Dulu, sekitar satu tahun yang lalu.
Gara dengan tenangnya berjalan menyusuri koridor yang masih nampak sepi, setiap kelas yang ia lewati biasanya hanya terisi 1 sampai 2 anak, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.20, terlalu pagi emang, tapi menurut Gara itu terlalu siang.
Gara berangkat sekolah juga menggunakan angkutan umum, berupa busway, Gara memang sangat suka menikmati suasana pagi yang sedikit ramai, alasan sebenarnya dia berangkat pagi hanya karena ingin melihat seseorang, Rachel, kekasihnya.
"Ke rooftop ayo," Gara memasuki kelas 11 IPS, menghampiri Rachel yang asik dengan dunianya, tidur.
Rachel tidak menolak tidak juga membantah, tetap mengikuti langkah Gara didepannya, cowok itu kelihatan lebih kurus jika dilihat dari belakang, apalagi Gara tidak menggunakan jaket yang biasa cowok itu pakai.
"Jaketnya nggak kamu bawa? atau sengaja nggak dipake?"
Pertanyaan Rachel mengudara di rooftop terbawa angin, Gara mendengarnya lalu berkata, "tubuh gue juga butuh udara segar."
Rachel melepas jaket Fendi yang pernah Gara belikan untuknya, kemudian menyampirkan jaket itu ke pundak Gara, takut kedinginan, musim kemarau kali ini lebih dingin dari musim sebelumnya.
Gara hendak menurunkan jaketnya, tak jadi ketika Rachel menahan tangannya, "gue nggak lemah." Kata Gara
Rachel mengangguk, "iya tahu, cuma khawatir kalau kamu kedinginan,"
Gara tersenyum, wajahnya diterpa matahari pagi yang begitu menyegarkan, sampai-sampai Rachel memandangi cowok itu tanpa henti, "umur nggak ada yang bisa prediksi sampai kapan, kecuali Tuhan kan?"
"Gar."
"Manusia hidup itu punya tujuan, mereka cari tujuan hidup buat bekal masa depan."
"Tapi kalau tujuan yang di tuju nggak memihak, kita bisa apa?"
"Kata menyerah sebenarnya hanya cocok untuk orang yang udah berusaha mati-matian, berulang kali mencoba, dan akhirnya gagal."
"Kalau kata itu gue pake, apa bisa?" Gara menatap Rachel didepannya dengan pandangan lemah, dia akui dia emang lemah, lemah perasaan.
Rachel menggeleng, "menyerah itu untuk orang yang nggak punya tujuan, berarti kamu nggak punya tujuan, Gara?"
"Tujuan hidup gue udah ditentuin, untuk orang lain."
"Kamu bisa nolak, masa depan ada tangan masing-masing, bukan tangan orang lain."
Gara tersenyum, menatap gadisnya yang terlihat seperti biasa, cantik dengan tatapan matanya yang tajam, lalu tangannya terangkat mengusap mata itu dengan sedikit sentuhan kecil.
"Bara butuh gue,"
"Anak-anak yang lain juga butuh kamu, terutama aku."
Gara menggeleng, "jagain Bara buat gue, bisa kan?"
Rachel menggeleng kuat, menolak apapun yang akan Gara katakan setelahnya.
"Gue nggak bisa lama-lama, tujuan hidup gue udah cukup sampai disini."
"Mau ngucapin selamat tinggal pake apa?"
Ada gitu, orang mau pergi tanya begituan, Rachel menendang kaki Gara pelan, yang membuat cowok itu terkekeh, lalu memeluk Rachel dengan erat, seakan tidak ada hari esok untuk mereka berdua, walaupun memang benar kenyataannya begitu.
®©
Tahu kalimat, "Saat hidup orang jadi tanggung jawab mu, maka kau tidak punya kehidupan?" Arthur bertanya pada Rachel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodyguard For Bara
Fiksi RemajaMungkin bagi kebanyakan anak SMA masa-masa SMK jauh dari kata baik, padahal jika dibandingkan masa SMK jauh lebih menantang dan mengasikan. Seperti halnya kehidupan seorang Rachel Clandistiane, gadis berparas cantik dengan tatapan elangnya mengabdi...