"Gue duluan," Bara berujar, memandang teman-temannya ditempat awal, yang kini hanya tersisa Altan dan Johan.
"Anak teladan emang Lo, telat datang pulang duluan." Cibir Johan, lalu atensinya beralih pada seseorang yang tangannya kini melingkar di pundak lebar Bara.
"Rachel? kenapa? dia disini, nggak bukan itu" Johan men-jeda ucapannya, "gimana bisa Lo sama Rachel?"
"Bukan sulap, bukan sihir. Dah, gue duluan." Jawabannya yang di cibiri oleh Johan kembali.
"Berat banget Lo, makan berapa kilo sih!" Bara berdecak, lama-lama pundaknya bisa patah sebelah kalau gini caranya.
"Berapa kilo? kangen gue ke Lo tuh, nggak bisa dihitung kiloan."
Bara menunjukkan ekspresi muntahnya, "sejak kapan Lo jadi alay gini?"
"Sejak, zaman dahulu?" Rachel menjawab, sambil menggerakkan tangannya keatas.
"Tapi, Lo kalau mabok, lucu juga gini, dari pada jutek, males gue liatnya." Bara sedikit memiringkan kepalanya, guna melihat permukaan wajah Rachel dari dekat.
"Heh! mau ngapain? jangan deket-deket." Rachel berseru, mendorong kepala Bara menjauh.
"Ada jerawat tuh, dimuka lo." Alibi Bara
"Biarin." Hah? Bara melongo, biarin? nggak beres. Biasanya cewek kalau ada jerawat kan langsung heboh, ini kok biasa aja?
"Kok, biarin?"
"Emang kenapa kalau gue jerawat an? jelek? dasar cowok, main nya fisik."
"Nggak sadar banget, Lo juga jelek,"
"Berkicau aja kerjaan mulut Lo kalau mabok, nggak bisa diem." Bara sampai pada parkiran, membuka pintu mobil lalu memasukan Rachel dengan hati-hati, walaupun cewek itu sedikit memberontak.
"Bodoamat."
Bara memutar bola matanya, lalu berjalan mengitari mobil dan masuk untuk mengemudi.
"Gar, gue kepanasan, buka jaket, gapapa, ya?" Tanya Rachel, tanpa persetujuan yang ia ajak bicara, Rachel segera membuka jaketnya, menyisakan baju pendek yang sedikit mengekspos bahu putihnya.
"Gara, siapa?" Tanya Bara, kini atensi cowok itu sepenuhnya beralih pada pundak Rachel yang jelas terpampang ukiran sedemikian rupa sehingga terlihat tulisan rumit latin, 4 huruf bertuliskan, Gara?
"Pacar gue."
"Terus, itu tulisan apa?" Bara bertanya, dia kepo, soalnya Rachel sok misterius kalau lagi sama dia.
"Bara."
"Hah!" Bara kena serangan jantung, syok berat, nggak tahu harus kasih respon apa.
®©
Bukanya kepedean, tapi emang serius, Bara berfikir kalau tulisan di rahang pundak Rachel memang benar namanya.
"Dia ngelantur, atau emang beneran?"
"Gue baper gini, bangsat!" Gumam Bara.
"Lo baper sama siapa, bar?" Johan bertanya, aneh aja tiba-tiba Bara bilang dia baper.
Mereka lagi di gedung praktek pemesinan, Bara menoleh ke arah Johan disebelahnya, tangannya memutar-mutar obeng yang ia pegang, dengan pelan.
"Adalah,"
"Dih baperan, gue doain semoga Lo di ghosting," ejek Johan, Altan yang memperlihatkan sedari tadi ikut berujar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodyguard For Bara
Novela JuvenilMungkin bagi kebanyakan anak SMA masa-masa SMK jauh dari kata baik, padahal jika dibandingkan masa SMK jauh lebih menantang dan mengasikan. Seperti halnya kehidupan seorang Rachel Clandistiane, gadis berparas cantik dengan tatapan elangnya mengabdi...