaran pada hari ini, hujan jatuh makin besar sehingga suara nyanyian hujan lebih mendominasi daripada teriakan siswa-siswi yang senang saat pelajaran berakhir.
Bara menghela nafas, pantas saja dari tadi dia kepanasan ternyata mau hujan, mana dia benci hujan lagi.
"Woy! ciwi-ciwi yang bawa payung, gue nebeng." Teriak Johan dengan pedenya.
"Ojek payung, bayar nya kalian boleh pegang-pegang Bara." Tambah Johan yang mana membuat Bara memukul kepala cowok itu.
"Pala lo peang, gue timpuk juga lo pake pemukul baseball bokap gue." Greget Bara hendak memukul Johan kembali, untung saja Altan siap menjadi wasit.
Cewek-cewek yang denger seruan Johan tadi langsung berebutan, merek mau dong kalo pegang Bara, pegang pipi aja gapapa, sedangkan Johan udah kesenengan berasa kayak artis dadakan.
Bara duduk di bangku depan kelas, bodoamat sama Johan yang lagi dikerubungi cacing-cacing, dia lagi nunggu Bodyguardnya.
Baru aja berdiri, pasrah mau terobos hujan, tiba-tiba ada payung yang halang dia kena air hujan, siapa lagi kalau bukan Rachel.
"Maaf lama." Ujarnya yang dihadiahi cibiran oleh Bara.
"Gampang banget lo minta maaf nya gitu aja."
"Hm."
"Dari mana lo?" Ujar Bara dalam perjalanan menuju mobil, dia dipayungi oleh Rachel.
"Ada."
"Shit! Terserah lah." Buru-buru dia masuk mobil, risih liat banyak pasang mata jahanam liatin dia.
"Ya terserah saya."
"Gue benci hujan, awas aja kalo hal kayak gini ke-ulang lagi."
"Iya?" Tanya Rachel, padahal dia mendengar jelas ucapan Bara.
"Nggak, cuma lagi ngomong sama nyamuk, tuh!" Tunjuk Bara pada nyamuk yang tiba-tiba muncul.
"Tunggu bentar." Buru-buru Rachel membuka kaca mobil agar nyamuk itu keluar, takut Bara kena gigit.
"Cepetan! gue udah kedinginan nih!" Bara bingung, tadi aja diluar panas, sekarang di mobil dingin, dia nggak bawa jaket lagi.
Rachel melirik Bara, mengambil Hoodie merah yang baru ia pakai di ranselnya lalu, melemparnya ke kursi belakang agar cowok itu pakai.
"Pakai kalau kamu kedinginan."
"Nggak usah." Bara hendak melempar jaket tersebut ke depan, tangan Rachel dengan cekatan menahannya.
"Tinggal pake aja apa susahnya sih, saya nggak mau kamu kedinginan."
Sial! dia kok jadi salah tingkah gini sih! Woy tolonglah.
®©
Jangan lupa nanti pagi sahur, semangat puasanya besok
lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodyguard For Bara
Teen FictionMungkin bagi kebanyakan anak SMA masa-masa SMK jauh dari kata baik, padahal jika dibandingkan masa SMK jauh lebih menantang dan mengasikan. Seperti halnya kehidupan seorang Rachel Clandistiane, gadis berparas cantik dengan tatapan elangnya mengabdi...