Part.26 Separated-Worried

3.8K 486 35
                                    

"Soory Dav," Bara bicara tanpa keraguan, membuat seseorang yang ia panggil Dav, itu mengernyit heran, kenapa? kenapa harus?

"Kenapa Bar? jadi selama 1 tahun ini aku, kamu anggap apa?" Davika melontarkan pertanyaan dengan keberanian yang ia punya, memandang pacar, yang sebentar lagi akan jadi mantan.

"Pacar, tenang aja lo jadi yang pertama kok buat gue, lo cantik, pasti bisa dapet yang lebih dari gue,"

Davika menggeleng, "lo paling ganteng,"

"Jadi lo minta gue jadi pacar lo waktu itu cuma karena ganteng?"

"50% iya, selebihnya enggak," kata Davika, Bara tahu Davika bohong.

Bara mengangguk, "terus yang 50% apa? cuma rencana lo doang?"

Davika terlihat gelagapan,"n-nggak gitu kok Bar."

"Jadi sekarang hubungan kita sampai sini aja, kita putus. Terserah lo mau anggap ini serius atau nggak, gue nggak peduli."

"Kamu udah nggak sayang lagi sama aku?"

"Nggak, lagian dari awal gue juga nggak suka sama lo."

"Dasar brengsek!"

"Terserah." Dengan berakhirnya ucapan Bara, cowok itu langsung melenggang pergi menuju kelasnya, adegan putus tadi terjadi tepat di koridor depan kelas Davika.

Berita putusnya pasangan populer itu langsung merembet ke seluruh penjuru sekolah, bak ada give away semua murid siswi berbisik senang karena mendapat kesempatan mendekati Bara, sang pujaan hati.

"Lo parah, dia cewek kasian, harusnya lo jangan bilang kalau lo tuh sebenernya nggak suka sama Davika."

"Ada yang lebih penting dari bahas Davika." Bara tidak menghiraukan perkataan Johan.

Johan berdecak, tapi tetap kepo apa yang penting itu,"kalau nggak penting, awas lo, gue timpuk."

Bara memutar bola matanya malas, "kemarin ada yang ngajak gue balapan, tapi orang nya gue nggak tahu."

Altan yang sedari tadi menyimak sambil memainkan handphone nya berujar, "lo nggak tanya nama?"

"Namanya Rengga, gue nggak kenal."

"Tapi lo terima kan tantangan dari dia? kalau nggak berarti lo cupu." Ejek Johan, memandang Bara remeh.

"Bilang apa lo barusan, sialan!"

"Cupu."

"Bilang sekali lagi,"

"Cupu!" Johan berteriak, Bara menyeringai, itu tandanya Johan siap menerima balasan yang akan membuat cowok itu menyesal telah mengejeknya.

"Sini lo! gue tendang sampe Pluto!"

®©

Felix berjalan tergesa-gesa, menghampiri sosok Sean yang ia butuhkan tengah berkutat dengan buku cerita di hadapannya, tak lupa kacamata baca juga bertengger apik di kedua mata cowok itu.

Setelah membuka sepatunya, dia buru-buru masuk perpustakaan, absen kunjungan yang menurutnya ribet lalu menghampiri Sean yang berada di bangku paling pojok dekat jendela.

"Sean," dengan sekali panggil Sean menoleh, ada maksud apa Felix mendatanginya?

"Iya, ada apa Fel?" Felix duduk tepat di samping Sean, kemudian mengambil buku yang cowok itu baca lalu menutupnya dan menggeser ke tepi.

"Lo deket kan sama, Rachel?" Pertanyaan yang dikeluarkan Felix membuat Sean mengerutkan keningnya.

"Iya, terus, masalahnya disini kenapa? tumben lo mau cari gue duluan?" Sean berceloteh banyak, mengutarakan kebingungannya, dia dan Felix sekelas, mereka dekat hanya saja jarang berinteraksi, menurutnya Felix baik cuma cowok itu terlalu urakan dan bebas kalau disekolah.

Bodyguard For BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang