Part.22 i'm Gonna love You

5.2K 564 45
                                    

"Lo beneran ngincar kembarannya?"

"Gue nggak paham cara main Lo, chel." Remon menggelengkan kepalanya, memandang Rachel, sahabatnya dengan raut tidak bisa dibaca.

"Gue nggak ngincar kembarannya,"

"Terus apa? gimana kalo Bara suka sama Lo?"

"Masalah rasa gue nggak larang, di bebas, dan punya hak akan hal itu." Jawab Rachel, tangannya sibuk menggambar abstrak di kertas depannya.

Remon mengepulkan asap rokok nya dai mulut, kemudian berujar, "degem lo, kemana? nggak keliatan." ekor matanya menelisik seluruh ruangan, tidak menemukan yang dimaksud.

"Junandra? lagi gue suruh pantau Bara bentar," jawabannya, mengambil satu minuman kaleng di meja lalu meminumnya.

"Iya Jun, siapa lagi? emang degem lo ada berapa?" kekehan dari Remon membuat Rachel berdecak sinis.

Melempar bekas kaleng itu ke kepala Remon, "degem apa sialan!"

Dengan sedikit rintihan, Remon memegangi kepalanya, "kekerasan dalam rumah tangga,"

"Amit-amit sahabat gue, punya suami kaya lo," dari arah pintu tiba-tiba seorang menyahut, ada Arthur, serta Gio.

Gio mengangguk, "lo banyak maunya, Rachel kan sukanya yang kalem kayak, nih satu," Arthur berujar, menunjuk Gio disebelahnya yang langsung menampilkan raut muka, cengo, gini 😕.

"Jangan didengerin, Rachel suka yang kalem kayak, Gara."

"Kalem?" Rachel bergumam, yang masih bisa didengar oleh ketiga manusia itu.

"Kenapa? udah beda haluan, ke Bara? gue sumpahin iya," Arthur berujar sinis, memakan kuaci, membuka kulitnya, lalu melemparkan kulit itu ke Remon yang langsung dihadiahi, pukulan pada lengan.

Rachel menggeleng, "Lo, jangan sumpahin gue, sembarangan."

"Karma, gue sumpahin lo suka sama Bara,"

"Tapi, lebih baiknya, Lo berhenti mainin Bara, dia nggak tahu apa-apa."

"Bara nggak se-polos yang Lo kira, dia sebelas dua belas sama Gara, bahkan lebih?" Polos yang dibicarakan Remon maksudnya, bukan dalam artian mesum, tapi dalam artian yang luas.

Gio mengangguk disela merokoknya, "Lo lupa? bokap nya dia siapa? soal kembaran Bara aja nggak ada yang tahu, bokap nya terlalu cerdas, menurut gue, gimana anaknya?"

Rachel menggeleng, "dia nggak tahu apa-apa, gue pastiin itu."

®©

Bara duduk diam, didepannya sekarang, Barta, ayahnya duduk di bangku kebesaran beliau, diruang kerja yang luas ini, keduanya sama-sama bungkam, tidak ada yg memulai percakapan selama 10 menit lamanya.

"Bar,"

"Pah,"

Dua-duanya sama-sama buka mulut, setelah sekian lamanya mereka berdua bungkam setelah kejadian di kantor, yang membuat Sinta memarahi Barta, habis-habisan, bahkan menyuruh suaminya itu untuk tidur di kantor dan merenungi perbuatannya.

"Ayah sama sekali nggak menyesal, kamu tahu itu,"

Bara hanya diam, "dan, ingat, kamu satu-satunya penerus dan pengganti papa, kamu menolak dengan alasan apapun nggak papa tampung."

Bara mengangguk, "iya pa," hanya itu yang keluar dari mulutnya.

"Rachel, bagaimana kehidupan Bara disekolah?" Rachel yang sedari tadi berdiri di sebelah Bara, mengangkat sedikit wajahnya.

Bodyguard For BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang