Part.28 B.Y.S

3.1K 465 17
                                    

Rachel memberhentikan mobilnya tepat di gerbang rumah mewahnya, bukan rumah yang biasa ia tempati, rumah ini adalah rumah utama, miliknya.

Sebelum masuk kedalam rumah dia harus mendeteksi wajah di alat keamanan yang memang ia sediakan.

Rachel melemparkan kunci mobil pada orang suruhannya, agar memasukkan mobilnya ke dalam garasi, karena jarak dari gerbang utama dan pintu masuk terpaut agak jauh.

Pintu rumah otomatis terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang tengah duduk di atas kursi roda menghadap televisi, menampilkan salah satu siaran berita.

"Bunda." Panggilnya.

"Rachel selain nggak becus jagain Bara, juga nggak becus tepatin janjinya Gara."

Wanita paruh baya itu diam, tapi tetep mendengarkan, Rachel jongkok menyamakan posisinya serta kedua tangannya di genggam Rachel.

"Padahal Rachel udah janji bakal jagain Bara sesuai keinginan Gara,"

Rachel menunduk, mencium tangan bundanya yang semakin hari semakin pucat, lalu dia mendongak, menatap bundanya yang terlihat cantik walaupun sudah berkepala empat.

Bunda tersenyum, "kamu masih bisa jagain Bara dari jauh, kan?"

Rachel menggeleng, "nggak mau, bunda."

"Lalu?" Beliau mengambil remote di meja lalu mematikan televisi.

"Menurut bunda, tuan Barta bakal kasih kesempatan? Rachel juga belum minta bayaran sejak awal." Jelasnya, Rachel berdiri mendorong kurus roda bundanya perlahan menuju belakang rumah.

"Pasti. Bunda yakin Bara juga mau kamu kembali,"

"Kalau Bara kayaknya nggak mungkin Bunda," Rachel jadi keinget Bara, dia jadi gedeg, tapi khawatir juga dengan keadaan cowok itu sekarang.

"Rachel nggak masalah dipecat, tapi setidaknya tuan Barta nggak larang Rachel buat ketemu dan jagain Bara."

"Bunda dukung semua keputusan yang kamu buat."

Rachel mengangguk, lalu memetik salah satu bunga mawar kecil lalu menyelipkan di telinga bundanya, "Bunda cepet sembuh ya?" permohonannya.

Beliau mengangguk, "setelah ini kamu mau jenguk Bara?"

Rachel menghela nafas, "Rachel nggak siap bunda,"

"Harus, kamu harus jenguk Bara setelah ini."

Beliau tersenyum saat Rachel mengangguk patuh, padahal dia bukan ibu kandungnya, hanya ibu sambung, tapi Rachel se- sayang itu padanya, ia juga selalu mendukung apa yang Rachel lakukan, terutama mengingatkan Rachel pada janjinya dulu, Gara kembaran Bara memang meminta Rachel untuk menjaga cowok itu.

®©

Sudah 5 menit yang lalu Bara sadar, tapi cowok itu hanya diam sesekali melirik para sahabatnya yang tengah bergurau di sofa depan, rame-rame.

Lalu Bara sedikit merintih kesakitan, "aduh perut gue sakit," Bara sedikit memegang bagian perutnya.

Johan yang menyadari hal itu duluan, langsung menghampiri Bara, diikuti Reyhan dan Altan, sedangkan Rizal lagi di kamar mandi, Jacob baru pulang tadi barusan bersama Gery dan teman lainnya.

"What happened? Why?" Tanya Johan.

"Perut gue sakit, banget." Dengan raut muka dibuat-buat Bara kembali meringis kecil.

"Iya tapi sakit kenapa?"

"Laper."

Altan, Johan, Reyhan menghela nafas, padahal baru aja sadar tapi udah mau dibuat pingsan lagi, sialan emang Bara.

"Skip! Skip! Huuuu." Johan menyoraki Bara, mereka bertiga kembali duduk di sofa sambil menikmati cemilan dan makanan lainnya untuk mengganjal perut.

"Gue laper beneran, sialan!" Bara melempar bantal yang tergeletak di sebelah nya yang langsung mengenai kepala Johan.

Johan hendak melempar balik bantal terhenti ketika Altan menahan tangannya, "bisa nggak?"

"Nggak bisa!" Potong Johan.

"Altan belum selesai ngomong, dongo!" Rizal yang keluar kamar mandi langsung mencibir Johan di seberangnya.

Reyhan menghela nafas, "maksudnya Altan tuh, Jo minta makanan sana buat Bara," jelasnya meledek Johan padahal mah aslinya bukan begitu.

Altan hanya geleng-geleng, semua temannya memang tidak ada yang benar, "mau makan apa Bar? gue tahu lo pasti ga suka bubur," ujarnya.

"Suruh Johan beliin tumis kangkung di kantin dong,"

"Sekalin beliin Boba kalo ada,"

"Dih ngelunjak!" Johan berteriak, udah kaya hutan aja.

"Dompet gue mana ya?" Pertanyaan yang dilontarkan Bara membuat Johan mengedipkan matanya cepat, alamak nggak dapet gratisan ini mah! syalan Bara.

"Siap tuan muda Bara, tumis kangkung, Boba bakal gue cari, nggak ada tetep gue cari sampe ketemu, sekalian penjualnya gue angkut kalau bisa," dengan nada yang sangat sopan Johan lalu menerima beberapa lembar uang berwarna merah dari Bara.

"Sekalian beli makan, buat lo sama yang lain, terserah. Habisin juga nggak papa." Yes! gini-gini Bara nyebelin dan ngeyel dia baik kok.

"Boleh nambah ga?"

Bara mengernyitkan keningnya,"apa?"

"Uangnya, hehe." Fix ini-mah Johan minta di tampol. Cowok itu langsung kabur sambil menarik tangan Rizal untuk ikut dengannya.

"Rizal sama Gery tadi malem sempet kejar orangnya, tapi kehilangan jejak." Altan mulai membahas kejadian semalam setelah suasana sedikit hening karena tidak ada Johan.

"Apa perlu kita bantu cari tahu, siapa orangnya?" Tanya Reyhan, mengambil sebotol kaleng Coca-Cola dan meneguknya.

Bara menggeleng, "nggak perlu, pasti Rachel juga nggak akan diem aja." Lalu

"Btw, Rachel mana? kok nggak ada?"

Altan dan Reyhan sama-sama diam, mereka harus bilang apa?

"Jangan bilang, Rachel dipecat!" Bara mengerang frustasi, lalu memukul brankar yang dia tempati sampai berbunyi nyaring.

S-i-a-l-a-n! Sial-an! Sialan!

®©

Lanjuttttttt ngueng🛵🏍️🚲🏎️

bbi👇

Bodyguard For BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang